Vaksin COVID-19 bagi Anak, Amankah?

Dede Nasrullah
Peneliti di bidang Kesehatan dan Keperawatan PUSAD UMSurabaya
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2021 15:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dede Nasrullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilutrasi source: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilutrasi source: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Program vaksin COVID-19 mulai diperluas ke anak-anak usia 12-17 tahun pada Juli 2021. Indonesia memulai program vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak berusia 12-17 tahun. Hal itu dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya anak-anak yang terinfeksi COVID-19 dan mengakibatkan kondisi yang parah dan memerlukan perawatan.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan suntik vaksin COVID-19 anak berusia 12-17 tahun dilaksanakan setelah keluarnya izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
Melalui surat edaran nomor HK.02.02/I/1727/2021, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mulai melaksanakan percepatan vaksinasi COVID-19 tahap 3 bagi seluruh masyarakat rentan dan masyarakat umum lainnya. Di dalamnya juga terdapat anak-anak usia 12-17 tahun sebagai sasaran vaksinasi.
Selain itu, dilakukan identifikasi dan percepatan vaksinasi bagi sasaran vaksinasi tahap 1 dan 2 yang belum mendapatkan dua dosis vaksinasi. Vaksin COVID-19 bagi anak penting agar melindungi mereka dari infeksi virus corona dan meminimalisasi risiko gejala yang serius.
ADVERTISEMENT
Selain itu pemberian vaksin juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran virus dari anak-anak ke orang lain. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan semua anak yang berusia di atas 12 tahun agar mendapatkan vaksin COVID-19.
Vaksin COVID-19 bagi Anak
COVID-19 pada anak biasanya menimbulkan gejala ringan atau tanpa gejala. Namun, tidak menutup kemungkinan anak-anak mengalami gejala yang parah hingga membutuhkan perawatan intensif.
Anak-anak dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti obesitas, asma, penyakit jantung bawaan, atau kondisi genetik, mungkin lebih berisiko mengalami COVID-19 dengan gejala yang serius. Bayi yang berusia di bawah satu tahun pun lebih berisiko terkena COVID-19 dengan gejala serius karena sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk sempurna.
Vaksinasi bagi anak-anak ini merupakan kebijakan yang diambil berdasarkan data tingginya kasus COVID-19 pada anak di Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat, hingga 12 Agustus 2021 sebanyak 3.774.155 kasus positif di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 106.314 di antaranya adalah balita yang positif COVID-19 dan 531 di antaranya meninggal dunia Dari angka kasus positif itu pula, ada sekitar 366.603 usia 6-18 tahun anak terkonfirmasi positif dan 1.833 anak di antaranya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebelumnya menyoroti angka kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia yang tinggi. Menurut IDAI, ada 1 dari 8 kasus COVID-19 di Indonesia merupakan anak, sementara kasus meninggal pada anak sekitar 3-5 persen.
Data milik Kemenkes juga menyatakan tingkat kematian akibat COVID-19 paling tinggi sepanjang 2021 berada di Provinsi Lampung dengan 7,1 persen dan diikuti Jawa Timur yakni 6,8 persen. Lalu berturut-turut diikuti Jawa Tengah 5,7 persen, Sumatera Selatan 4,4 persen dan Aceh 4,3 persen. Akan tetapi, jika data dikalkulasi dengan jumlah tingkat kematian selama pandemi atau sejak 2020, Jawa Timur menjadi daerah tertinggi dengan 6,8 persen. Diikuti Lampung dengan 6,6 persen, Jawa Tengah 5,4 persen dan Sumatera Selatan 4,2 persen.
ADVERTISEMENT
Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh sehingga seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit. Apabila suatu saat terpapar dengan penyakit maka orang tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin sendiri adalah mikroorganisme atau zat yang dihasilkannya dan telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Berikut ini adalah tips yang dapat diperhatikan oleh orang tua sebelum dan sesudah melakukan vaksin pada anak. Pertama Selalu beri dukungan dan motivasi untuk anak sebelum, saat, dan setelah vaksinasi. Dukungan dan motivasi ini sangat penting pada anak sehingga membuat anak semakin berani dan tidak takut untuk melaksanakan vaksin.
Kedua ajak komunikasi pada anak mengenai fungsi vaksin COVID-19 yang akan di dapatkan. Berikan informasi kepada anak seputar vaksinasi COVID-19 dengan memberikan pengetahuan mengenai manfaat vaksin.
ADVERTISEMENT
Ketiga periksan kondisi tubuh anak, meski sudah masuk kelompok usia vaksinasi COVID-19, anak dengan kondisi tertentu tidak diperkenankan menerima vaksin. Misalnya pada anak yang mengalami penyakit kanker dan sedang menjalani pengobatan, imunodefisiensi (kondisi imun tubuh tidak bisa melawan penyakit), sedang menjalani kemoterapi juga tidak bisa menerima vaksin.
Keempat sampaikan informasi kepada dokter atau perawat mengenai alergi apapun yang mungkin dimiliki oleh anak, jika anak anda memiliki alergi maka perlu disampaikan kepada dokter atau perawat pada saat melakukan screening.
Kelima agar mencegah cedera, anak harus duduk atau berbaring saat vaksinasi dan selama 15 menit setelah vaksinasi diberikan, pemberian posisi yang tepat akan mencegah cidera pada anak dan memberikan rileks kepada anak pada saat melakukan vaksin.
ADVERTISEMENT
Keenam setelah selesai melakukan vaksin tetap jelaskan kepada anak untuk selalu patuhi protokol kesehatan dengan tetap menggunakan masker ketika akan keluar rumah.
Mari kita bersama-sama terus menjaga dan melindungi keluarga kita khususnya yang sangat rentan ini agar tidak tertular oleh penyakit corona virus dengan melakukan vaksin dan tetap patuhi protokol kesehatan.