Youth Diversity Forum 2023, Bangkitkan Kepedulian Pemuda Terhadap Isu Genosida

Dewi Sulistiawaty
Content Creator
Konten dari Pengguna
10 September 2023 23:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Sulistiawaty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
The 1st Youth Diversity Forum 2023 di Kota Semarang, Jawa Tengah (7/9)
zoom-in-whitePerbesar
The 1st Youth Diversity Forum 2023 di Kota Semarang, Jawa Tengah (7/9)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kamis, 7 September 2023, Center of Human Excellence and Diversive (CoHesive) sukses menggelar The 1st Youth Diversity Forum atau Forum Kebhinekaan Pemuda Pertama 2023 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Tema yang diangkat dalam forum ini adalah “Raising Interfaith, Independence and Interconnection Movement Towards Harmony Within Diversity”, atau Menggalang Gerakan Lintas Agama, Kemandirian dan Interkoneksi Menuju Harmoni Dalam Kebhinekaan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama CoHesive dengan Milenial Untuk Pertahanan Keamanan (MAPAN) dan Forum Dirgantara Muda, serta didukung juga oleh ASEAN Youth Organization, Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Jateng, Ikatan Alumni ITB, Ikatan Alumni Jerman, Ikatan Alumni Program Habibie, Yayasan Rumah Cahaya Kebaikan, dan Lembaga Kursus dan Pelatihan Eunoia.
Ahmad Arafat Aminullah selaku Founder CoHesive sekaligus Ketua Umum Forum Dirgantara Muda mengatakan bahwa forum ini merupakan wadah untuk berdiskusi, komunikasi, dialog, penjajakan, konsolidasi, serta aksi bersama yang membahas tentang kebhinekaan yang berintegritas bagi pemuda dalam menghadapi berbagai tantangan keamanan, ekonomi-politik, sosial dan isu-isu kebangsaan kontemporer.

Bangkitkan Kepedulian Pemuda Indonesia Terhadap Isu Genosida Uighur

Terkait dengan isu dan permasalahan kemanusiaan yang terjadi di dunia, pada saat sesi diskusi, salah seorang peserta dari Humanity United Project Indonesia (HUPI) bernama Hasman menyampaikan keresahannya mengenai genosida budaya yang sedang dialami oleh minoritas muslim Uighur di wilayah China. Menurutnya jika dilakukan pembiaran terhadap tindakan genosida tersebut, maka dampaknya bisa sangat mengkhawatirkan bagi etnis Uighur yang berada di Xinjiang, dan krisis kemanusiaan akan semakin meluas.
ADVERTISEMENT
Selaku Ketua Umum Pusat HUPI, Hasman mengungkapkan bahwa sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila, sudah seharusnya Indonesia turut serta dalam menghentikan genosida, diskriminasi, dan pelanggaran HAM, terutama yang saat ini menimpa kaum etnis Uighur. Ia menilai, genosida budaya ini tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, dan jika dibiarkan tentunya akan sangat mengkhawatirkan.
Pada forum yang digelar di Ballroom Oak Tree, Semarang tersebut Hasman juga menyampaikan bahwa berdasarkan data dan informasi yang mereka himpun, diduga telah terjadi genosida yang terstruktur, sistematis, masif, serta kerja paksa dengan motif politik ekonomi oleh pemerintah di sana.
Menanggapi pernyataan Hasman, Ahmad Arafat pun menyarankan untuk penentuan sikap Indonesia jika fakta dan realitas sudah cukup kuat, karena hal tersebut sudah sesuai dengan nilai Pancasila dan nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
"Kita harus menentukan sikap setelah menemukan dan meyakini fakta dan realita yang terjadi atas suku bangsa Uighur tersebut. Ini adalah ejawantah dari sila pertama dan sila kedua dari Pancasila. Apapun yang bisa dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi kaum minoritas Uighur, harus digaungkan dan dikuatkan sebagai bentuk solidaritas kita sebagai sesama manusia yang berketuhanan dan berperikemanusiaan,” ujar Arafat.
Salah satu pemateri dalam sesi diskusi, Agung Hikmati mengungkapkan bahwa konflik antaragama yang terjadi tidak selalu disebabkan oleh sentimen keagamaan. Menurutnya konflik ini kerap dipicu oleh kepentingan politik ekonomi. Dikutip dari Merdeka.com, emas seringkali dijadikan justifikasi untuk menyulut konflik, sehingga seolah-olah terjadi konflik agama.
Sebagai Founder CoHesive, Arafat mengatakan bahwa masalah ini dapat diselesaikan melalui jalur dialog, serta peningkatan nilai toleransi. "Termasuk pelanggaran HAM terhadap pemeluk agama atau penganut aliran kepercayaan, dapat diminimalkan di masa depan melalui jalur dialog dan peningkatan nilai toleransi," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Usai kegiatan diskusi, Hasman pun menjelaskan bahwa Humanity United Project Indonesia sendiri merupakan organisasi yang konsisten menyuarakan isu terkait genosida Uighur. Unjuk rasa yang mereka lakukan melibatkan anggota, serta menggalang simpati masyarakat untuk bersama-sama menyuarakan aspirasi. Beberapa elemen masyarakat dari lingkungan setempat turut bersimpati dengan nasib etnis minoritas Uighur.
"Kami rasa ini penting dan genting untuk kita suarakan bersama. Kami konsisten, dan di akhir Agustus lalu kita melaksanakan unjuk rasa di depan kedutaan besar China di Jakarta dan di Konsulat Jenderal Tiongkok di Medan atas kerjasama PW HUPI Sumut dengan organisasi Ikatan Pelajar Al Washliyah di Kota Medan," ungkap Hasman.
Menurut Hasman, gerakan yang mereka lakukan ini semakin hari semakin membesar, dan meraih banyak dukungan dari masyarakat. Hasman berharap, melalui Youth Diversity Forum 2023 ini dapat membangkitkan kepedulian pemuda Indonesia untuk memperjuangkan nasib kaum etnis minoritas Uighur, serta bisa turut serta dan ikut andil dalam memperjuangkan aspirasi penghentian genosida di dunia, khususnya di Xinjiang.
ADVERTISEMENT