Kilas Balik 7-Eleven, Sejak Muncul ke Indonesia Hingga Tumbang

1 Juli 2017 9:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seven Eleven. (Foto: Reuters/Issei Kato)
zoom-in-whitePerbesar
Seven Eleven. (Foto: Reuters/Issei Kato)
ADVERTISEMENT
Gerai 7-Eleven (Sevel) telah hadir di Jakarta sejak tahun 2009 lalu. Waralaba yang berbasis di Dallas, Texas, Amerika Serikat itu dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia (MPRI).
ADVERTISEMENT
MPRI memperoleh hak dan lisensi dari 7-Eleven Inc untuk mengembangkan dan mengoperasikan gerai 7-Eleven di Pulau Jawa, Indonesia untuk masa 20 tahun dan masa perpanjangan kontrak 10 tahun. Sejak pertama kali hadir, gerai 7-Eleven tumbuh dan berkembang.
Gerai yang terkenal dengan minuman Slurpee ini menjadi tempat favorit anak muda untuk menghabiskan waktu bersama. Selain itu, 7-Eleven juga menyediakan fasilitas wifi gratis, berbagai macam makanan ringan, kopi, hingga beberapa minuman beralkohol yang membuat gerai ini semakin digandrungi anak muda.
Melansir data perusahaan dikutip kumparan (kumparan.com), Sabtu (1/7), di tahun 2009 7-Eleven baru memiliki gerai 1 unit. Kemudian bertambah cukup signifikan di tahun 2010 menjadi 21 unit. Di tahun 2011, jumlah gerai kembali bertambah menjadi 57 unit dan naik lagi di tahun 2012 menjadi 117 unit.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2013, gerai 7-Eleven kembali bertambah menjadi 150 unit. Bahkan 7-Eleven membuka gerai di sejumlah pusat bisnis dan stasiun. Puncaknya terjadi di tahun 2014 di mana 7-Eleven memiliki 190 unit.
Seven Eleven ditutup (Foto: Reuters/Agoes Rudianto)
zoom-in-whitePerbesar
Seven Eleven ditutup (Foto: Reuters/Agoes Rudianto)
Gerai 7-Eleven Menyusut dan Mulai Rugi
Pada tahun 2015 jumlah gerai yang dimiliki 7-Eleven susut 2 unit menjadi 188 unit. Hal tersebut berlanjut di tahun 2016 lalu, jumlah gerai 7-Eleven kembali susut menjadi 175 unit.
Pada tahun 2015 juga pemerintah melarang penjualan minuman beralkohol melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 6 tahun 2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.
Susutnya jumlah gerai 7-Eleven mempengaruhi kinerja induk perusahaan 7-Eleven, PT Modern International Tbk (MDRN). Di kuartal III-2016, penjualan MDRN anjlok 31 persen dari Rp 962,80 miliar menjadi Rp 660,67 miliar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu di sepanjang tahun lalu, perseroan juga mengalami kerugian Rp 162,02 miliar. Padahal di tahun 2015, MDRN memperoleh laba Rp 11,77 miliar. Nilai ekuitas perusahaan juga turun dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 1,1 triliun. Begitu juga nilai aset turun dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp 2,3 triliun.
Seven Eleven ditutup. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seven Eleven ditutup. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Batal Akuisisi
Pada 23 Mei 2017, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sempat berencana untuk mengakuisisi 7-Eleven. Namun, Presiden Direktur Charoen Pokphand Indonesia Tjiu Thomas Effendy menyatakan, pihaknya perlu mendapat persetujuan dari pihak pemegang label 7-Eleven di Amerika Serikat.
Dengan rencana penjualan bisnis 7-Eleven yang bernilai Rp 1 triliun, sebelumnya Modern International berniat agar penjualan bisnis itu, dapat memberikan dana segar kepada MSI guna membayar pinjaman bank, modal kerja, maupun utang lainnya. Di samping itu, perseroan juga menjalankan usaha sebagai distributor peralatan kesehatan media di bawah merk Shimadzu dan Sirona.
ADVERTISEMENT
Rencana tersebut ternyata batal karena tak ada kesepakatan di antara kedua pihak. Direktur Modern International Chandra Wijaya melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 21 Juni 2017 menyatakan, pembatalan rencana transaksi material untuk penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store merek waralaba 7-Eleven antara perseroan melalui anak usaha, dengan Charoen Pokphand Indonesia.
Hingga pada 30 Juni 2017 kemarin, seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia resmi ditutup. Sevel hanya bertahan sekitar 8 tahun di Indonesia.
Selamat Tinggal Sevel..