Memaknai Tahun Baru Islam

Deni Darmawan
Standardisasi Dai MUI Angkatan ke-24 dan Penulis Buku Religi dan Literasi
Konten dari Pengguna
27 Juli 2023 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deni Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berdoa.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berdoa. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
1 Muharam ditetapkan menjadi tahun baru Islam. Namun, tahun baru Islam bukan saja dimaknai berganti tahun, tapi harus dimaknai untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas iman dengan memperbanyak amal shalih.
ADVERTISEMENT
Bulan Muharam jangan dinodai dengan perbuatan buruk dan segala macam pertikaian. Muharam adalah bulan kemuliaan dan bulan Allah (Syahrullah). Setiap hamba dilarang melakukan perbuatan keji. Bulan ini harus diisi dengan amalan-amalan yang akan mengantarkan hambanya menjadi orang-orang mulia.
Sebelum Islam datang, bulan Muharam memang bulan yang sudah dimuliakan oleh kaum jahiliyah. Cara memuliakannya dengan tidak melakukan perang. Namun, ketika Islam datang, Muharam tetap dimuliakan. Bukan saja tidak melakukan perang, tapi juga dilarang melakukan perbuatan buruk dan mengisinya dengan kebaikan dan amal shalih.
Muharam juga ditetapkan sebagai tahun baru Islam. Hal ini bukan tanpa alasan, setelah Rasulullah wafat, dan kepemimpinan dipegang oleh Abu Bakar Ash-shiddik selama dua tahun, tidak ada administrasi dalam penomoran dalam mengirim surat antara khalifah dan para gubernur.
Warga menyalakan obor saat mengikuti pawai menyambut Tahun Baru Islam di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/7/2023). Foto: Adeng Bustomi/ANTARA FOTO
Akhirnya, ketika kepemimpinan dipegang oleh Umar bin Khatab selama lima tahun. Abu Al-Asyari mengusulkan ke Umar bin Khatab agar penomoran tanggal dalam surat-menyurat disesuaikan dengan kalender Islam.
ADVERTISEMENT
Kemudian Umar bin Khatab menerima usulan dan mengumpulkan para gubernur untuk musyawarah. Banyak masukan yang diberikan dalam penentuan tahun baru Islam. Pendapat pun sangat beragam, di antaranya ketika Rasulullah lahir, wafat atau ketika mendapat wahyu.
Kemudian, Ali bin Thalib mengusulkan agar momentum tahun baru Islam sebagai peristiwa Rasulullah SAW dan para sahabat hijrah dari kota Makkah ke Madinah. Hijrah tidak hanya berpindah tempat, tapi juga segenap jiwa raga dan spiritual kita agar menjadi mukmin yang lebih baik lagi dari hari ke hari.
1 Muharam sebagai tahun baru Islam perlu dimaknai sebagai bulan refleksi diri agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setidaknya ada tiga dalam memaknai tahun baru Islam yaitu kemuliaan diri, hikmah Kehidupan dan introspeksi diri.
ADVERTISEMENT

Kemuliaan Diri

Ilustrasi Al-quran. Foto: Gatot Adri/Shutterstock
Bulan Muharam adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Hal ini tertera di dalam surat At-Taubah ayat 36.
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram..”
Ke-empat bulan haram yaitu Dzulqoddah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Allah mengharamkan setiap hambanya melakukan kezaliman, kemasiatan, tawuran, dan perbuatan buruk lainnya. Jika melakukan hal tersebut, maka limpahan dosa pun ikut berlipat ganda.
Muharam juga disebut sebagai bulan Allah (Syahrullah). Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda, “Puasa yang utama setelah bulan Ramadan adalah bulan Allah yaitu Muharam,”. Begitu juga dengan puasa pada hari Asyuro pada tanggal 10 Muharam. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah pernah ditanya tentang puasa di 10 Muharam, bahwa puasa Asyuro bisa menghapus dosa setahun lalu.
ADVERTISEMENT
Selain berpuasa, kita juga dianjurkan untuk mengerjakan amal shalih seperti shalat, bersedekah, menyantuni anak yatim, menjenguk orang sakit, menyambung silaturahmi dan perbuatan baik lainnya. Segala amal ibadah di bulan Muharam akan menjadikan setiap hamba menjadi mulia di mata Allah SWT.

