Polemik Negara Serumpun Indonesia dan Malaysia: Hubungan, Warisan, dan Insan

Darynaufal Mulyaman
Dosen Prodi HI UKI Jakarta dan Research Fellow di INADIS
Konten dari Pengguna
2 Juli 2022 8:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darynaufal Mulyaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinamika Indonesia-Malaysia dan Bagaimana Seharusnya Social Movement Terjadi di Antara Keduanya
Orang Utan, Hewan Endemik Indonesia-Malaysia/Uzumaki Anam-Unsplash
Hubungan Indonesia dan Malaysia selalu saja menarik untuk dibahas. Mulai dari aspek politik, budaya, bahkan sejarah. Dua negara bertetangga ini adalah dua negara yang dapat dikatakan serumpun. Hal ini diakibatkan oleh dekatnya warisan budaya dan sejarah yang ada di Indonesia dan Malaysia. Kemudian, hal ini juga yang menjadi asal dari sebuah diskursus yang menarik. Yaitu, diskursus hubungan bilateral dua negara yang membawa banyak hal yang sensitif karena kedekatan serumpun yang dimiliki. Lebih lanjut lagi, konsep serumpun adalah konsep hubungan bilateral Indonesia-Malaysia yang dibangun sejak masa pemerintahan Soeharto dan Mahathir Muhammad berkuasa.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil diskusi dari Klang Valley Discourse, 1 Juli 2022, Nazreena Binti Mohammed Yasin (2022), mengungkapkan bahwa hubungan dua negara ini bersifat saling menguntungkan dan ditempatkan secara utama pada aspek budaya. Oleh karena itu, aspek budaya seharusnya selalu dijadikan langkah dan pintu pertama dalam menangani isu-isu yang berkembang antara dua negara. Selain itu, hubungan Indonesia dan Malaysia lebih dipenuhi dengan isu-isu kecil yang muncul akibat kesamaan warisan budaya dan leluhur daripada isu-isu besar yang memang lebih strategis secara politis.
Kemudian, Muhammad Rajiv Syarif (2022), menjelaskan bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki banyak perbedaan tetapi juga banyak persamaan antara keduanya. Fakta mengemukakan bahwa budaya dan politik memang sering berseberangan pada aspek hubungan bilateral Indonesia-Malaysia yang diakibatkan oleh warisan sejarah kolonialisme yang membagi segi-segi kemasyarakatan Indonesia dan Malaysia. Diskursus Post-Colonialism sangat mempengaruhi hubungan Indonesia dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana seharusnya isu dari dinamika hubungan dua negara ini dapat disikapi dengan bijak? Tentu kita dapat mengerti, pada era globalisasi, komunikasi dan akses informasi bukan sebuah hambatan. Kendati demikian karena informasi menjadi sangat terbuka, informasi dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, sikap terbuka dan aktif seharusnya harus selalu dibina oleh setiap unsur masyarakat dua negara.
Mengapa demikian? hal ini dapat menjadi pagar pembatas dari pihak-pihak yang mencoba mencari keuntungan dari hal-hal yang sudah menjadi isu sensitif antara Indonesia dan Malaysia, seperti isu budaya. Pihak Indonesia tentu mempunyai peran tersendiri dalam menjaga hubungan Indonesia-Malaysia yang sehat, begitu pula pihak Malaysia. Maka, gerakan masyarakat yang terbuka dan aktif dengan azas saling menghormati, di dunia nyata dan maya, memang perlu lebih dikembangkan lagi untuk mengurangi prasangka yang ada demi hubungan bilateral yang lebih harmonis dari dua negara serumpun ini.
ADVERTISEMENT