Menyulap Kulit Kerbau Menjadi Karya Seni Wayang Kulit

Devana Eka Saputri
Mahasiswa aktif Program Studi Penyiaran, Akademi Komunikasi Radya Binatama
Konten dari Pengguna
27 Januari 2024 14:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devana Eka Saputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suroso (65 Tahun), perajin wayang kulit. (Foto: Devana Eka Saputri)
zoom-in-whitePerbesar
Suroso (65 Tahun), perajin wayang kulit. (Foto: Devana Eka Saputri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
YOGYAKARTA-Kota yang terkenal dengan budayanya, memiliki banyak kekayaan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satunya adalah wayang kulit yang merupakan kesenian tradisional yang berkembang terutama dalam masyarakat Jawa.
ADVERTISEMENT
Suroso (65 Tahun), seorang perajin wayang kulit asal desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah menekuni pekerjaan ini lebih dari 50 tahun. Di rumahnya, ia membuat beraneka macam tokoh pewayangan dari pesanan para dalang. Awalnya hanya iseng, namun kini seni wayang kulit menjadi sumber penghasilan yang menghidupi keluarganya.
“Saya sudah membuat wayang sejak tahun 1970, yang awalnya iseng ternyata bisa untuk menghasilkan uang,” kata Suroso
Bahan baku yang digunakan untuk membuat wayang kulit adalah kulit kerbau. Kulit kerbau dipilih karena lebih kuat daripada kulit sapi dan tidak mudah melengkung. Suroso membeli kulit kerbau di daerah Jodog, Bantul. Harga kulit kerbau berkisar antara 1,5 juta hingga 2 juta tergantung ukuran. Kulit kerbau yang besar bisa menghasilkan 12 wayang, sedangkan kulit kerbau yang kecil bisa menghasilkan 8 wayang.
ADVERTISEMENT
Proses pembuatan wayang kulit dimulai dengan menggambar pola menggunakan pensil. Setelah itu, pola diperkuat dengan kerik untuk memberikan kejelasan dan ketebalan.
Tahap selanjutnya adalah natah wayang. Proses ini membutuhkan keahlian dan kesabaran yang tinggi. Suroso menggunakan beberapa alat untuk menatah wayang, seperti pahat, alas berupa kayu berbentuk lingkaran (pandukan), alat batu (tindih) agar wayang tidak bergerak saat diukir, dan pukul dari kayu.
Proses natah wayang membutuhkan keahlian dan kesabaran yang tinggi. (Foto: Devana Eka Saputri)
“Proses pembuatan wayang kulit bisa memakan waktu 1 minggu sampai 3 bulan, tergantung pada ukuran dan tokoh yang dibuat,” kata Suroso.
Setelah tahap natah selesai, dilakukan nyungging (pewarnaan). Pewarnaan wayang kulit menggunakan cat khusus yang tahan lama. Setelah itu, wayang diberi gapit yang terbuat dari tanduk kerbau. Gapit ini berfungsi untuk memegang wayang saat dimainkan oleh dalang.
Tokoh Sinta dalam kisah Ramayana, setelah melalui proses pewarnaan. (Foto: Devana Eka Saputri)
Wayang kulit sendiri bisa awet ratusan tahun jika dirawat dengan baik. Suroso menyarankan untuk menyimpan wayang kulit di dalam kotak, dan dalam jangka waktu berkala selalu diperiksa. Minimal 3 bulan sekali diangin-anginkan di tempat terbuka.
ADVERTISEMENT
Harga sebuah wayang kulit bervariasi tergantung pada ukuran dan tokoh yang dibuat. Semakin besar dan semakin rumit tokoh yang dibuat, semakin tinggi harganya. Harga wayang kulit ukuran kecil tanpa pewarnaan berkisar Rp150 ribu sedangkan sudah diwarna antara Rp300 ribu hingga Rp5 juta.