Latihan Beban Mengurangi Dampak konsumsi Fast Food Dan Junk Food? Emang Iya?

Cut Hilwa Maretha
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan
Konten dari Pengguna
18 Desember 2023 10:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cut Hilwa Maretha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengonsumsi fast food/Junk food dengan Gym Dan latihan beban. foto : Ai Generator
zoom-in-whitePerbesar
Mengonsumsi fast food/Junk food dengan Gym Dan latihan beban. foto : Ai Generator
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pola makan yang kaya akan fast food dan junk food, yang tinggi lemak jenuh, gula, dan kalori, semakin menjadi tren yang mengkhawatirkan. Konsumsi makanan tidak sehat dalam jumlah berlebihan terkait erat dengan sejumlah masalah kesehatan serius, termasuk obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker, dan stroke.
ADVERTISEMENT
Banyak riset yang menunjukkan bahwa orang yang cenderung mengonsumsi fast food memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami berbagai penyakit tersebut. Oleh karena itu, banyak orang saat ini mencari cara untuk mengurangi dampak negatif dari pola makan tidak sehat pada tubuh mereka. Salah satu solusi yang sedang diteliti adalah apakah rutin berlatih beban dapat membantu tubuh menjadi lebih tahan terhadap efek merugikan dari fast food dan junk food.
Hipotesis yang mungkin adalah bahwa dengan membangun massa otot dan meningkatkan metabolisme tubuh melalui latihan beban, kita mungkin dapat mengkompensasi sebagian dampak negatif dari asupan makanan yang tinggi lemak dan gula.

Memang Ada apa dengan Junk dan Fast Food ?

burger dan kentang yang mendapat julukan fast food dan junk food. foto : Ai Generator
Sebelum membahas sola latihan beban, kita harus mengetahui bahwa pola makan yang tinggi lemak jenuh, gula, garam, dan kalori, seperti yang ditemui pada fast food dan junk food, telah terbukti membahayakan kesehatan manusia. Hasil riset menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan makanan semacam itu memiliki korelasi langsung dengan peningkatan risiko obesitas, penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, kanker, bahkan dapat berujung pada kematian dini.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, studi Nurses’ Health selama 16 tahun terhadap 84.000 perawat wanita menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi junk food dua kali sehari atau lebih memiliki peningkatan berat badan dua kali lipat dan obesitas abdominal tiga kali lipat dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi makanan tersebut kurang dari sekali seminggu.
Studi selama 11 tahun pada 41.000 pria juga menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan risiko diabetes tipe 2 sebesar 27% pada mereka yang memiliki kebiasaan makan junk food empat kali seminggu atau lebih. Selain itu, pola makan fast food yang berlanjut dalam jangka waktu lama dikaitkan dengan peradangan sistemik pada tubuh, yang dapat memicu resistensi insulin dan intoleransi glukosa, memudahkan berkembangnya diabetes tipe 2.
ADVERTISEMENT

Lalu Bagaimana Mekanisme Latihan Beban Membantu Mengurangi Dampak Buruk Fast Food dan Junk Food ?

Keingin mengkonsumsi fast food atau junk food pasca latihan beban. foto : Ai Generator
Latihan beban memiliki peran penting dalam membantu tubuh mengatasi dampak nutrisi tidak seimbang akibat pola konsumsi fast food dan junk food yang berlebihan. Saat otot menerima beban tambahan, tubuh merespons dengan merekrut lebih banyak serat otot untuk memberikan tenaga ekstra. Proses ini memicu sinyal termal dan mekanikal pada otot, yang kemudian merangsang pelepasan miokin seperti IL-6. Miokin ini berkontribusi pada peningkatan ambilan glukosa oleh otot, sekaligus menekan produksi glukosa oleh hati dan mengurangi resistensi insulin di jaringan adiposa (Goodyear, Kahn, 1998). Mekanisme ini menjelaskan mengapa latihan beban dapat secara langsung menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, latihan beban juga memiliki efek positif terhadap konsumsi oksigen maksimal dan kapasitas antioksidan tubuh (Fittipaldi-Fernandez, 2005), yang dapat mengurangi tingkat inflamasi sistemik yang dapat memicu diabetes dan penyakit kronis lainnya. Dengan menjalani rutinitas latihan beban secara teratur, otot rangka akan mengalami perkembangan sementara massa lemak menurun (Strasser, 2010). Selain itu, tubuh menjadi lebih efisien dalam membakar kalori dan mengolah nutrisi berlebih, khususnya lemak jahat dan glukosa yang dapat merusak kesehatan. Melalui mekanisme yang kompleks ini, latihan beban memberikan manfaat besar dalam menjaga kebugaran tubuh dan melindungi dari risiko penyakit, bahkan ketika terpapar oleh asupan pangan tidak sehat.

