Antrean Jalur Langit di Bantar Gebang

Daarul Quran
Lembaga Amil Zakat Nasional dan Pengelola Sedekah yang berkhidmat pada pembangunan masyarakat berbasis tahfizhul Quran yang dikelola secara profesional dan akuntabel.
Konten dari Pengguna
24 Januari 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daarul Quran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak antre untuk sholat berjamaah di Mushola Al-Makruf di Lapak Pemulung Ciketing Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak antre untuk sholat berjamaah di Mushola Al-Makruf di Lapak Pemulung Ciketing Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sore menjelang Maghrib, tetesan gerimis dari atas langit seakan turut menyaksikan sederet anak-anak sedang antre di depan sebuah bangunan beratap seng, dengan dinding bercat putih hijau dan kanan kirinya di kelilingi gunungan sampah yang menumpuk. Mereka ternyata sedang berbaris menunggu giliran untuk bisa melaksanakan sholat di Mushola Al-Makruf.
ADVERTISEMENT
Pemandangan tersebut sudah jadi makanan sehari-hari warga di Lapak Pemulung Ciketing Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Terutama di waktu sholat Maghrib dan Isya. Mushola Al-Makruf baru saja berdiri sekitar tiga bulan lalu dengan ukuran 6x5 meter. Tempat wudu masih darurat, tiang tandon air belum tersedia dan sedikitnya daya tampung membuat masyarakat harus bergantian menunaikan sholat di mushola ini.
Mushola berada di samping tumpukan sampah.
Mushola Al-Makruf masih belum bisa menampung 370 jiwa warga pemulung yang tinggal di bedeng-bedeng dengan jumlah anak-anak sekiar 60 orang yang mengaji setiap hari. "Saya sedih melihat anak-anak di sini tidak mempunyai tempat mengaji, dan tak ada tempat sholat bagi warga lapak di sini,” cerita Pak Tarmin sebagai Kepala Komunitas Pemulung senja itu. “Akhirnya saya meminjam dari Bank untuk mendirikan mushola ini,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum Mushola Al-Makruf berdiri, aktivitas mengaji anak-anak berlangsung di ruang terbuka di depan rumah bedeng Pak Turmin yang sangat sempit, warga pun tidak pernah sholat berjamaah. Dengan adanya mushola ini, warga bukan hanya memiliki tempat ibadah dan ruang mengaji anak-anak, namun dapat digunakan sebagai balai musyawarah serta pengajian pekanan. Mushola ini jadi ruang serba guna bagi warga.
Usai sholat Maghrib anak-anak melanjutkan untuk mengaji.
Meskipun begitu, sangat disayangkan tempat ini belum dapat menampung semua warga yang ingin sholat berjamaah. Tak terbayang saat Ramadan nanti, pastinya tak akan bisa menampung warga yang ingin melakukan sholat Tarawih dan ibadah lainnya secara bersama-sama.
Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan masjid di banyak wilayah khususnya perumahan elite yang mampu menampung semua warganya. Di sini warga harus melewati antrean jalur langit, beribadah secara bergantian. “Meski sempit, dan harus antre dulu, yang penting bisa dapet ridho dari Allah. Semoga ada tangan-tangan baik yang membantu,” harap Pak Tarmin.
ADVERTISEMENT
Bersama Laznas PPPA Daarul Qur’an dukung program “Bebenah Surau Kampung Sambut Ramadan 1445 Hijriah” klik di sini untuk mendukung!