Pengalaman Menjadi Juara I Seleksi Penyuluh Keluarga Berencana Tingkat Nasional

I Dewa Made Suka
I Dewa Made Suka, SH., M.Pd.H, Pernah menjadi kontributor koran TOKOH, sekarang menjadi Widyaiswara pada Perwakilan BKKBN Provinsi Bali. Pendidikan Strata I, pada Fakultas Hukum Unud, Strata II di IHDN Denpasar.
Konten dari Pengguna
10 April 2021 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Dewa Made Suka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kata "Win" yang artinya "Menang". Sumber foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kata "Win" yang artinya "Menang". Sumber foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahap Persiapan
Mendapatkan surat ikut kompetisi seleksi nasional Penyuluh Keluarga Berencana atau Penyuluh KB, membuat hati saya tidak karuan. Sesaat saya menenangkan diri, menarik napas panjang, agar bisa melihat persoalan dengan lebih jernih.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama yang saya lakukan adalah membaca satu per satu dan memahami indikator penilaian. Selanjutnya saya siapkan segala yang diminta. Mulai dari menyusun administrasi, bukti pelaksanaan kegiatan di lapangan, berbagai terobosan atau inovasi saat menjadi Penyuluh KB, pengalaman dan prestasi pribadi, serta prestasi wilayah binaan.
Tidak itu saja, seorang Penyuluh KB diharapkan mampu mengatasi persoalan kependudukan dan keluarga berencana di wilayahnya, kemudian melaporkan secara berjenjang ke tingkat yang lebih tinggi, seperti ke kecamatan, ke kabupaten, atau malah ke tingkat provinsi.
Administrasi, saya klasifikasikan berdasarkan urutan waktu kegiatan, juga berdasarkan bobot pelaksanaan dan dampaknya buat masyarakat. Semakin positif dampaknya kepada masyarakat maka nilainya semakin baik. Contoh sederhana, ketika membuat kelompok remaja, diberikan penyuluhan dan orientasi tentang dampak minuman keras. Dampaknya, lebih banyak remaja memanfaatkan waktu luangnya untuk kegiatan positif, dibandingkan kumpul dan mengikuti remaja yang senang minum minuman keras. Maka nilainya tinggi.
ADVERTISEMENT
Untuk terobosan atau inovasi, saya melihat persoalan urgen yang harus diatasi segera. Contohnya saat itu, angka kemiskinan di wilayah binaan saya cukup tinggi. Maka, perlu ditemukan terobosan membuat kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera atau disingkat UPPKS. Melalui kelompok tersebut, saya melakukan berbagai orientasi atau penyuluhan, tentang pentingnya mengubah pola pikir miskin menjadi pola pikir sukses.
Kemudian kita hubungkan dengan komunitas keuangan, seperti koperasi simpan pinjam atau bank, agar dapat memberikan pinjaman dengan bunga rendah untuk membantu anggota kelompok yang mempunyai talenta ekonomi produktif, seperti keterampilan membuat kue, membuat anyaman bambu, keterampilan menjahit pakaian, dan sebagainya.
Dalam kapasitas sebagai penyuluh KB, saya kerap memberikan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) baik perorangan maupun kelompok, untuk mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, disingkat NKKBS. Bahagia sejahtera ternyata lebih mudah diwujudkan kalau memiliki anak relatif sedikit, dengan motto BKKBN saat itu adalah dua anak cukup.
ADVERTISEMENT
Menurut data-data ilmiah, angka kematian ibu lebih tinggi saat melahirkan untuk ketiga, keempat atau kelima kalinya. Selain itu, risiko kematian bayi juga meningkat pesat pada anak ketiga, keempat, kelima dan seterusnya.
Jadi, dua anak cukup ini bukan soal local genius atau budaya tapi cenderung sebagai masalah biologis. Dua anak cukup itu, bukan bahasa program, melainkan bahasa kedokteran, karena kalau melahirkan tiga anak, banyak ibu meninggal karena perdarahan. Inilah acuan penyuluhan yang saya lakukan, sebagai tanggung jawab moral ASN.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan seleksi pertama-tama, dilakukan penilaian administrasi. Selanjutnya kegiatan bina suasana. Berisi berbagai permainan. Antara lain, kegiatan mengingat dan menyebut nama teman-teman wakil tiap-tiap provinsi. Entah kenapa, saat itu saya bisa menyebut semua nama teman-teman dengan asal provinsinya. Ternyata, hal itu terkait dengan kemampuan bergaul atau kemampuan sosial. Dalam kaitan dengan tugas sebagai Penyuluh KB, terpenting adalah kemampuan membina hubungan baik dengan masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat, baik formal maupun informal, agar memudahkan pelaksanaan program di masyarakat. Memudahkan pembudayaan dan pelembagaan keluarga berencana.
ADVERTISEMENT
Demikianlah berbagai permainan diberikan, semua berisi pesan. Peserta seleksi ditugaskan untuk menceritakan kembali permainan itu, dan menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya, sehubungan dengan tugas pokok fungsi sebagai penyuluh KB. Ada permainan bermakna kerja sama, permainan bermakna motivasi, juga ada permainan cinta lembaga, dan sebagainya.
Saat presentasi, semua peserta seleksi berusaha tampil maksimal. Saya presentasi dengan kertas kerja berjudul, ‘Kita Besar Dalam Tugas Masing-Masing’. Kertas kerja itu, bermakna altruistik dan lebih bersifat menggugah ke dalam diri saya sendiri, agar melaksanakan tugas dengan prinsip kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas.
Dibantu pengalaman, sebagai pemula menulis pada beberapa media, dan pengalaman senang berorganisasi diberbagai LSM, saya juga berusaha tampil maksimal. Presentasi ini hakikatnya, mengukur wawasan program, wawasan manajerial dan wawasan teknis operasional penyuluh KB.
ADVERTISEMENT
Selesai presentasi, masing-masing peserta mendapatkan beragam pertanyaan dari tim penilai. Saya menjawab dengan mantap, sesuai kenyataan di wilayah, saya ditugaskan.
Saat pengumuman di hari terakhir, setelah kawah candradimuka saya lalui, Tim Penilai Pusat mengumumkan, saya keluar sebagai juara I seleksi Penyuluh KB Tingkat Nasional, dan berhak menerima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketika itu. Tempatnya di Silang Monas Jakarta, pada Hari Keluarga Nasional XII, tahun 2005.
Foto ilustrasi, sumber : https://unsplash.com/s/photos/freedom
Rasa syukur yang dalam, saya panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Istilah, “Tidak ada usaha mengkhianati hasil”, ternyata benar adanya. Juara nasional itu, kemudian saya persembahkan kepada masyarakat di wilayah binaan saya, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Juga kepada keluarga tercinta dan kepada BKKBN sebagai institusi tempat saya bernaung.
ADVERTISEMENT