Saat si Kaya Makin Tajir

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
2 Januari 2024 7:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa yang Anda ingat tentang tahun 2023? Tahun perang atau tahun kecerdasan buatan (AI)? Mari kita telusuri apa dan bagaimana pendapat orang-orang kaya. Bagi mereka, 2023 adalah tahun saat mereka menjadi lebih kaya. Sebagian besar orang-orang terkaya di dunia menjadi lebih tajir pada 2023.
ADVERTISEMENT
Mereka bahkan menikmati tambahan miliaran dolar pada pundi-pundi mereka. Yang berada pada posisi puncak tak lain Elon Musk. Kekayaan bersihnya diperkirakan mencapai US$ 235 miliar. Tahun 2023 saja dia menambah kekayaannya US$ 100 miliar lebih. Tapi itu bukan lantaran X, yang sebelumnya bernama Twitter. Perusahaan ini bukanlah Angsa Emas (Golden Goose)-nya. Semua ini berkat Tesla, yang menyumbang terbesar bagi kekayaannya.
Tapi Elon Musk tidak sendirian. Ada banyak lagi dalam daftar ini. Pendiri Meta Mark Zuckerberg, CEO Amazon Jeff Bezos, bos LVMH Bernard Arnold, pendiri Google Sergey Brin dan Larry Page dan mantan CEO Microsoft Steve Balmer. Steve menghasilkan US$ 1 miliar tahun 2023 dengan tidak melakukan apa-apa. Semua berasal dari dividen dari saham-nya di Microsoft.
ADVERTISEMENT
Dari 50 orang terkaya teratas, 38 orang menghasilkan lebih banyak uang pada 2023. Dari 500 teratas, 77% menjadi lebih kaya. Ini bukan fenomena baru. Ini bahkan terjadi selama pandemi. Setiap 30 jam pandemi melahirkan miliarder baru, yang pada saat yang sama jutaan orang didorong ke jurang kemiskinan. Itulah mengapa orang kaya semakin tajir.
Perdebatan seputar ketidaksetaraan kian menghangat belakangan. Ini disebabkan banyak hal, semisal keringanan pajak, insentif keuangan, akses kepada peluang. Pada dasarnya ini menyangkut keunggulan sistemik. Tapi yang dilupakan banyak orang adalah ini; modal melahirkan modal.
Bayangkan ada dua orang, si A dan si B. Si A menghasilkan US$100 juta per tahun dan si B menghasilkan US$ 10 juta per tahun. Keduanya memiliki pengeluaran sebesar US$ 5 juta. Artinya A memiliki US$ 95 juta untuk investasi, sementara si B US$ 5 juta. Jadi siapa yang akan mendapatkan lebih banyak dari investasi? Jelas si A.
ADVERTISEMENT
Tapi ini bukan hanya tentang uang yang Anda investasikan. Kekayaan juga berhubungan dengan seberapa baik kinerja investasi itu. Orang-orang kaya melakukan investasi dengan lebih baik. Ada saham dengan performa tinggi, obligasi dan kemudian juga private equity, dan hedge fund.
Semua in merupakan hal-hal yang nyaris tidak dapat diakses oleh investor harian. Jika Anda memiliki uang, tentu lebih mudah untuk mengembangkannya. Tetapi jika tidak, tentu lebih sulit untuk memulai prosesnya.
Ini layaknya orang yang terjebak dalam satu lingkaran. Para milioner menikmati peningkatan kekayaan sebesar 109% dalam dekade terakhir, dari US$ 5,6 triliun menjadi US$ 1,8 triliun. Kekayaan mereka meningkat sebesar US$ 2,7 miliar setiap hari.
10% orang terkaya paling top di dunia memiliki 76% dari kekayaan dunia, sementara 50% terbawah hanya memiliki 2% dari kekayaan global. Begitulah bagaimana luasnya ketidaksetaraan, dan ia akan meluas di masa depan. Orang kaya akan menjadi lebih kaya, baik selama pandemi atau pun dalam suasana perang.
ADVERTISEMENT