Kasih, Renjanaku

Defatwa Aulia
Mahasiswa Universitas Pamulang, prodi Sastra Indonesia.
Konten dari Pengguna
1 November 2022 15:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Defatwa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
https://pixabay.com/id/photos/peta-halaman-dokumen-antik-1854199/
Hai november, dan kamu.
Bulan November adalah bulan kesebelas dalam satu tahun, bulan yang memiliki tiga puluh hari dalam sebulan, dan tentu kamu tetap menjadi bagian dari ceritaku di bulan ini.
ADVERTISEMENT
Oktober lalu sudah ku lewati hari - hari berat tanpa kamu didekatku, menjadikan ini sebuah awal dari kehampaan yang ku dapatkan.
Renjana Gemilang, kasihku. Aku sungguh sangat terpikat padamu sejak awal aku berjumpa denganmu. Paras tampan yang begitu memancar pada wajahmu dan bola mata yang indah ingin kulihat selalu.
Rasanya aku tak ingin berpaling ketika memandang senyum manismu yang menawan.
Harum tubuhmu masih melekat dalam benakku ketika kamu sudah tidak lagi disampingku.
Kini sapaan mu kian tak terdengar olehku. Apakah benar kita telah usai, kasihku?
Aku masih ingat betul pada genggaman yang selalu kau tawarkan. Canda tawamu menghiasi hari ku yang gelap kala itu, menjadikan obat untuk segala pilu.
Lantas, mengapa suasana saat itu tak bisa ku dapatkan kembali? Mengapa kita usai sebelum cerita tentangmu selesai, Renjana.
ADVERTISEMENT
Aku memang tidak kehilangan dirimu seutuhnya, namun aku tetap merasa kehilanganmu jika kamu tidak dekatku.
Aku kehilangan obat pilu yang hanya bisa aku dapat ketika memandangmu. Aku merasa cemburu dengan orang - orang yang berada disekitarmu tanpa aku di sisimu, aku merasa tersingkirkan meski sudah jelas jika maumu bukanlah diriku.
Tuhan, apa boleh aku meminta Renjana untuk ku lagi?
Renjana, dapatkah aku selalu menikmati segala hal yang terdapat pada dirimu? Terutama menikmati senyummu yang candu.
Apakah kita dapat bersikap baik - baik saja seperti sebelumnya?
Akankah aku masih ada dalam bayangmu, atau memang kita akan tetap seperti ini? Menjadi orang yang saling asing.
Ku harap kita tetap merangkul meski badai datang menerjang.
ADVERTISEMENT
Renjana ku, aku tak mau usai denganmu. Aku masih ingin terus denganmu meski aku harus menunggu lebih lama lagi, meski aku harus merasa sakit yang bertubi - tubi karenamu. Itu lebih baik daripada aku harus hidup tanpamu.
Dekap aku kembali renjana, karena nyatanya aku belum terbiasa tanpamu, aku tetap menginginkanmu.
Kau adalah obat pilu. Kau adalah kasihku, karena kaulah Renjanaku.