Pertemuan Tahunan IMF/WB di Bali: Layaknya Arisan Berfaedah

Konten dari Pengguna
14 Oktober 2018 4:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dyah Dinanti Puspitasari Peserta Sesdilu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertemuan Tahunan IMF/WB di Bali: Layaknya Arisan Berfaedah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi pertemuan. Sumber Foto: www.Pixabay.com
Siapa disini yang hobi arisan? Jujur ya, sebagai ibu-ibu, rasanya kita tuh enggak bisa lepas dari arisan, baik arisan keluarga, arisan kantor, arisan ibu-ibu di sekolah anak ataupun arisan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Arisan memang sudah membudaya, mungkin juga karena arisan bisa menjadi wadah di mana kita bisa bertemu keluarga dan teman untuk kangen-kangenan sekaligus menjaga tali silahturahmi.
Elemen yang identik dengan arisan tentunya adalah iuran uang arisan dan kocokan buat menentukan siapa yang beruntung mendapat uang arisan pada bulan itu. Walaupun arisan bikin repot, tapi setiap bulan arisan selalu ditunggu-tunggu karena menjadi ajang kumpul-kumpul dengan keluarga, tetangga, dan teman.
Saya jadi terpikir bahwa pertemuan tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF/WB) yang saat ini diselenggarakan di Bali itu sama saja dengan arisan ya. Arisan? Iya, arisan yang berfaedah tentunya.
Pertemuan tahunan IMF/WB di Bali yang berlangsung dari tanggal 8-14 Oktober 2018, merupakan acara kumpul-kumpulnya para pembuat kebijakan di sektor keuangan, pelaku bisnis, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan media dari 189 negara. Ada beberapa aspek dari penyelenggaraan pertemuan IMF/WB yang bisa dilihat dari kacamata ibu-ibu yang hobi arisan kayak saya.
ADVERTISEMENT
Aspek pertama: Apa sih yang bikin kita mau ngumpul arisan?
Pastinya karena ngobrol-ngobrolnya dong. Saat arisan, kita bisa ketemu temen dan keluarga, sambil update gosip atau hot issue.
Nah kalau pertemuan IMF/WB, hot issue-nya ada empat. Isu pertama adalah mengenai kebijakan ekonomi global, khususnya harmonisasi kebijakan antarnegara untuk pemulihan global dan mengatasi ketidakpastian global, termasuk ketegangan dagang antarnegara. Isu ini diangkat agar pemulihan yang baik tak hanya dialami oleh negara maju, namun juga negara berkembang.
Kemudian, isu kedua adalah pembiayaan infrastruktur. Topik ini diangkat agar pembiayaan tak hanya datang dari APBN namun juga sumber lain seperti obligasi maupun penanaman modal untuk investasi infrastruktur.
Isu ketiga adalah ekonomi digital terutama agar dapat dimanfaatkan untuk kemajuan pembiayaan UKM dan teknologi finansial. Selain itu, dibahas juga pengaruh ekonomi digital bagi bank sentral, khususnya terhadap sistem pembayaran serta keamanan digital. Isu keempat adalah ekonomi dan keuangan syariah.
ADVERTISEMENT
Pertemuan tahunan IMF/WB di Indonesia adalah pertama kalinya tema ekonomi syariah mendapat porsi pembahasan yang cukup besar. Nah, kesempatan ini digunakan untuk menunjukkan kepada dunia internasional mengenai pencapaian dan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam hal tersebut.
Presiden Jokowi saat melakukan Opening Remarks di Annual Meetings IMF-WB 2018 di Bali, Jumat (12/10/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi saat melakukan Opening Remarks di Annual Meetings IMF-WB 2018 di Bali, Jumat (12/10/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Aspek Kedua: Selain buat ngumpul-ngumpul, banyak juga yang datang arisan dengan tujuan mau jualan
Ada yang jualan multi level marketing (MLM), jualan kosmetik, menawarkan jasa titip, dan lain-lain.
Indonesia “jualan” juga di Pertemuan IMF/WB di Bali? Ya iya dong.
Dengan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF/WB, Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk memasukan agendanya sehingga Indonesia berperan di level global maka kepemimpinan Indonesia di bidang ekonomi diperhitungkan dunia.
Tahu enggak sih? Awalnya ditargetkan peserta sebanyak 19 ribu orang, namun pada perkembangannya peserta pertemuan IMF/WB menjadi sebanyak 32 ribu orang. Dengan jumlah tersebut, event ini akan menjadi pertemuan IMF/WB terbesar sepanjang sejarah. Makanya pariwisata kita, khususnya di Bali, langsung melonjak gila-gilaan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, berdasarkan data Kementerian Pariwisata, kita mendapatkan devisa langsung pariwisata dari penyelenggaraan pertemuan IMF/WB sebesar Rp 5,7 triliun. Dalam Pertemuan Tahunan ini, Kementerian BUMN juga menyebutkan potensi investasi sebesar 42,1 miliar dolar AS yang ditawarkan kepada 5 ribu calon investor dan pihak swasta lainnya untuk 78 proyek yang mencakup infrastruktur di berbagai sektor.
