SQ Cover Story Bantuan Petugas

Energi Positif Para Relawan Kemanusiaan di Masa Pandemi

Dewi Ambarwati
Dosen Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang Pegiat Antikorupsi Penyuluh Antikoupsi Jenjang Pratama
23 Mei 2020 8:34 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relawan pemakaman pasien corona di markas PMI Kabupaten Sleman DI Yogyakarta. Foto: Dok. Humas PMI Sleman
zoom-in-whitePerbesar
Relawan pemakaman pasien corona di markas PMI Kabupaten Sleman DI Yogyakarta. Foto: Dok. Humas PMI Sleman
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang relawan kemanusiaan bukan sesuatu yang mudah. Di kala semua orang terdampak oleh kondisi yang hampir tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa di era globalisasi seperti saat ini Indonesia—dan dunia—bisa terjangkit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang telah memakan banyak korban, di saat seperti inilah tumbuh jiwa-jiwa pemberani dari relawan kemanusiaan. Mereka beraksi dan saling melengkapi.
ADVERTISEMENT
Sinergitas antara pemerintah dan masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Sejak COVID-19 masuk ke Indonesia, kepanikan adalah sebuah kondisi yang dirasa sangat ‘normal’ mengingat minimnya edukasi dan protokol kesehatan kala itu.
Kebiasaan menyangkut kebersihan pun masih sering terabaikan. Maka kebiasaan mencuci tangan, memakai hand sanitizer, dan memakai masker kesehatan mulai digaungkan oleh pemerintah. Gerakan sadar akan betapa pentingnya kebersihan membuat masyarakat mulai memperhatikan protokol kesehatan dan ‘lucunya’ berdampak pula pada melonjaknya harga masker, hand sanitizer, multivitamin, hingga alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh tenaga medis.
Sebuah kondisi yang sangat mengherankan bahwa di negara yang Pancasilais dan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, masih ada yang ‘tega’ untuk mengkhianati saudara sebangsanya sendiri dengan menimbun masker dan meninggikan harga bahan-bahan pokok. COVID-19 memang baru di Indonesia tetapi, rasa kebangsaan mestinya bukanlah hal baru.
Para relawan. Ilustrasi: Maulana Saputra/kumparan
Jiwa-jiwa peduli terhadap sesama tumbuh di antara para relawan kemanusiaan yang hadir di masa pandemi. Relawan tak terbatas pada sektor kesehatan saja, tetapi masih banyak relawan kemanusiaan yang ikut terjun langsung di tengah porak-poranda situasi ekonomi dan sosial, serta minimnya edukasi bagi masyarakat akan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Betapa pentingnya peran mereka bagi masyarakat dan negara. Seakan tak mempedulikan nasib mereka sendiri, para relawan melakukan hal terbaik di bidang mereka dan berbuat apa yang bisa dilakukan.

