Circular Economy Solusi untuk Mengatasi Sampah Plastik

Daffa Alifiansyah
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nasional
Konten dari Pengguna
24 Februari 2021 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daffa Alifiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Photo: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia memiliki masalah dalam pengelolaan sampah plastik. Permasalahan plastik sudah menjadi isu global setiap tahunnya. Meningkatnya konsumsi plastik sekali pakai menimbulkan permasalahan pada timbulan sampah. Pada tahun 2015 masyarakat menjadi perhatian dengan masalah ini ketika seorang peneliti bernama Jenna R. Jambeck menunjukkan data bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia, dengan 187,2 juta ton sampah plastik, kedua setelah China dengan 262,9 juta ton sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Februari 2020 lalu menunjukkan data bahwa dari 64 juta ton sampah yang dihasilkan Indonesia rata-rata setiap tahun yang komposisinya terdiri dari sampah organik sebanyak 50%, sampah plastik sebesar 15%, sampah kertas sebesar 10% dan sisanya sampah logam, karet, kaca dan lain-lain. Menurut data kementerian, sebagian besar sampah plastik di sini berasal dari kemasan makanan dan minuman serta kantong plastik.
Secara umum, Indonesia juga belum mengelola sampahnya dengan baik, hanya 60 persen dari 64 juta ton yang diangkut ke TPA dan hanya 10-15% persen yang didaur ulang. Namun, 30 persen sisanya dibuang begitu saja ke lingkungan tanpa tindakan pengendalian apa pun. Timbulan sampah plastik yang dihasilkan dapat mencemari lingkungan yang menyimpan risiko sangat signifikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Setiap tahun, 100.000 biota laut terbunuh oleh plastik yang disebabkan karena 90% air botol mengandung partikel plastik. Kerugian ekonomi dari sampah plastik terhadap ekosistem laut mencapai hingga angka 13 triliun dolar Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
World Economic Forum memperkirakan pada tahun 2050 nanti, jumlah plastik akan lebih banyak daripada ikan di lautan. Permasalahan sampah plastik yang kian tidak terkendali ini harus dapat segera diatasi. Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainability Environment (PRAISE) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang harus dikembangkan dan diimplementasikan adalah pengelolaan berkelanjutan melalui pendekatan Circular Economy.
ilustrasi pixabay.com
Circular Economy merupakan upaya kolaboratif, oleh karena itu peran dan fungsi masing-masing stakeholder dalam rantai sampah harus dilibatkan pada setiap tahapan pengelolaan sampah, yaitu pemerintah, dunia usaha/industri, akademisi dan masyarakat pada setiap tahapan-tahapan pengelolaan sampah, mulai dari pembatasan timbulan, daur ulang, penggunaan kembali , hingga upaya-upaya penanganan yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
ADVERTISEMENT
Sangat diharapkan Circular Economy ini bisa mengubah cara pandang manusia terhadap plastik kemasan bekas pakai, bukan sebagai sampah, melainkan sebagai komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dimaksudkan penggunaan plastik bekas bisa dimaksimalkan penggunaannya. Circular economy menciptakan new economic chain atau rantai ekonomi baru.
Circular economy yang sangat bermanfaat dari segi ekonomi tentu juga akan berdampak positif pada lingkungan. Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki prinsip 5R. Prinsip 5R diyakini sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Dan salah satu program prioritas dari Making Indonesia 4.0 adalah mengakomodasi standar-standar keberlanjutan dan diharapkan manufaktur jadi leading sector dan berdampak luas dalam mentransformasi ekonomi nasional menuju circular economy.
Prinsip 5R terdiri dari pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce), optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse), penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle), proses perolehan kembali (recovery), atau dengan melakukan perbaikan (repair).
ADVERTISEMENT
Nantinya, circular economy tidak mengenal sampah karena terus berputar, sehingga sumber daya alam digunakan lebih efisien serta efektif, dan kebijakan ini akan mendorong penggunaan energi alternatif.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan Rencana Aksi Nasional yang ditargetkan terlaksana pada tahun 2025 mendatang terkait pengelolaan dan pengurangan sampah di laut yaitu menargetkan sekitar 70 persen sampah plastik mengalami pengurangan. Pemerintah menggunakan tiga metode, salah satunya circular economy. Dua metode lainnya adalah dengan mengurangi sampah plastik di sektor publik melalui kampanye persuasif dan layanan teknis pengolahan sampah. Metode tersebut diharapkan akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mendorong sampah untuk diubah menjadi waste to energy dan Refuse Derified Fuel (RDF).