Spirit Iqro Pascaramadan

Deni Darmawan
Standardisasi Dai MUI Angkatan ke-24 dan Penulis Buku Religi dan Literasi
Konten dari Pengguna
16 April 2024 10:38 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deni Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Deni Darmawan saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Raya Pondok Indah (MRPI) (dokpri)
zoom-in-whitePerbesar
Deni Darmawan saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Raya Pondok Indah (MRPI) (dokpri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hendaknya spirit iqro (Semangat Membaca) tidak hanya dilakukan di bulan Ramadan saja, tapi juga di luar Ramadan. Turunnya Alquran (Nuzulul Qur’an) tidak hanya sekedar seremonial belaka yang diperingati setiap tahun, tetapi harus dimaknai sebagai spirit dalam membangun peradaban.
ADVERTISEMENT
Begitu semangatnya umat Islam ketika bulan Ramadan dalam membaca Alquran dan mengkhatamkannya. Namun, apakah spirit iqro hanya sekedar di bulan Ramadan saja, atau sekedar diperingati tanpa bisa dimaknai dan dikaji lebih dalam.
Alquran diturunkan dari Lauhul Mahfud, langit ke tujuh secara sekaligus hingga ke Baitul ‘Izzah, langit dunia ketika di 10 hari terakhir Ramadan pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Kemudian selama kurun 23 tahun Alquran diturunkan melalui Malaikat Jibril secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya Mabahis Fi ‘Ulumil Qur’an atau Studi Ilmu-Ilmu Alquran bahwa ayat pertama kenabian pada usia 40 tahun yang turun di gua Hira pada 17 Ramadan adalah surat al-Alaq ayat 1 sampai 5, Iqro bismi rabbikal ladzi khalaq. Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
ADVERTISEMENT
Jika dimaknai lebih dalam, bahwa ayat ini akan mengantarkan setiap umat Islam agar keluar dari kebodohan dan menjadi orang yang berpengetahuan. Menjadi motivasi dan dorongan yang kuat bagi umat Islam hari ini untuk mencintai ilmu pengetahuan dan terus membangun peradaban.
Peradaban asal kata dari adab yang artinya bernilai tinggi. Segala kebudayaan Islam yang dihasilkan adalah bagian dari peradaban dengan segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan akal manusia muslim.
Menurut Prof. Hj. Musrifah Sunanto (2024) dalam bukunya Sejarah Islam Klasik bahwa sebelum Islam hadir di Mekkah, penduduknya sedikit mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian, hidup mereka hanya mengikuti hawa nafsu, saling berperang, yang kuat menguasai yang lemah, wanita direndahkan, hingga berlaku hukum rimba. Keistimewaanya hanya menghafal syair-syair dan berdagang.
ADVERTISEMENT
Penduduk Mekkah pada saat itu hanya 17 orang yang pandai baca-tulis. Sedangkan penduduk Yastrib (kini menjadi Madinah) hanya 11 orang yang pandai baca-tulis dari suku Aus dan Khazraj. Pada saat itu, jauh dari ilmu pengetahuan dan peradaban.
Landasan Peradaban Islam
Ketika Nabi SAW mendapat wahyu pertama, Nabi melakukan revolusioner dalam bidang ilmu pengetahuan dan menjadi landasan dalam membangun peradaban Islam. Bahkan, spirit iqro sebagai wahyu pertama menjadikan Islam mengalami masa keemasan (Golden Age) pada masanya.
Lantas, apa yang Nabi SAW lakukan dalam perhatiannya mengembangkan ilmu pengetahuan dan menjadi landasan dasar literasi menuju kualitas manusia unggul dan berpengetahuan.
Pertama, Menjadikan wahyu pertama menjadi literasi dasar baca-tulis. Perintah membaca adalah bagian membaca teks, nash dan lebih luas lagi membaca secara kontekstual dengan mengamati alam semesta, situasi dan kondisi di masyarakat dan fenomena-fenomena yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Tidak sekedar membaca, tapi juga dipahami, dikaji, diteliti dan menghasilkan solusi dalam setiap masalah dan peliknya kehidupan. Semakin banyak ilmu, hidup akan mudah dalam memecahkan masalah. Ilmu Allah itu sangat luas, jika pohon-pohon dijadikan penanya dan lautan sebagai tinta tidak akan habis dalam menuliskan ilmu-Nya. (Qs. Al-Kahfi : 109)
Untuk menangkap sinyal dan kekuatan dalam melihat alam semesta diperlukan hati yang bersih dan sehat. Hati yang selamat dan terus mengingat Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring. Hati yang bersih akan mudah menangkap sinyal-sinyal dan kelezatan ibadah dari apa yang kita lihat, dengar dan rasakan (Qs. Ali-Imran:190-191).
Flyer Salat Jumat di MRPI (dokpri)
Bukankah di bulan Ramadan kita selalu bermohon agar Allah memaafkan segala dosa dan segala penyakit hati agar dihilangkan, dibersihkan, sehingga hati kita selalu mengingat-Nya dimana pun saja kita berada sehingga menghasilkan karya yang orisinil.
