Kesultanan Banten Beserta Perdagangan Maritimnya

Erick Yusuf Reza
Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Jember
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2022 6:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erick Yusuf Reza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdagangan banten merupakan tempat dimana rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada awal abad ke 17. Banten merupakan sumber lada yang utama, yang bahkan dalam dunia perdagangan menjadi lebih penting dari pada rempah-rempah di Maluku (Lubis, 2003:45). Disana terdapat banyak pedagang asing dari Eropa. Pada tahun 1653 Belanda harus bersaing dengan Inggris dan negara-negara lainnya dalam menancapkan pengaruh di Banten. Posisinya yang strategis berada diselat sunda karena negeri ini dapat dicapai langsung dari laut. Gambaran mengenai letak strategis Banten menjadi unsur kejayaan di bidang perniagaan. Itulah mengapa VOC sampai mendirikan markas besar di Batavia (Jakarta sekarang) yang secara geografis dekat dari Banten.
ADVERTISEMENT
Asisten Cornelis De Houtman menggambarkan dalam laporannya yang mengatakan karakteristik pelabuhan Banten yang berskala internasional, terdapat pembagian kerja bagi pedagang asing yang ada di Banten seperti orang-orang persia yang menjual obat-obatan dan permata, sementara orang Arab lebih aktif di laut membawa komoditasnya dan orang Barat yang umumnya berkepentingan membawa rempah-rempah.
Perdagangan maritim telah terjadi di Pelabuhan Banten dari sebelum Islam datang. Abad ke 11 M sampai dengan abad ke 13 M merupakan pertumbuhan perdagangan maritim yang sangat pesat. Para arkeolog membuktikan bahwa pada masa ini tidak terlihat satu pun kesinambungan yang terputus dalam kronologi benda arkeologi di situs Banten, khususnya keramik Cina. Selain itu, ditemukan pula benda arkeologi lainnya seperti arca dan prasasti. Kegiatan perdagangan maritim ini berlanjut sampai zaman Islam. Pelabuhan Banten semakin terkenal dan banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai negara. Keramaian pelabuhan mempengaruhi kesuksesan ekonomi Kesultanan Banten.
ADVERTISEMENT
Pelabuhan Banten merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh letaknya yang strategis untuk daerah perdagangan. Perdagangan maritim di Pelabuhan Banten mengalami puncak kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang terkenal dengan sebutan Sultan Ageng. Sistem perdagangan maritim yang dipakai oleh Sultan Ageng adalah perdagangan bebas seperti yang dipakai oleh negara-negara lain seperti Inggris, Denmark, Mekah, Karamandel, Benggala, Siam, Tonkin dan Cina. Sultan Ageng melakukan kerjasama dengan negara-negara tersebut. Usaha Sultan Ageng dalam bidang perdagangan maritim pun berhasil, yaitu dengan menjadikan Pelabuhan Banten sebagai pelabuhan internasional.
unsplash.com (Kesultanan Banten Pictures)
Guillot mengatakan Kesultanan Banten tampak dengan ciri-ciri yang sama dengan kesultanan-kesultanan di Sumatera atau di Semenanjung Melayu, tetapi Banten menampilkan suatu kekhasan yang berbeda dengan posisinya yang berada di perbatasan antara dua tradisi utama Nusantara, yaitu tradisi Kerajaan Jawa dan tradisi tempat perdagangan Melayu. Tradisi Melayu dapat terlihat dari segi pemetaan tempat, Banten memperoleh pendapatan utamanya dari perdagangan maritim ibukotanya −yang juga merupakan pelabuhannya dan menampung penduduk yang heterogen, tetapi dari segi lain, negeri ini juga mempertahankan identitas daerahnya. Keadaan penduduknya yaitu walaupun mereka tinggal di pesisir tetapi mereka tidak terpengaruh oleh budaya Melayu. Mereka berbicara dalam bahasa Sunda dan Jawa, bahasa Melayu hanya berfungsi sebagai bahasa perdagangan.
ADVERTISEMENT
Heryanti Ongkhodarma mengatakan, kondisi alam Pelabuhan Banten sangat menarik, karena Pelabuhan Banten merupakan pelabuhan internasional pada masa kesultanan Islam. Banten berperan dalam lalu lintas perdagangan jalur sutra dan niaga antar bangsa. Leirissa menambahkan, Pelabuhan Banten merupakan pelabuhan terbesar dibandingkan dengan Aceh dan Makasar, dua pusat perdagangan yang sezaman dengannya. Akan tetapi, pada saat ini pelabuhan yang paling terkenal kejayaannya hanya Pelabuhan Aceh dan Makassar.
Satu hal lagi yang menarik adalah corak ekonomi di Pelabuhan Banten. Perdagangan maritim di Pelabuhan Banten memberikan kontribusi yang sangat besar pada abad ke 16 M dan 17 M. Pendapatan kesultanan yang paling besar adalah hasil dari perdagangan maritim. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menarik para pedagang dari berbagai negara untuk berdagang di Pelabuhan Banten. Oleh karena itu, penelitian tentang perdagangan maritim di Pelabuhan Banten perlu adanya penindaklanjutan, karena penelitian yang bersifat perekonomian yang menitikberatkan terhadap perdagangan maritim masih sedikit, padahal pembahasan mengenai kegiatan ekonomi di sebuah kesultanan memberikan peran yang sangat besar bagi kehidupan sebuah negara atau kesultanan.
ADVERTISEMENT