Keuangan Jebol akibat Salah Kelola? Pulihkan dengan Satu Cara Ini

Cermati
Membantu masyarakat Indonesia membuat keputusan keuangan dengan Cermat dan Tepat! Temukan produk keuangan terbaikmu di Cermati.com.
Konten dari Pengguna
13 September 2021 17:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cermati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keuangan Jebol akibat Salah Kelola? Pulihkan dengan Satu Cara Ini
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak anak muda, termasuk milenial mulai sadar pentingnya hidup hemat dan menyisihkan lebih banyak uang. Tujuannya untuk membangun masa depan keuangan yang lebih baik, terutama saat hari tua nanti.
ADVERTISEMENT
Namun faktanya, hidup hemat tak semudah membalikkan telapan tangan. Maksud hati ingin lebih banyak mengumpulkan uang dengan cara menabung, tetapi justru uang di tabungan malah berkurang.
Itu karena suku bunga tabungan bank kecil. Per tahun, rata-ratanya sekitar 0,25% sampai 2%. Kalah dari rata-rata laju inflasi, sekitar 3% hingga 5% per tahun.
Tentu saja, uang di tabungan bukannya bertambah, malah tergerus inflasi. Belum lagi potongan biaya administrasi rekening, biaya administrasi kartu, pajak penghasilan (PPh).
Semakin lama uangmu di tabungan bisa habis. Apalagi jika tidak disiplin menabung. Artinya kadang menabung, kadang tidak.
Inilah kesalahan yang kerap dilakukan milenial, sehingga dapat membahayakan urusan finansial di masa depan. Terlebih bila tabungan selalu ditarik untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, bukan untuk keperluan mendesak.
ADVERTISEMENT
Yuk, Mulai Berpikir Investasi
Tahu kan Lo Kheng Hong, Bapak Saham Indonesia yang dikenal Warren Buffett-nya Indonesia? Dia menjadi kaya raya atau ‘sultan’ beneran karena investasi di pasar modal atau saham.
Dia tidak menabung di bank karena dianggap bunganya rendah. “Kalau menabung di bank, sebetulnya membuat diri kita miskin pelan-pelan,” kata Lo Kheng Hong beberapa waktu lalu, seperti dikutip Cermati.com dari channel youtube IDX.
Jadi, intinya investasi adalah salah satu cara meraih kekayaan. Melipatgandakan uang, karena imbal hasil atau keuntungannya mengalahkan laju inflasi.
Uang yang kamu investasi berpotensi berkembang, bukan berkurang. Investasi juga menjadi jalan mewujudkan masa depan keuangan yang lebih mapan.
ADVERTISEMENT
Instrumen apa yang tepat untuk memulai investasi?
Instrumen investasi sangat banyak. Mulai dari investasi emas, properti, reksadana, saham, obligasi swasta, obligasi pemerintah, sampai investasi barang mewah atau unik, seperti tas, sepatu, lukisan, dan lainnya.
Pada dasarnya sesuaikan dengan profil risikomu. Apakah kamu termasuk konservatif (risiko rendah), moderat (risiko sedang), atau agresif (risiko tinggi).
Misalnya investasi saham cocok untuk tipe investor agresif karena sifatnya high risk, high return dan jangka panjang. Sedangkan emas paling pas untuk investor yang karakteristiknya konservatif atau cari aman.
Namun jika baru tahap memulai atau pemula, sebaiknya pilih instrumen investasi yang rendah risiko, seperti SBR atau Savings Bond Ritel.
ADVERTISEMENT
Investasi SBR
SBR adalah salah satu portofolio investasi yang diterbitkan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR).
Jadi semacam surat utang yang dijual ritel atau ketengan kepada individu yang berstatus Warga Negara Indonesia (WNI).
Target pembelinya perorangan, dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta, emak-emak sampai generasi milenial.
Kelebihan dan Kekurangan SBR
Investasi SBR terbilang minim risiko. Adapun keunggulan mendekap obligasi negara tersebut, antara lain:
Baca artikel selengkapnya, disini!