Kekuatan Super Relawan

COVID-19 di Indonesia sangat berdampak bagi kehidupan perekonomian dan sosial, bahkan juga bagi psikis. Banyak korban yang terdampak langsung maupun tidak langsung. Kerugiannya pun menyeluruh. Di kalangan ekonomi dan bisnis, misalnya, pengusaha banyak yang gulung tikar, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di mana-mana, pedagang yang dituntut mencari nafkah di luar rumah kini juga harus ikut anjuran pemerintah untuk “stay at home-work from home”. Sektor pendidikan pun berdampak. Anjuran pemerintah untuk “learn from home” mengubah pola belajar para peserta didik, yang tadinya offline kemudian beralih menjadi online atau berbasis daring.
ADVERTISEMENT
Anjuran pemerintah tersebut menuai pro dan kontra. Tidak ada pilihan memang bagi kita untuk memilih opsi lain selain work and learn from home untuk memutus rantai penyebaran virus. Tetapi timbul masalah baru, bagaimana nasib saudara kita yang rata-rata sumber penghasilannya menuntut mereka untuk keluar rumah?
Bagaimana nasib saudara kita yang masih belum mendapat nikmat berselancar online tanpa memikirkan kuota internet yang harus dibayar?
Nampaknya pemerintah telah cukup tanggap akan hal ini. Bergulirlah beberapa bantuan, baik akses internet dan bantuan sosial lain. Tetapi, lagi-lagi, kondisi di lapangan berkata lain. Bantuan tersebut tidak menyentuh langsung dan tidak merata pada masyarakat di level grass roots.
Mengatasi permasalahan tersebut, hadirnya para relawan kemanusiaan inilah yang berperan untuk melengkapi dan bersinergi dengan pemerintah serta masyarakat untuk membantu mengurangi beban moral dan sosial masyarakat yang terdampak COVID-19. Hal yang sering dilakukan adalah pemberian sembako, obat-obatan, penyemprotan disinfektan, pemberian masker, hingga donasi.
ADVERTISEMENT
Manusia-manusia tangguh ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia dengan satu tujuan, yaitu membantu sesama. Aksi-aksi kerelawanan yang menyentuh publik semakin menggugah aksi-aksi lain dari berbagai kalangan. Meski tak ada materi untuk disumbangkan, tetapi tenaga dan waktu adalah hal yang paling berharga yang dapat dibagi untuk meringankan beban bersama.
Relawan membuat dapur umum di Cilodong, Depok. Foto: Dok. Anton Arema

Relawan Anti-Mainstream

Peran relawan sangat berperan untuk saling berkontribusi, baik tenaga, pikiran, dan materi. Selalu ingat bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas, tetapi sumber dayanya terbatas. Kondisi semacam ini menuntut kita menuju arah perubahan. Istilahnya menjadi relawan yang anti mainstream. Jika sebelumnya kita fokus memberikan materi untuk kebutuhan jangka pendek, hendaknya kita berputar arah untuk lebih menekankan kepada skill dan menyentuh masalah ketahanan pangan.
ADVERTISEMENT
Ada juga para relawan yang memberikan bantuan sosial berupa pelatihan kerja, relawan di bidang tanaman hidroponik, relawan yang fokus pada pengembangan skill kewirausahaan, bahkan ada relawan yang berprofesi sebagai content creator dan influencer yang memberikan narasi persuasif terkait dengan kemampuan self-healing agar optimistis menuju masa pasca-pandemi.
Berbagi tak sebatas material saja, tetapi pemulihan, pendampingan, dan penyadaran akan pentingnya bertahan dan berani mengambil potensi lain di masa pandemi ketimbang tidak berbuat apa-apa dan tidak berusaha menggali potensi diri.

Aksentuasi pada Integritas dan Akuntabilitas

Kita sepenuhnya sadar bahwa pandemi adalah kondisi sulit bagi kita semua, baik bagi korban terdampak langsung maupun tak langsung. Fokus kesehatanlah yang seharusnya diprioritaskan.
Relawan membuat dapur umum di Cilodong, Depok. Foto: Dok. Anton Arema
Seseorang yang mendedikasikan hidupnya sebagai relawan merupakan sosok yang berintegritas tinggi. Betapa tidak, menjadi seorang relawan adalah mengenai sebuah perilaku jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diamanahkan padanya. Sangatlah sulit jika seorang relawan tidak memiliki integritas dan tidaklah mungkin ia tak memiliki perilaku yang akuntabel.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, relawan bukan hanya bicara tentang sisi kemanusiaan. Relawan bukan hanya sebatas ‘memberi’. Berani menjadi relawan di bidang apa pun adalah berani untuk berintegritas dan bertanggung jawab terhadap amanah yang disandang.
Semoga, dua nilai penting ini senantiasa ada di jiwa para relawan kemanusiaan, karena dua hal tersebut adalah penekanan dari energi positif dari para relawan Indonesia yang sesuai dengan jiwa Pancasila.
Karena bersama, kita bisa.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten