Interaksi Sensibilitas ke Produk Artistik

Dimas Tri Pamungkas
Writer, Art Curator and Cultural Critic.
Konten dari Pengguna
19 Maret 2023 6:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Tri Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengunjung memerhatikan karya video yang dipajang dalam pameran koleksi galeri Surabaya Art Center. Foto: Dimas Tri Pamungkas
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung memerhatikan karya video yang dipajang dalam pameran koleksi galeri Surabaya Art Center. Foto: Dimas Tri Pamungkas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sensibilitas berasal dari bahasa Latin sensibile dengan akar kata sensus yang artinya penerapan dengan indra, rasa, perasaan dan kesan. Pada akhir abad ke-14 istilah sensibilitas tiba di Inggris melalui bahasa Prancis Kuno (sensibilite) dengan arti, “kemampuan untuk merasakan atau mempersepsikan”.
ADVERTISEMENT
Ketika istilah sensibilitas telah dikenal secara luas di lingkungan berbahasa Inggris, sensibilitas akhirnya menjadi salah satu pertanda yang mengawali kebangkitan Renaisans. Dengan demikian, muncullah berbagai inovasi seperti di bidang komunikasi, ekonomi dan politik–yang turut serta mendukung para seniman dan ilmuwan dengan beragam ide barunya.
Para pemikir humanisme salah satunya, yang mulai mengembangkan gagasan tentang manusia sebagai makhluk individu–yang dapat membentuk takdir dan budayanya sendiri, tanpa ada kekhawatiran kembali soal keterlibatan Ilahi.
Karya lukisan yang dipajang dalam pameran koleksi galeri Surabaya Art Center. Foto: Dimas Tri Pamungkas
Selanjutnya lahirlah konsep-konsep tentang kemampuan manusia, seperti kepekaan, sebagai salah satu ekspresi dari pendekatan untuk menciptakan pertanyaan tentang esensi persoalan manusia, sekaligus sebagai pengingat akan fakta bahwa tidak ada kehidupan yang pasti benar di dunia yang salah.
Dengan demikian istilah sensibilitas mengungkapkan adanya harapan dan keindahan, dalam artian kembali kepada kepekaan estetika. Estetika sebagai dasar teori kepekaan, menerangi dan menerima nilai estetika sebagai fitur – yang kerap bersembunyi dari pengalaman, dan memungkinkan kita untuk mengenali kehadiran aspek estetika yang meresap dalam setiap pengalaman. Baik pengalaman yang indah, agung dan brutal sekalipun.
ADVERTISEMENT
Sensibilitas telah menjadi kesadaran perseptual yang melampaui sensasi sederhana, lebih dari persepsi indra, dan produk estetika seperti objek artistik yang kita kenal sebagai seni, telah menjadi media utama untuk mempresentasikan kesadaran tersebut.
Seni merupakan produk dari suatu aktivitas; sesuatu yang dengan sadar dibuat. Maka sebagai produk estetika, seni bekerja dalam persepsi. Dengan demikian, sensibilitas adalah runtutan perhatian yang kompleks pada setiap fitur persepsi atau aspek objek, pada bagaimana interaksinya dengan faktor lain dalam estetika, dan pada kekuatan serta stabilitasnya yang bervariasi.
Dalam setiap apresiasi pada seni bertumpu pada landasan perseptual, diperkuat oleh pengetahuan dan masa lalu. Keterbukaan perseptual telah memungkinkan kita untuk mengenali secara pengalaman tentang seberapa baik objek artistik berfungsi dalam setiap situasi, dan dapat juga memberikan landasan yang jelas untuk menilai keberhasilan objek artistik tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, kita memiliki kemungkinan penilaian tentang estetika positif dan negatif sepanjang skala multi-dimensi, karena tidak ada objek yang merupakan keseluruhan yang tidak dapat dibedakan.
Dalam seni interaktif, dialogis atau relasional, semisal-seniman dapat menarik penonton ke dalam proses, bahkan melampaui proses, aktivitas kinerja, dan durasi presentasi objek – secara bersamaan kepekaan estetika meningkatkan persepsi kita tentang keterlibatan tubuh multi-indra. Keterlibatan estetika dalam hal ini telah mengubah persepsi kita tentang ruang dan massa ketika dipahami bukan sebagai abstraksi tetapi dalam pengalaman sensorik kehidupan sehari-hari, secara lebih umum.