Promosi Indonesia Lewat Sepeda dan Batik

Dimas Pradana
Civil Servant, Proud Member of Sesdilu Man74b, Music and Cycling Enthusiast
Konten dari Pengguna
28 Mei 2023 14:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dunia yang semakin terhubung secara global, diplomasi bukan lagi hanya terbatas pada perundingan tingkat tinggi di ruang konferensi. Seorang diplomat Indonesia tidak hanya memperjuangkan kepentingan nasional melalui pernyataan tegas yang dibacakan dalam sidang internasional di PBB.
ADVERTISEMENT
Kini, diplomasi telah menemukan jalan baru untuk membangun hubungan dan persahabatan antar negara dan masyarakatnya melalui dua elemen yang unik dan lebih santai, yaitu sepeda dan batik.
Mungkin ada yang bingung dan bertanya, ‘kenapa sepeda dan batik?
Bagi saya, selain keduanya bukan hal yang asing bagi warga Belanda maupun Indonesia, sepeda dan batik juga memiliki kesan tersendiri bagi saya selama tinggal di Belanda tahun 2015 hingga 2020.
Sepeda telah menjadi ikon mobilitas dan kebebasan. Di balik kegiatan olahraga yang sederhana ini, sepeda mampu menghubungkan manusia dari berbagai latar belakang, budaya, dan negara. Dalam konteks diplomasi, sepeda telah membuka pintu bagi negara-negara untuk membangun saling pengertian dan persahabatan antar masyarakat.
Mark den Bakker dan Pengalaman Balap Sepeda Pertama di Belanda
ADVERTISEMENT
Kegemaran dan kecintaan pada sepeda yang mempertemukan saya dengan Mark den Bakker, seorang desainer grafis dan pembalap sepeda fixed gear. Mark berasal dari Leiderdorp, sebuah kota kecil yang bertetanggaan dengan kota Leiden.
Awal mula saya mengenal Mark adalah melalui forum penggemar fixed gear di media sosial pada awal 2016. Saat itu saya tengah menempuh studi S2 di Leiden, dan ingin mencari sepeda fixed gear untuk alat transportasi selama bersekolah. Waktu itu, Mark adalah orang yang cukup sering menanggapi pertanyaan-pertanyaan saya di forum daring tentang sepeda dan skena fixed gear di Leiden.
Sepeda fixed gear milik penulis (Sumber: dokumentasi pribadi)
Dari perbincangan tersebut, Mark memperkenalkan saya pada skena fixed gear criterium Belanda (NL Crit Series). Bagi yang belum tahu, fixed gear criterium atau disingkat fixed gear crit, adalah salah satu jenis balapan sepeda yang menggunakan sepeda fixed gear.
ADVERTISEMENT
Balapan berlangsung di sirkuit pendek di jalanan perkotaan dengan rute teknis yang mencakup tikungan tajam dan sprint yang intens. Dengan kata lain, balapan ini menawarkan aksi cepat dan manuver yang agresif.
Balapan pada seri NL Crit di Den Haag (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Pengalaman melihat banyak balapan, rasa penasaran saya untuk merasakan keseruan dan ketegangan saat balapan criterium semakin besar. Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian dan cukup berlatih, saya memutuskan mencoba balapan fixed gear crit untuk pertama kalinya. Setelah itu, saya sempat beberapa kali balapan fixed gear crit selama di Belanda.
Penulis mengikuti seri NL Crit di Amsterdam (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Kesamaan passion pada olahraga bersepeda mampu menaklukan berbagai perbedaan. Baik perbedaan budaya, status ekonomi, maupun kemampuan. Melalui fixed gear crit saya bertemu banyak teman dari berbagai negara dengan latar belakang budaya yang berbeda, serta mencoba balapan bersama pembalap amatir hingga pembalap profesional.
Penulis di event Red Hook Criterium Milan (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Suasana di Red Hook Criterium Milan (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Mark dan Kecintaannya terhadap Batik
ADVERTISEMENT
Selain bertemu di kegiatan-kegiatan fixed gear, saya juga pernah mengundang Mark ke KBRI Den Haag untuk bersantap siang makanan khas Indonesia di kantin KBRI. Dalam kesempatan tersebut, Mark menceritakan kekagumannya terhadap budaya Indonesia, terutama batik. Menurutnya motif batik sangat variatif dan unik, indah, serta memiliki simbol-simbol tersendiri.
Santap siang makanan Indonesia di kantin KBRI Den Haag (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Nilai keindahan dan simbol kebudayaan yang ada pada batik Indonesia menjadikannya termasuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak tahun 2009. Pengakuan UNESCO terhadap batik Indonesia merupakan sebuah kesuksesan diplomasi budaya yang dilakukan oleh Indonesia di dunia internasional.
Sebelum pulang ke Indonesia karena berakhirnya masa penugasan di Belanda, saya memberikan kemeja batik kepada Mark karena saya teringat akan ketertarikannya pada batik Indonesia. Hal ini menjadi bentuk tanda ingat dan apresiasi saya kepada Mark atas persahabatan yang telah terjalin.
Mark dan putranya, Loet, mengenakan batik Indonesia (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Sepeda dan batik, meski tampak sederhana, telah membawa dampak yang besar dalam diplomasi antar bangsa. Keduanya menjadi alat yang efektif dalam membangun jembatan budaya, memperkuat relasi, dan memperluas pemahaman antara negara-negara di dunia. Dalam upaya untuk mengatasi perbedaan dan mempromosikan kerjasama, diplomasi melalui sepeda dan batik telah membuktikan bahwa persahabatan dapat ditemukan di mana pun kita berada, termasuk di atas sepeda atau di balik kain batik yang indah.
ADVERTISEMENT