Ziarah Kubur : Tradisi Lebaran yang Menyatukan

Diva Regina A
Saya adalah seorang mahasiswi prodi ilmu komunikasi Universitas Amikom Purwokerto.
Konten dari Pengguna
10 April 2024 22:39 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diva Regina A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ziarah Kubur Purwokerto, Sumber : Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ziarah Kubur Purwokerto, Sumber : Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di bawah langit yang biru, ketika suara takbir masih bergema di sudut-sudut kota, tradisi ziarah kubur bermula. Para keluarga berjalan bersama menuju tanah peristirahatan terakhir para leluhur, membawa doa dan harapan. Bukan hanya bergembira dengan mereka yang telah tiada, tetapi ziarah kubur adalah wadah untuk saling bercengkrama dengan sesama.
Orang bersalaman sembari berjalan ke kuburan, Sumber : Dokumen Pribadi
Seiring dengan detik waktu yang berlalu, ziarah kubur bukan sekadar tradisi, melainkan juga sebuah perjalanan spiritual. Di sini, di antara barisan batu nisan yang berdiri tegak, generasi muda dan tua bertemu, menyatu dalam doa dan kenangan.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini, yang telah melewati banyak generasi, menjadi simbol dari siklus kehidupan yang terus berputar. Ziarah kubur adalah momen introspeksi, saat manusia berhadapan dengan realitas kematian dan keabadian jiwa.
Dengan membaca Al-Qur'an atau Surat Yasin, masyarakat menghadiahkan bacaan suci bagi mereka yang telah pergi. Ini adalah bentuk penghormatan dan cinta yang tak lekang oleh waktu, sebuah doa agar arwah para pendahulu mendapat ketenangan abadi.
Sumber : Dokumen Pribadi
Ketika Lebaran usai, tradisi ziarah kubur akan tetap hidup dalam ingatan, sebagai pengingat akan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilestarikan. Disini ziarah kubur adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.