Seberapa Efektif Latihan Beban Mengurangi Dampaknya?

fast food dan junk food yang mengancam konsistensi diet sehat. foto : Ai Generator
Beberapa penelitian terbaru menyoroti efektivitas latihan beban dalam melawan dampak negatif pola makan yang tinggi lemak dan gula. Sebuah studi yang melibatkan 34 pria dan wanita dewasa menunjukkan bahwa rutinitas latihan beban selama 16 minggu dapat mengurangi massa lemak visceral dan meningkatkan sensitivitas insulin, meskipun pola konsumsi fast food tetap tinggi. Namun, penelitian lain yang dilakukan oleh Richter (2015) malah menemukan bahwa efek dari latihan aerobik lebih optimal dalam menurunkan inflamasi sistemik yang disebabkan oleh junk food.
ADVERTISEMENT
Penting untuk dicatat bahwa diet rendah lemak tetap menjadi faktor kunci dalam menurunkan kadar kolesterol buruk dan tekanan darah, bahkan jika seseorang aktif berolahraga berat. Meskipun latihan beban memberikan kontribusi positif, diet sehat yang rendah lemak dan gula tetap dianggap sebagai kunci utama untuk melawan dampak negatif jangka panjang dari fast food dan junk food. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Goldstein (2017) menegaskan bahwa tanpa perbaikan dalam pola makan, efektivitas latihan beban dalam melindungi tubuh dari paparan nutrisi berbahaya tidak akan mencapai hasil maksimal. Oleh karena itu, kombinasi antara latihan beban dan pola makan sehat menjadi pendekatan yang paling holistik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Latihan beban terbukti memiliki manfaat dalam mengurangi dampak negatif pola makan tidak sehat yang kaya akan fast food dan junk food. Dengan merangsang pertumbuhan otot dan meningkatkan metabolisme tubuh, latihan beban dapat menurunkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, serta membuat tubuh lebih efisien dalam membakar kalori dan lemak berlebih. Meskipun demikian, diet rendah lemak dan gula tetap menjadi faktor utama, sedangkan latihan beban berperan sebagai pendukung untuk memaksimalkan efektivitas. Oleh karena itu, kombinasi antara latihan beban dan pola makan sehat merupakan pendekatan paling komprehensif untuk melindungi tubuh dari paparan nutrisi yang berbahaya bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT

Daftar Bacaan

Bhupathiraju, S.N & Hu, F.B. (2016). Epidemiology of Obesity and Diabetes and Their Cardiovascular Complications. https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.115.306825
Li, F., Harmer, P., Cardinal, B.J., Bosworth, M., Johnson-Shelton, D. (2009). Obesity and the Built Environment: Does the Density of Neighborhood Fast-Food Outlets Matter?. American Journal of Health Promotion. https://doi.org/10.4278/ajhp.071214133
Malik, V.S., Pan, A., Willett, W.C., Hu, F.B. (2013). Sugar-sweetened beverages and weight gain in children and adults: a systematic review and meta-analysis. The American Journal of Clinical Nutrition. https://doi.org/10.3945/ajcn.113.058362
Micha, R., Peñalvo, J.L., Cudhea, F., Imamura, F., Rehm, C.D., Mozaffarian D. (2017). Association Between Dietary Factors and Mortality From Heart Disease, Stroke, and Type 2 Diabetes in the United States. JAMA. https://doi.org/10.1001/jama.2017.0947
ADVERTISEMENT
Goodyear, L.J. & Kahn, B.B. (1998). Exercise, Glucose Transport, and Insulin Sensitivity. Annual Review of Medicine.
Fittipaldi-Fernandez, R.J. (2005). Role of oxygen–derived free radical scavengers in the management of musculoskeletal inflammatory conditions. Sports Medicine.
Strasser, B., Siebert, U., & Schobersberger, W. (2010). Resistance training in the treatment of the metabolic syndrome. Sports Medicine.
Hector et al. (2017). Combining a low-fat diet with resistance exercise produces greater improvements in insulin sensitivity than a low-carbohydrate diet with resistance exercise.
Richter et al. (2015). Improvement of insulin sensitivity in response to systematic endurance but not resistance training.
Sothern et al. (1999). Exercise intensity and reduction in risk factors for coronary heart disease.
ADVERTISEMENT
Goldstein et al. (2017). Resistance exercise training is more effective than dietary education at improving metabolic syndrome.