Hikmah Kehidupan

Ilustrasi berdoa umat islam. Foto: Shutterstock
Bulan Muharam terjadi sejumah peristiwa penting yang bisa dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya. Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As-Samarqandi bahwa pada 10 Muharam begitu banyak peristiwa yang terjadi dan patut untuk direnungi.
Diantara peristiwa yang terjadi pada hari Asyura yaitu Allah menerima taubatnya Nabi Adam Alaihissalam, Allah mengangkat derajat Nabi Idris Alaihissalam, Nabi Ibrahim diselamatkan oleh Allah dari api yang besar, Allah menerima taubat Nabi Daud Alaihissalam, Allah mengeluarkan Nabi Yunus Alaihissalam dari perut ikan, Allah menghilangkan cobaan Nabi Ayyub Alaihissalam, Allah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman Alaihissalam, Allah menyelamatkan Nabi Musa Alaihissalam dari lautan dan menenggelamkan Fir’aun serta lautan terbelah untuk Bani Israil.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bulan ini juga akan mengingatkan kita pada peristiwa hijrah. Kendati peristiwa hijrah bukan di bulan Muharam, tapi para sahabat menginginkan agar semangat hijrah terus berkobar ketika menjelang tahun baru Islam. Bulan ini akan mengingatkan umat Islam tentang peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dari Makkah ke Madinah menjadi titik balik kebangkitan dan perjuangan umat Islam.
Dari semua peristiwa tersebut, sebagai umat Islam kita harus mengambil pelajaran dan hikmahnya. Diantara hikmah-hikmah yang bisa kita ambil adalah, Allah akan memberikan pertolongan bagi setiap hamba yang mengingat Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya. Pertolongan Allah sangat dekat bagi setiap mukmin yang yakin bahwa Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapinya.
ADVERTISEMENT
Hikmah kedua, agar setiap mukmin lebih baik dari dari tahun sebelumnya. Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari kemarin. Orang yang celaka dan merugi jika hari ini tidak lebih baik dari kemarin atau sama saja hari ini dan hari kemarin.
Islam menganjurkan untuk meninggalkan kesia-siaan dan hal yang tidak bermanfaat. Semangat hijrah adalah semangat pembaharuan dan perubahan yang lebih baik dari hari dan tahun sebelumnya. Hijrah tidak hanya sekedar pindah tempat, tapi juga peningkatan iman dan takwa kita secara ruhani. Memperbanyak amal shaleh dan mencerminkan akhlak mulia.
Hikmah ketiga adalah mengambil pelajaran dari setiap ujian. Peristiwa Muharam adalah ujian bagi para nabi. Maka, setiap hamba pun akan mengalami ujian sesuai dengan kesanggupannya. Ujian harus disandingkan dengan kesabaran, agar setiap hamba naik kelas dalam melewati ujian tersebut.
ADVERTISEMENT

Introspeksi Diri

Sejumlah warga membawa obor saat mengikuti Pawai Tahun Baru Islam di Tunas Baru, Muaro Jambi, Jambi, Selasa (18/7/2023). Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
Tahun baru Islam sudah sepatutnya diisi dengan hal-hal yang positif. Salah satunya adalah introspeksi diri. Mengevaluasi diri dengan merenung kembali esensi hidup agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan taat kepada Allah SWT.
Introspeksi diri akan memberikan dampak positif bagi kehidupan, salah satunya selalu bersyukur atas kesempatan hidup yang diberikan Allah SWT. Mulai dari bangun tidur hingga mau tidur adalah kesempatan hidup yang diberikan untuk memaksimalkan waktu agar lebih bermanfaat.
Anjuran untuk introspeksi diri memang bukan setiap pergantian tahun saja, setiap hari ketika menjelang tidur kita dianjurkan untuk introspeksi diri. Namun, pergantian tahun hanya sebagai pengingat dan momen untuk introspeksi diri di kehidupan yang kita jalani.
Setiap manusia memiliki tiga waktu. Masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang. Masa lalu untuk merenung kembali dosa-dosa apa yang pernah diperbuat dan menyesalinya untuk tidak mengulang kembali. Masa sekarang adalah untuk memperbaiki diri agar tidak kembali melakukan kemaksiatan dan memperbanyak amal shalih. Masa mendatang untuk menyiapkan bekal mempersiapkan diri dalam setiap perubahan yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Semoga setiap tahun baru Islam kita bisa memaknai hidup agar bisa lebih baik lagi.