Berantas TBC pada Tahun 2030, Bio Farma Gandeng Teknologi Medis Terkemuka

Konten Media Partner
22 November 2023 22:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bio Farma dan Becton Dickinson and Company (BD) menandatangani nota kesepahaman (MOU) untuk memerangi tuberkulosis (TB). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bio Farma dan Becton Dickinson and Company (BD) menandatangani nota kesepahaman (MOU) untuk memerangi tuberkulosis (TB). Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ciremaitoday.com, Bandung-Bio Farma dan perusahaan teknologi medis global terkemuka yakni Becton Dickinson and Company (BD) menandatangani nota kesepahaman (MOU) untuk memerangi tuberkulosis (TB). Hal ini dilakukan dengan menyediakan akses terhadap portofolio diagnostik TBC inovatif BD dan menjalin sebuah kemitraan untuk mengoptimalkan rantai pasokan solusi TBC di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan lebih dari satu juta kasus TBC setiap tahunnya, Indonesia mempunyai beban penyakit TBC tertinggi kedua di dunia. Sebelum pandemi global COVID-19 terjadi, TBC merupakan penyebab utama kematian akibat satu agen infeksius di negara ini.
TBC yang resisten terhadap salah satu atau kedua obat lini pertama yang biasanya digunakan dalam pengobatan, rifampisin (RIF) dan isoniazid (INH), masih menjadi rintangan penting dalam upaya memberantas penyakit ini, karena pasien TBC yang resisten terhadap obat memerlukan pengobatan yang berbeda.
Jika tidak diidentifikasi secara dini dan diobati dengan tepat, pengobatan mungkin tidak berhasil, sehingga akan menimbulkan risiko perkembangan penyakit, penularan, dan timbulnya resistensi terhadap obat lain. Namun demikian, dengan adanya deteksi dan pengobatan yang tepat waktu, TBC dapat disembuhkan.
ADVERTISEMENT
"Kolaborasi ini merupakan bukti dedikasi kami dalam membantu Indonesia dalam meningkatkan diagnosis TBC, khususnya TBC yang resisten terhadap beberapa obat dan TBC yang resisten terhadap satu obat," ujar Presiden BD, Nikos Pavlidis, melalui keterangan yang diterima pada Rabu (22/11).
Menurut Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, uji BD MAX™ MDR-TB memungkinkan laboratorium dan dokter untuk mendeteksi bakteri penyebab tuberkulosis dan menentukan apakah bakteri tersebut resisten terhadap beberapa obat atau resisten terhadap satu obat secara bersamaan. Sehingga meningkatkan informasi yang tersedia untuk mengarahkan pengobatan optimal bagi pasien mereka.
"Kerja sama Bio Farma dengan BD menambah peluang dan langkah penting bagi Bio Farma untuk memperdalam pengalaman, pengetahuan dan keahliannya di bidang pengembangan alat diagnostik serta merupakan bagian dari komitmen kami dalam meningkatkan akses layanan terkait TBC, mulai dari deteksi hingga vaksinasi," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Kolaborasi ini membantu kami memperluas portofolio produk alat diagnostik, dan kami berharap dapat membantu Indonesia mengurangi kasus TBC secara signifikan dan menghilangkan TBC pada akhir dekade ini," sambung Shadiq.
Sistem BD MAX™ merupakan platform diagnostik molekuler yang sudah digunakan di ribuan laboratorium di seluruh dunia. Sistem ini sepenuhnya otomatis, mengurangi peluang terjadinya kesalahan manusia dan meningkatkan kecepatan dalam menghasilkan hasil, serta dapat memproses 24 sampel secara bersamaan, dan hingga beberapa ratus sampel per periode 24 jam.
Setiap unit mampu melakukan pengujian terhadap infeksi saluran pernapasan, patogen enterik, infeksi yang didapat di rumah sakit, dan infeksi menular seksual. Uji BD MAX™ MDR-TB disertakan dalam pembaruan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021 mengenai diagnosis cepat untuk deteksi tuberkulosis. (*)
ADVERTISEMENT