Begini Rasanya Lolos Tahap 3 Seleksi Juru Bicara KPK

Dyah Sugiyanto
Pranata Humas Madya - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Konten dari Pengguna
22 Februari 2021 6:03 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dyah Sugiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Laman depan website pengumuman rekrutmen Spesialis Humas Utama - Juru Bicara. Lolos seleksi hingga tahap ke tiga, bagaimana rasanya?
zoom-in-whitePerbesar
Laman depan website pengumuman rekrutmen Spesialis Humas Utama - Juru Bicara. Lolos seleksi hingga tahap ke tiga, bagaimana rasanya?
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari itu saya beranikan diri menghadap orang nomor satu di kantor. Biasanya tak pernah ada rasa gugup atau khawatir setiap bertemu beliau. Namun saat itu berbeda. Saya bukan orang yang suka berbasa basi, beliau pun demikian. Saat sudah berada di hadapan beliau, saya langsung memberikan surat dan dokumen pendukungnya seraya berkata “Pak, mohon izin, saya mau minta rekomendasi untuk ikut seleksi”.
ADVERTISEMENT
Beliau langsung bertanya, “memangnya kamu sudah tidak betah bekerja di sini?” Saya menjawab, “tidak mungkin saya tidak betah, Pak. Saya hanya ingin mencoba tantangan untuk diri saya saja. Ingin tau seperti apa rasanya seleksi terbuka. Mumpung syaratnya juga nggak neko-neko,” ujar saya yang berusaha santai walau sebenarnya takjub dalam hati karena beliau langsung menandatangani surat tersebut.
Ilustrasi KPK Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Malam harinya, saya menyiapkan semua berkas. Sebelumnya, saya tidak pernah cek syarat khusus pada laman website informasi rekrutmen, yang (ternyata) tertera apabila saya ‘klik’ tautan yang ada di bagian bawah web. Artinya, ada link lagi yang harus saya akses hingga syarat khusus tersebut terbaca jelas dan lengkap.
Semua berkas saya lengkap, kecuali syarat minimal harus berpangkat/ golongan IV/b (ini akibat saya kurang teliti mengecek persyaratan khusus untuk pelamar kategori aparatur sipil Negara (ASN)). Terlanjur semua sudah siap, maka saya tetap melanjutkan niat awal untuk ikut mendaftar seleksi. Apalagi ditambah terbayang usaha yang dilakukan, menghadap pucuk pimpinan saat meminta persetujuan sekaligus doa restu untuk ikut seleksi bergengsi ini.
ADVERTISEMENT
Rupanya, proses upload cukup merepotkan. Semua soft file harus maksimal 100 kilobyte dan harus dalam jenis file tertentu. Hal ini membuat saya harus bolak balik mengecilkan ukuran berkas-berkas, mengkonversinya hingga memenuhi syarat yang tertera. Akhirnya urusan mengunggah dokumen selesai pukul tiga dini hari.
Selanjutnya, saya menunggu pengumuman hingga waktu yang ditentukan, tentu sambil tetap menjalankan tugas sebagai Pelaksana Tugas Kepala Bagian Humas dan Informasi Publik. Terlebih, Agustus itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tempat saya bekerja sebagai abdi negara sedang merayakan hari jadinya ke 53. Seperti para pejabat Humas lainnya, merayakan hari jadi korporat harus ditangani dengan super semangat, ketimbang merayakan hari jadinya sendiri.
Satu-satunya ASN
Saat pengumuman yang ditunggu-tunggu pun tiba. Saya mengecek website di mana rekrutmen diumumkan kemarin. Singkatnya, hanya tujuh nama tertera, dari 2174 pelamar. Lebih mencengangkan, saya adalah satu-satunya pelamar dari ‘kubu’ ASN yang lolos seleksi awal tersebut. Buat saya, sampai di titik ini saja sudah suatu prestasi.
ADVERTISEMENT
Sumber media menulis, "Sebanyak 144 pelamar berasal dari unsur ASN dan 2.030 lainnya dari masyarakat umum. Dari jumlah itu, hanya tujuh orang yang dinyatakan layak secara administrasi untuk lanjut ke seleksi selanjutnya."
