Idul Fitri, Hari Kemenangan bagi Siapa?

Deni Darmawan
Standardisasi Dai MUI Angkatan ke-24 dan Penulis Buku Religi dan Literasi
Konten dari Pengguna
10 April 2024 12:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deni Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Deni Darmawan saat menyampaikan kultum tarawih di Masjid Imam Bonjol Pangkalan Jati TNI-AL (dokpri)
zoom-in-whitePerbesar
Deni Darmawan saat menyampaikan kultum tarawih di Masjid Imam Bonjol Pangkalan Jati TNI-AL (dokpri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Makna Idul Fitri bukan saja dimaknai dengan makan bersama karena telah selesai puasa, tapi juga dimaknai sebagai hari kemenangan bagi hamba-hamba yang menjalankan puasa sebulan penuh dengan iman dan mengharapkan pahala untuk mendapatkan ridho-Nya.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, Idul Fitri ditandai dengan meningkatnya ketaatan dan terbentuknya karakter orang-orang bertakwa yang saleh secara individu dan sosial. Fitrahnya sebagai manusia kembali dalam wujud yang bersih tanpa dosa.
Dalam sejarah, Rasulullah hanya 9 kali melakukan puasa Ramadan dan Idul Fitri. Dimulai dari 2 hijriyah sampai 10 Hijriyah kenabian. Bahkan, ketika pertama kali Ramadan, Rasulullah SAW dan para sahabat menghadapi kuffar Quraisy pada perang Badar.
Dua kemenangan diraihnya. Pertama, kemenangan perang Badar karena Allah SWT menolong kaum muslimin dengan menurunkan para malaikat-Nya. Jumlah kaum muslimin sekitar 314 melawan 1000 tentara kaum Kuffar Quraisy. Dalam keadaan lemah, Allah menolong kaum muslimin.
Ada hal yang menarik ketika selesai perang Badar. Nabi SAW menyampaikan, bahwa ada yang lebih besar dari pada jihad melawan orang-orang Kuffar Quraisy yaitu jihad melawan hawa nafsu. Orang yang kuat itu bukan yang badannya besar dan jago gulat, tapi yang bisa mengendalikan amarah dan hawa nafsunya.
ADVERTISEMENT
Kemenangan kedua diperoleh kaum muslimin karena melakukan puasa sebulan penuh yang dijalani dengan penuh keimanan dan semata-mata mengharapkan pahala serta ridho Allah SWT. Dua kemenangan ini diraih pada Ramadan pertama pada 2 hijriyyah kenabian.
Sebelum Islam hadir, orang-orang jahiliyah penduduk Mekkah merayakan 2 hari raya yang diwariskan oleh Persia Kuno yaitu hari raya Nairuz dan Marjaan/Mihrajan. Kedua hari raya itu digelar dengan pesta pora dan berbagai permainan. Ketika Islam datang, ke-dua hari raya itu diganti dengan Idul Fitri dan Idul Adha.
Makna Idul Fitri
Idul Fitri berarti hari raya untuk makan. Tidak boleh umat Islam yang puasa pada 1 Syawal. Karena Sebagai hari raya makan, maka zakat fitrah harus diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu agar tidak ada lagi umat Islam yang kelaparan ketika menyambut Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Idul Fitri menjadi hari untuk mengagungkan nama-Nya (bertakbir) seraya bergembira menikmati jamuan yang ada. Walaupun Idul Fitri artinya hari raya untuk makan, namun bisa juga dimaknai sebagai hari kembali kepada kesucian.
Dua Karya Buku Deni Darmawan Tentang Ramadan
Selama sebulan umat Islam menjalani amaliyah Ramadan dengan penuh kesabaran dan Allah memberi jaminan ampunan dari dosa-dosa. Selam Ramadan juga kita memohon ampun dan beribadah kepada Allah SWT (Habluminallah), maka ketika Idul Fitri kita saling memohon maaf dengan manusia (Hablumminnas).
Saat hari raya, disunnahkan juga untuk saling mengucapkan “Taqaballahu Minna Wa Minkum” (Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua). Selain itu, Rasulullah SAW memang menganjurkan untuk memakai pakaian yang bersih, terbaik, tanpa harus membeli yang baru.
Idul Fitri bukan sekedar ajang pakai baju baru, tapi juga keimanan dan ketaatan yang semakin meningkat dan bertambah.
ADVERTISEMENT
Idul Fitri, Kemenangan Untuk Siapa?
Idul Fitri adalah hari raya kemenangan bagi hamba-hamba yang menjalankan keseluruhan rangkaian ibadah di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharapkan ridho-Nya. Kemenangan hakiki yang tidak bersifat semu karena dilandasi dengan niat ikhlas kepada Allah SWT.
Lantas, Idul Fitri itu kemenangan untuk siapa? Pertanyaan ini menggelitik hati kita. Minimal ada beberapa kriteria yang diaggap memperoleh kemenangan ketika Idul Fitri. Pertama, kemenangan bagi hamba-hamba yang menjalankan ibadah puasa tapi tidak mencederai pahalanya. Puasa yang dilandasi iman dan mengharap ridho-Nya. Oleh sebab itu, ia akan memperoleh ampunan Allah dan dibersihkan segala dosanya yang telah lalu.
Kedua, kemenangan bagi hamba-hamba yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Selama sebulan ia dilatih untuk dapat meredam hawa nafsu dan selalu berbuat baik. Ia mampu menjaga diri dari perkataan dan sikap yang keji dan terhindar dari perbuatan buruk lainnya. Pengendalian diri ia mampu buktikan ketika diluar Ramadan.
ADVERTISEMENT
Ke-tiga, kemenangan bagi hamba-hamba yang istiqomah dalam menjalankan ibadahnya. Sekecil apapun ibadah di bulan Ramadan mampu ia lakukan di tengah kondisi yang lelah, capek dari berbagai rutinitasnya. Ia pun berkomitmen untuk Istiqomah menjalankan ibadah selepas bulan Ramadan. Kendati amal yang dilakukannya sedikit, tapi ajeg dan istiqomah adalah hal yang disukai Allah SWT.
Ke-empat, kemenangan bagi hamba-hamba yang kembali pada fitrahnya sebagai manusia. Manusia yang bertauhid, beragama, yang selalu mensucikan diri agar hatinya selamat, bersih dan sehat. Sehingga hatinya bersemayam cahaya ilahi dan siap menghadap sang ilahi di hari akhir nanti.
Deni Darmawan mengisi kultum tarawih Kegiatan Ramadan Masjid Raya Pondok Indah (dokpri)
Ke-lima, kemenangan bagi hamba-hamba yang bertakwa. Ini adalah tujuan utama kita berpuasa di bulan Ramadan agar menjadi hamba yang bertakwa. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa ia hamba yang bertakwa? Selepas Ramadan, ia mampu memelihara dirinya dari dosa dan perbuatan sia-sia.
ADVERTISEMENT
Sebelas bulan ke depan menjadi ajang pembuktian, bahwa orang yang bertakwa bisa menjaga nilai-nilai Ramadan yang sudah tertanam dalam dirinya seperti nilai-nilai kejujuran, keikhlasan, tawakal, amanah, suka sedekah, dermawan, welas asih, dan nilai-nilai kebaikkan lainnya.
Namun, jika semua kebaikkan yang sudah ia dapatkan namun ia hancurkan dengan kembali bermaksiat dan melakukan perbuatan buruk lainnya, maka ia gagal menjadi pemenang dan betapa merugina ia jika Ramadan hanya dijadikan sebagai ajang tahunan dan seremonial belaka.