Nah, potensi masuknya arus modal dari para pelaku usaha ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan memperkuat fundamental, apalagi kondisi ekonomi global masih banyak diliputi ketidakpastian.
Banyak yang memberikan apresiasi untuk hasil-hasil positif dari penyelenggaraan pertemuan IMF/WB di Bali. Tetapi ada juga lho yang ketakutan dan bilang bahwa peran Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan IMF/WB ini karena adanya agenda untuk berutang lagi sama IMF kayak waktu krisis 1998 dahulu.
ADVERTISEMENT
Wah ini enggak bener banget nih!
Pertemuan IMF/WB murni membahas perkembangan ekonomi dunia dan tidak ada kaitannya dengan menambah atau mau berhutang dengan IMF. Sudah dijelaskan oleh Direktur IMF, Christine Lagarde, dan juga oleh Menteri Keuangan kita, Sri Mulyani, pada konferensi pers persiapan pertemuan IMF/WB, yang menegaskan bahwa tidak ada permintaan utang tersebut dan Indonesia tidak membutuhkan bantuan dari IMF karena saat ini perekonomian Indonesia sangat sehat.
Menkeu, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sambutan saat hadiri Remark Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA). (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Jefri Tarigan)
zoom-in-whitePerbesar
Menkeu, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sambutan saat hadiri Remark Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA). (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Jefri Tarigan)
Aspek ketiga, perencanaan arisan.
Saat kita mau mulai arisan, selalu ada hal-hal yang perlu dibahas terlebih dahulu, seperti: berapa orang yang ikut arisan, berapa kali ketemuan, berapa iurannya, dan berapa kali akan narik arisan. Kalau kebetulan di bulan-bulan awal kita sudah mendapat uang arisan, kira-kira boleh enggak kita tidak datang atau tidak bayar iuran arisan lagi, Ibu-Ibu? Wah kalau sampai kayak gini, kita bisa dipelototin dan dimusuhin ibu-ibu sekampung ya.
ADVERTISEMENT
Intinya, saat kita ikut arisan, ada janji yang harus dipenuhi dan enggak bisa tiba-tiba mundur karena hal tersebut akan mempengaruhi peserta arisan lainnya dan mempengaruhi arisan secara keseluruhan.
Hal ini juga berlaku pada penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF/WB di Bali. Pada 2014, Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah dan terpilih setelah mengalahkan 8 negara lainnya pada bulan Oktober 2015.
Mengingat persiapan pertemuan yang sudah dilakukan, maka sudah tepat bagi Indonesia menepati komitmennya sebagai tuan rumah penyelenggaraan pertemuan IMF/WB di Bali.
Saat ada salah satu ibu anggota arisan yang sakit atau terkena musibah, perlu enggak arisan dibatalin? Jawabannya, tergantung situasi dan kondisi ya, kadang ada yang ditunda, tapi sering kali juga arisan tetap diteruskan saja dengan tetap menunjukkan kepedulian kita kepada mereka yang terkena musibah.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga yang sempat ditanyakan kepada Pemerintah karena event yang digelar selama 8-14 Oktober di Bali itu, berlangsung di tengah duka bencana gempa bumi di Sulawesi Tengah. Sejumlah pihak bahkan meminta event tersebut dibatalkan saja.
Komitmen kita untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF/WB justru membuat mata dan perhatian dunia tertuju ke Indonesia, khususnya pada dampak bencana di Palu dan Donggala. Tidak hanya tinggal diam, Indonesia membawa isu penanganan risiko bencana masuk ke dalam agenda pembahasan pertemuan IMF/WB.
Hal ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia dengan membawa agenda pendanaan bagi mitigasi bencana. Salah satu dampak nyata adalah mengalirnya bantuan dunia bagi bencana di Indonesia, termasuk kunjungan Direktur IMF, Christine Lagarde, ke Palu untuk memberikan bantuan senilai Rp 2 miliar.
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengadakan pertemuan tertutup dengan CEO World Bank, Kristalina Georgieva, di Bali, membahas tentang kerja sama untuk rehabilitasi Lombok dan Palu.
Berdasarkan keterangan pers pada 10 Oktober 2018 di Bali, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa sebagai hasil pertemuan tersebut, World Bank tengah menyusun sejumlah program kerja sama dengan Indonesia terkait penanganan gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, dan juga gempa di Lombok yang akan direalisasikan segera untuk rehabilitasi di Sulawesi Tengah dan Lombok.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (kiri) dan CEO World Bank Kristalina Ivanova Georgieva-Kinova di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10). (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Nicklas Hanoatubun)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (kiri) dan CEO World Bank Kristalina Ivanova Georgieva-Kinova di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10). (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Nicklas Hanoatubun)
Aspek keempat dilihat dari pembiayaan pertemuan IMF/WB.
