Defisit Minyak dan Kepemimpinan Sishankamrata

Budiman
Jenderal (Purn.) TNI | Komisaris Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Konten dari Pengguna
13 Juli 2019 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Budiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ladang minyak Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ladang minyak Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasca-purnabakti sebagai prajurit TNI, saya mendapatkan penugasan sebagai komisaris di BUMN bidang energi. Tugas ini membuat saya banyak berinteraksi dengan sejumlah isu dan kajian di sektor tersebut. Isu yang paling strategis di sektor energi saat ini adalah defisit minyak.
ADVERTISEMENT
Defisit minyak Indonesia sangat mengkhawatirkan. Pada asumsi harga minyak USD 65 per barel dan nilai tukar Rp 14.250 per USD, nilai impor minyak mencapai Rp 994 miliar per hari. Sementara itu, nilai ekspor hanya Rp 188 miliar per hari. Artinya, ada defisit minyak sebesar Rp 296 triliun per tahun.
Tanpa langkah strategis yang efektif, kondisi tahun 2024 diperkirakan akan semakin parah. Tingkat produksi minyak diproyeksikan akan semakin turun dan sebaliknya konsumsi akan semakin meningkat. Hasil perhitungan memperkirakan defisit minyak tahun 2024 dapat mencapai Rp 477 triliun per tahun.
Nilai defisit minyak yang begitu besar dalam jangka panjang berpotensi mengancam stabilitas makro ekonomi nasional. Kondisi ini akan memperburuk defisit neraca perdagangan, mendorong depresiasi nilai tukar rupiah, memicu inflasi, meningkatkan suku bunga, dan akhirnya secara signifikan memangkas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
Sejumlah kebijakan yang sudah dijalankan tampaknya belum begitu efektif. Produksi minyak nasional terus menurun dari waktu ke waktu. Program B20 hanya menyerap 3,89 persen dari konsumsi minyak nasional. Program konversi BBM ke BBG yang sudah digagas lebih dari 30 tahun lalu, juga belum memberikan hasil yang menggembirakan.
Masalah ini sangat strategis bagi keberlangsungan ekonomi nasional dalam jangka panjang. Kita tidak boleh terjebak dalam solusi-solusi kecil yang tidak fundamental dan tidak efektif dalam melakukan perubahan. Kita membutuhkan langkah-langkah besar, untuk mendorong tranformasi sektor energi di tanah air.
Ilustrasi Neraca Perdagangan Foto: pixabay
Salah satu langkah besar yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan subsidi silang di tingkat kendaraan. Pemerintah di satu sisi memberikan disinsentif ke kendaraan bermotor berbasis minyak, namun di sisi lain memberikan insentif kepada kendaraan berbasis listrik dan gas. Langkah yang lebih ekstrem misalnya, subsidi silang di tingkat produk energi yang diikuti dengan program konversi yang dijalankan secara sistematis dan masif. Ada banyak kajian yang telah dilakukan, namun sayangnya kemampuan untuk mengeksekusi sebagai kebijakan masih sangat lemah.
ADVERTISEMENT
Yang dibutuhkan sejatinya tidak hanya solusi-solusi teknokratik, tetapi juga kepemimpinan yang mampu mengeksekusi kebijakan. Transformasi sektor energi membutuhkan kepemimpinan transformasional (transformational leadership).
Ada empat komponen dari kepemimpinan transformasional, yaitu dapat menjadi teladan (idealized influence), memiliki kemampuan memberikan motivasi dan pengaruh (inspirational motivation), bisa menumbuhkan kreativitas dan inovasi (intellectual stimulation), serta mampu menjadi pelatih dan pembimbing (individual consideration). Dua komponen yang pertama sering disebut sebagai "karisma pemimpin transformasional".
Karisma pemimpin transformasional sangat dibutuhkan dalam transformasi sektor energi. Transformasi ini akan bersinggungan dengan sejumlah pemain besar dan melibatkan masyarakat secara luas. Kita akan berinteraksi mulai dari produsen minyak dan importir minyak multi nasional, hingga produsen otomotif dan masyarakat yang nyaman dengan rezim energi saat ini.
ADVERTISEMENT
Transformasi ini membutuhkan dukungan politik, penerimaan industri, serta dukungan masyarakat dan seluruh sumber daya nasional. Proses mobilisasi ini sangat identik dengan Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), yang menggerakkan seluruh sumber daya nasional yang dipersiapkan dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, berkesinambungan, dan berkelanjutan.
(Jenderal TNI (Purn.) Budiman, S. IP)