Si Jago Bagiku Adalah Ibu

Cicin Yulianti
Mahasiswa S1 Jurnalistik Universitas Padjadjaran.
Konten dari Pengguna
27 Desember 2021 21:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cicin Yulianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dunia per-ayam-an, Si Jago memang julukkan bagi ayam jantan atau si ayah dari anak-anak ayam. Lain arti bagiku, gelar Si Jago sangat ingin kuberikan pada ibu, iya ibuku. Bukan karena aku lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayah, namun ada beberapa alasan yang kupikir ibu punya kekuatan yang bisa mengundang banyak orang menganggapnya seorang jagoan.
ADVERTISEMENT
Makhluk lembut yang ‘katanya’ hanya bisa bertindak berdasarkan perasaannya atau orang yang cuma duduk terpaku di dapur masak sayur lodeh atau sambal ini nyatanya punya segudang hal yang bisa aku banggakan. Untuk ibuku sendiri, dia sangatlah jauh dari stereotip perempuan adalah makhluk yang lemah. Selama 21 tahun aku mengenal ibu, banyak sekali rasa kagum yang menjerit dalam hati dan tak bisa aku utarakan langsung padanya karena menurutku itu adalah hal yang canggung.
Sejauh aku hidup bersama ibu, satu kata yang selalu membuat aku meneteskan air mata untuknya, yakni kesabarannya. Jika ibu-ibu sangat identik dengan rempong, suka ngerumpi atau cerewet, nyatanya hal-hal itu tak ada dalam sosok ibuku. Ibuku selalu bisa menempatkan amarahnya dalam diam ketika bapak mulai menyulut perkataan yang bisa menimbulkan adu mulut. Ibu terlihat sebagai sosok pendiam ketika sedang berkumpul bersama teman pengajiannya yang sibuk membicarakan aib orang. Ibu tak pernah mengomel banyak soal kesalahan yang orang-orang rumah lakukan.
ADVERTISEMENT
Tak ada wanita yang sesabar ibuku sejauh ini. Ya aku tahu, pasti ada sosok yang jauh lebih sabar misalnya istri-istri para nabi atau tokoh wanita lainnya. Namun di sini aku hanya bicara soal ibuku dan kesabarannya. Dari kesabaran yang ia miliki, ibu tumbuh menjadi sosok wanita yang perkasa menurutku. Ibu bisa mengurus rumah dengan baik, merawat aku dan kakakku sampai bisa sehat seperti saat ini, dan ibu bisa juga mencari uang dengan menjual beberapa tanaman hias dan rumput yang ia tanam di kebun samping rumah. Aku lihat ibu bisa menganggkut sekarung rumput yang hendak ia jual. Ibu menanamnya sendiri dan mengurus semuanya sendiri.
Ibuku memang tak tergantung dari uang yang bapak berikan kepadanya. Ketika aku menginginkan sesuatu untuk dibeli misalnya laptop atau keperluan mendesak, ibu selalu menjadi orang yang paling peka dan segera mengeluarkan uang hasil jerih payahnya untukku. Aku dengan polosnya hanya bisa menerima uang dari ibu, walaupun aku tahu ibu memilih menjual tanaman dan rumput karena ibu pun ingin membeli sesuatu lewat uang yang ia perolehnya, karena uang yang bapak beri biasanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Selain itu juga aku sering mendengar cerita kecil ibuku yang serba keterbatasan ketika menginginkan sesuatu karena kakek dan nenekku memang memiliki banyak anak dan merupakan keluarga yang sederhana, jauh dari kata kaya.
ADVERTISEMENT
Dalam keseharian pun, ibu selalu menjadi orang yang bangun paling awal lalu mengerjakan banyak pekerjaan rumah yang sebenarnya bisa aku kerjakan namun ibu memilih untuk menyelesaikannya lebih cepat karena aku lebih sering bangun kesiangan, hehe. Ajaibnya, ibu tak pernah marah dan mengomel karena anak gadisnya seperti itu. Akan tetapi, dengan ibu selalu mendahuluiku melakukan pekerjaan rumah, aku pun dengan sendirinya tersadarkan untuk ikut membantu menyelesaikannya karena merasa tak tega melihat ibu lelah sendirian.
Lalu letak Si Jago dari ibuku ada di mana? Memang hal ini sangatlah subjektif, aku adalah anak dari ibuku, pantas saja aku memanggilnya Si Jago, karena bisa melakukan banyak hal mulai dari pekerjaan yang membutuhkan kerja tangan halus ataupun tangan kasar. Menurutku, semua anak pantas menjadikan ibunya sosok paling kuat bagi hidupnya karena seorang ibu sudah membawa kita dan menjaga kita selama sembilan bulan di dalam perutnya. Selain itu hal yang lebih mengejutkan lagi adalah bukti bahwa kita bisa hidup sampai hari ini lewat tangan dan kasih sayang seorang Ibu Pahlawan Kehidupan. Benar-benar menakjubkan, bukan?
ADVERTISEMENT