ADVERTISEMENT
Kedua, bangsa Arab mempunya hafalan yang kuat, dan hafalan merupakan alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Bagi yang sudah masuk Islam, maka tidak hanya menghafal syair, tapi juga menghafal ayat-ayat Alquran.
Bagi sahabat yang sebelumnya menghafal syair-syair, maka beralih menghafal Alquran. Jika ada yang berusaha mengubahnya, maka akan ada yang memperbaikinya karena Alquran sudah dihafal. Allah turunkan Alquran dan ada orang-orang yang akan menjaganya dengan hafalannya. (Qs. Al-Hijr: 9)
Ke-tiga, membuat tradisi baru yaitu mencatat dan menulis. Para sahabat yang pandai membaca dan menulis diangkat menjadi juri tulis Alquran sehingga wahyu yang turun ditulis di benda-benda seperti kulit hewan, tulang, pelepah kurma dan sebagainya.
Tradisi membaca dan menulis ini berlanjut ketika sahabat menuliskan hadits dari Rasulullah SAW. Bahkan, ketika ada tawanan perang Badar yang pandai membaca dan menulis maka akan mendapat kebebasaan diri jika mengajarkan kepada 10 kaum muslimin.
ADVERTISEMENT
Di rumah sahabat Nabi, Daar Al-Arqam di luar kota Mekkah, Nabi SAW dengan sabar, mendorong dan membimbing agar kaum muslimin bisa membaca, menghafal dan menulis. Di Madinah Nabi juga membangun Masjid, Suffah dan Kuttab sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.
3 Spirit Iqro Pasca Ramadan
Menurut Deni Darmawan (2023) dalam bukunya Agar Bulan Ramadan Tidak Sia-Sia, bahwa ada tiga hal penting dari spirit iqro ketika pasca Ramadan yaitu;
Pertama, Meningkatnya minat baca. Bukankah ketika Ramadan kaum muslimin giat membaca Alquran, bahkan mengkhatamkannya. Membaca secara tekstual akan mendapat lipatan pahala dan keberkahan. Membaca secara kontekstual yaitu membaca alam, situasi dan kondisi, dan hal yang relevan saat ini. Menganalisa sebab turunnya ayat pada situasi tertentu (Asbabun Nuzul).
Buku Menulis itu Gampang karya Deni Darmawan (dokpri)
Menurut beberapa test dan survei tahun 2016 yang dilakukan oleh The Programme for International Student Assessment (PISA) bahwa anak-anak Indonesia literasinya masih tergolong rendah. Jika kita mau memaknai spirit iqro dalam surat al-Alaq maka tidak mustahil Indonesia bisa menempati tingkatan literasi yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Kedua, meningkatnya minat menulis. Memaknai peringatan Nuzulul Qur’an seharusnya bisa memberikan dampak dan pengaruh terhadap kemampuan membaca dan menulis. Memaknai qalam (pena) dalam surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 sebagai alat untuk mengikat ilmu pengetahuan dan menyebarkannya.
Dari apa yang semua kita baca, maka menulislah bagian dari mengikat ilmu pengetahuan yang terhimpun dan disebarluaskan untuk memberikan manfaat dan maslahat untuk umat. Menulis hal-hal yang bermanfaat salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbagi ide dan gagasan melalui tulisan untuk menginspirasi anak negeri.
Ke-tiga, mendorong untuk terus belajar. Implikasi dari wahyu pertama agar umat Islam terus belajar dan memperbaiki diri. Belajar merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas diri dan bagian dari mencintai ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Konsep wajib belajar sepanjang hayat sudah digaungkan ketika pada masa Nabi. Jauh sebelum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berkoar tentang long life education, Nabi sudah memberikan perhatian terhadap ilmu pengetahuan melalui wahyu pertamanya.
Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW sudah memberikan landasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berlanjut pada masa Daulah Umayyah, Daulah Abbasiyah, peradaban di Andalusia di Spanyol. Yang pada akhirnya menjembatani dan mengantarkan peradaban dunia, salah satunya mengantarkan renaissance ke Eropa pada abad pertengahan.
Umat Islam sudah lebih maju ketimbang Eropa yang pada saat itu mengalami kemunduran pada abad ke-10 disebut sebagai abad kegelapan (Age Dark). Sumbangsih peradaban dan pemikiran Islam melalui Andalusia (Spanyol), Perang Salib, dan seluruh mahasiswa dari berbagai belahan dunia yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol dan Perancis.
ADVERTISEMENT
Peradaban dan pemikiran Islam juga memberikan pengaruh di universitas-universitas Italia dan semua buku-buku cendekiawan muslim di terjemahkan ke bahasa Latin dan Inggris. Hal inilah yang kemudian Eropa bangkit dan lahir menjadi negara yang maju hingga seperti sekarang ini.
Spirit Iqro harusnya tak pernah padam, apalagi setiap Ramadan umat Islam selalu memperingati Nuzulul Qur’an. Spirit iqro dalam Alquran adalah spirit membangun peradaban.