Saat kita ikut arisan, besaran iuran akan menentukan hasil arisan yang akan kita dapatkan. Yang jelas kebanyakan orang ikutan arisan konvensional bukan karena mengharapkan untung dalam bentuk uang tetapi karena melihat adanya manfaat.
ADVERTISEMENT
Berapa sih harusnya budget arisan? Boros enggak sih ikut arisan? Jawabannya lagi-lagi tergantung situasi dan kondisi ya. Kalau manfaatnya banyak, rasanya sah-sah saja ikut arisan.
Sebagai dampak langsung dari penyelenggaraan pertemuan, Kementerian Pariwisata menyampaikan bahwa keuntungan di bidang pariwisata dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari perhelatan ini adalah sebesar Rp 44,4 miliar dari hotel, pariwisata, dan sektor terkait lainnya.
Dari beberapa aspek di atas, terlihat bahwa manfaat yang kita dapatkan di antaranya adalah kepemimpinan Indonesia dalam agenda pembahasan perekonomian dunia melalui penyelenggaraan pertemuan IMF/WB dan promosi sektor unggulan dan potensi investasi Indonesia kepada investor dunia, termasuk untuk pembangunan infrastruktur.
Sedikit berbagi info yang didapat dari laman katadata, pada tahun 2006, pertemuan IMF/WB diadakan di China dengan anggaran sebesar Rp 2,29 triliun, pada 2009 diadakan di Turki dengan anggaran sebesar Rp 1,25 triliun, pada 2012 diadakan di Jepang dengan anggaran sebesar Rp 1,1 triliun, dan pada 2015 diadakan di Peru dengan anggaran sebesar Rp 994 miliar.
ADVERTISEMENT
Berapakah anggaran penyelenggaraan pertemuan IMF/WB di Bali? Sekitar Rp 855 miliar atau setara dengan US$37,7 juta. Anggaran tersebut memang besar, namun bila diperhitungkan dampak positif yang akan didapat Indonesia, maka angka itu dapat dipertanggung jawabkan.
Pertemuan Tahunan IMF/WB di Bali: Layaknya Arisan Berfaedah (4)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kesepakatan bisnis. Sumber Foto: www.pixabay.com
Aspek kelima, kira kira kenapa ya orang mau jadi host arisan? Saat kita menjadi host Arisan, kita bisa pamer rumah kita yang bagus, bersih dan tertata. Kita bisa menyungguhkan masakan andalan kita juga.
Apa dong efeknya Indonesia jadi tuan rumah pertemuan IMF/WB? Sebagai host, Indonesia tentunya dapat menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam perekonomian global, memamerkan potensi industri kita, dan tentunya menampilkan keindahan alam Indonesia di depan 32 ribu peserta/delegasi dari 189 negara.
ADVERTISEMENT
Ini dia ajang promosi besar-besaran untuk ekonomi kita, baik dari promosi produk unggulan, peluang investasi perdagangan dan sektor keuangan kita, dan bahkan sektor pariwisata kita termasuk property, perhotelan, dan MICE (Meeting Incentives Convention Exhibition).
Tahu enggak sih, baru ada empat negara di Asia Tenggara yang menjadi tuan rumah pertemuan IMF/WB yaitu Filipina, Singapura, Thailand, dan Indonesia. What an honor!
Apalagi banyak tokoh-tokoh penting dunia yang datang seperti Direktur IMF, Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia, Jim Young Kim. Pendiri Alibaba, Jack Ma, Pendiri Bill and Melinda Gates Foundation, Melinda Gates. Selain tentunya para Menteri keuangan dan gubernur bank sentral dan kepala negara di dunia.
Kita juga dapat memanfaatkan kehadiran kurang lebih 32 ribu peserta sehingga memberikan dampak ekonomi yang baik, bukan hanya untuk Bali, melainkan juga untuk daerah-daerah lain di negara kita.
ADVERTISEMENT
Itulah sejatinya esensi diplomasi, menunjukkan citra positif negara kita serta menunjukkan kemampuan Indonesia yang digdaya dengan menjadi tuan rumah event internasional.
Sebagai penutup, gak semua arisan itu hanya sekedar ngumpul-ngumpul loh, justru sering kali ikut arisan itu lebih banyak untung dan manfaatnya, apalagi kalau yang kita ikuti adalah arisan yang berfaedah.
Pertemuan tahunan IMF/WB perlu dilihat sebagai ajang kumpul-kumpulnya para pembuat kebijakan ekonomi dunia yang memberikan faedah dan manfaat tersendiri. Jangan dulu apriori, lebih baik kita dukung acara ini.
Apalagi sebagai tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF/WB di Bali, Indonesia dapat memaksimalkan potensi yang ada, dan memanfaatkan momentum tersebut untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya bagi kita.
ADVERTISEMENT