Hipertensi dalam Kehamilan dan Stunting di Indonesia

Dian Puspito Rini,S,Tr,Keb
Mahasiswa Magister Hukum Kesehatan Universitas Hang Tuah Surabaya
Konten dari Pengguna
7 Februari 2024 5:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dian Puspito Rini,S,Tr,Keb tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hipertensi saat hamil atau preeklamsia. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hipertensi saat hamil atau preeklamsia. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Istilah hipertensi mungkin sudah tidak asing lagi, karena penyakit ini memang cukup banyak menyita perhatian. Hipertensi adalah suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi, yaitu di atas 140/90 mmHg. Biasanya penderita banyak ditemui pada kisaran usia dewasa hingga lanjut usia.
ADVERTISEMENT
Namun tidak menutup kemungkinan jika kondisi ini bisa menyerang siapa saja. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29% pada tahun 2025.
Hipertensi adalah salah satu penyakit silent killer karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Namun penyakit ini mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa layaknya penyakit jantung.
Jika tidak terdeteksi dini dan terobati tepat waktu, hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi serius; penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, diabetes dan banyak penyakit berbahaya lainnya. Stroke dan Penyakit
Jantung Koroner merupakan penyebab kematian akibat hipertensi tertinggi di Indonesia
ADVERTISEMENT
Selain hipertensi secara umum, kita juga mengenal istilah hipertensi dalam kehamilan. Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian ibu mau pun janin. Kira-kira 15-25% wanita yang didiagnosis awal dengan hipertensi dalam kehamilan akan mengalami Pre-Eklamsia Berat (PEB). Sulit memprediksi yang mana akan mengalami PEB.
Berikut adalah tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan. Konsultasikan pada dokter kandungan apabila mengalami gejala-gejala berikut:
1. Ditemukannya kelebihan protein dalam urine (proteinuria) atau tanda-tanda tambahan masalah ginjal.
2. Sakit kepala yang parah.
3. Perubahan penglihatan, penglihatan menjadi kabur atau sensitivitas cahaya.
4. Nyeri pada perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk Anda di sisi kanan.
5. Mual atau muntah.
6. Urine dari buang air kecil menurun.
ADVERTISEMENT
7. Penurunan kadar trombosit dalam darah.
8. Gangguan pada fungsi hati.
9. Sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru.
10. Kenaikan tiba-tiba pada berat badan dan pembengkakan (edema), khususnya di wajah dan tangan, sering menyertai preeklampsia. Tapi hal-hal ini juga terjadi di banyak kehamilan normal, sehingga kadang tidak dianggap sebagai tanda-tanda preeklampsia.

Lalu, apa hubungan antara hipertensi dalam kehamilan dengan stunting?

Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada masa 1000 hari kehidupan anak. Hal ini diakibatkan karena nutrisi pada fase tersebut kurang terpenuhi. Sehingga berdampak pada kondisi fisik anak yang kerdil atau pendek dibandingkan teman sebayanya.
Faktor penyebab stunting sebenarnya bukan hanya nutrisi saja. Melainkan banyak faktor penyebab stunting yang dimulai dari remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, hingga anak lahir sampai 1.000 hari kehidupannya.
ADVERTISEMENT
Pada saat masa hamil, seorang ibu akan memperhatikan segala nutrisi yang dikonsumsinya. Tujuannya agar anak yang dilahirkan baik tanpa kekurangan apapun. Namun, ada juga ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit, salah satunya hipertensi. Ternyata dalam sebuah studi menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kondisi hipertensi rentan untuk melahirkan anak stunting.
Hal ini dikarenakan hipertensi pada masa kehamilan mengakibatkan tidak berkembangnya invensi sel-sel trofoblas yang terletak pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks. Lapisan ini akan tetap kaku dan keras sehingga menyebabkan arteri mengalami vasokontriksi.
Hal ini nantinya aliran darah uteroplasenta mengalami penurunan dan menghambat pertumbuhan janin. Apabila hal ini dibiarkan akan berakibat pada gangguan fungsi plasenta. Menyebabkan asupan nutrisi janin kurang dan terjadi berat bedan lahir rendah (BBLR) atau fatalnya bisa berdampak anak lahir stunting.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, ibu hamil perlu memperhatikan asupan nutrisi dan menjaga tekanan darah agar normal. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak yang telah lahir nantinya.