Kemudian mengalir ucapan selamat di grup-grup whatsapp dalam ponsel saya. Padahal, baru lolos administrasi. Dalam benak yang masih bertanya-tanya “kok bisa ya saya lolos seleksi administrasi, padahal saya kan masih IV/A, sementara syarat kategori ASN minimal IV/B”. Saya pun menjawab pesan-pesan via whatsapp tersebut dengan kalimat “terima kasih, mohon doa semoga hasilnya yang terbaik.”
Semua proses tes dilakukan di hari Sabtu. Lucky me! karena artinya saya tidak perlu izin meninggalkan jam kerja.
Test pertama adalah test pengetahuan umum dan potensi akademik. Hari itu saya merasa semangat meskipun kondisi sedang kurang fit, ditambah posisi duduk yang tidak jauh dari pendingin ruangan. Saya mengerjakan soal-soal sebaik mungkin dan pengumuman hasil test tahap pertama menyatakan saya berhak melanjutkan seleksi tahap berikutnya.
ADVERTISEMENT
Seleksi juru bicara ini disorot banyak media. Salah satu sumber menyatakan, dari 6 kandidat yang lolos tes potensi, 5 di antaranya berasal dari Non-Aparatur Sipil Negara (ASN)/Masyarakat Umum. "6 kandidat yang ikut terdiri dari 1 ASN pada LIPI dan 5 kandidat dari masyarakat umum," tutur Plt. Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam narasi berita tersebut.
Saya pun melanjutkan tes tahap kedua, yaitu test menulis essay, simulasi, dan dinamika kelompok. Saya suka semuanya! Saya benar-benar enjoy menjalani serangkaian test tersebut. Apalagi, saya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengalaman berharga itu.
Melaju ke Tahap Tiga
Hasil tes tahap kedua, saya dinyatakan lolos bersama empat orang peserta lainnya yang hebat-hebat. Artinya, saya berhak melanjutkan seleksi ke tahap tiga. Kami, para kandidat juru bicara pun bertemu lagi di sebuah klinik rujukan penyelenggara tes, untuk menjalani tes tahap ketiga: kesehatan.
ADVERTISEMENT
Salah satu varian tes kesehatan sepertinya tidak mulus saya tempuh. Kondisi saat itu membuat saya bingung, saat saya harus melakukan treadmill tidak ada arahan apakah harus membuka masker atau harus tetap memakainya. Melihat ruangan yang sangat kecil berisi empat orang, saya memutuskan untuk tetap bermasker.
Akibatnya, hasil tes kesehatan saya pada tahap itu mungkin paling buruk dibanding empat peserta seleksi lainnya. Tak apa lah, karena kalau harus diulang pun, saya harus menunggu lama dan tidak mungkin dilakukan hari itu juga, karena jam operasional klinik sudah hampir berakhir. Kalau besok harus balik lagi rasanya hanya menambah risiko saya terpapar Covid-19 karena harus bertemu banyak orang.
Usai tahap ketiga, pengumuman hasil tes tak kunjung datang. Sempat juga tanggal yang dijanjikan mundur, dan terakhir diinfokan hingga waktu yang belum bisa ditentukan. Hingga pada 27 januari 2021 lalu, pengumuman tertera di website yang sama. Hasilnya menyatakan tidak ada satu pun peserta yang dinyatakan lolos seleksi.
ADVERTISEMENT
Hal biasa bagi saya. Kalau memang belum ada yang layak atau sesuai dengan kebutuhan organisasi, mengapa harus dipaksakan? Meskipun, saya menyayangkan karena begitu lama jarak antara tes di tahap ketiga dengan pengumuman akhir tanpa ada penjelasan yang informatif dan rinci.
Cerita proses seleksi saya akhirnya berakhir. Tak ada pelamar yang terpilih memberi makna tersendiri buat saya. Bahwa syarat standar menjadi Spesialis Humas Utama-Juru Bicara di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) cukup tinggi dan mungkin sangat spesifik. Semoga KPK segera mendapatkan juru bicara yang sesuai dengan yang diharapkan. Salam Integritas!
Dr. Dyah R. Sugiyanto Koordinator Fungsi Layanan Humas & Protokol / Pranata Humas Ahli Madya LIPI