Penurunan Populasi: “Trend” Yang Berkembang Di Masyarakat Indonesia dan Jepang

Bertha Vallencia Hermawan
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang, Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
31 Maret 2024 14:36 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bertha Vallencia Hermawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh vitalina, https://www.pexels.com/photo/people-crossing-a-street-3800103/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh vitalina, https://www.pexels.com/photo/people-crossing-a-street-3800103/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penurunan populasi saat ini menjadi masalah serius bagi beberapa negara di belahan dunia. Menurunnya populasi berarti juga menurunnya tingkat usia produktif yang dapat menjadi pilar bagi sebuah negara. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat harapan yang tinggi. Namun, angka kelahiran berbanding terbalik dengan meningkatnya penduduk usia lanjut usia.
ADVERTISEMENT
Angka kelahiran di Jepang pada tahun 2023 menyentuh angka yang mengkhawatirkan, angka tersebut menunjukkan penurunan drastis menyentuh angka 758.631 kelahiran, turun 5% dari tahun sebelumnya. Tahun 2023 juga menjadi tahun di mana pertama kalinya angka kelahiran di Jepang kurang dari 800.000 kelahiran. Penurunan tingkat kelahiran ini tidak hanya terjadi di negara maju seperti Jepang saja. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, pada 2023 jumlah kelahiran di Indonesia mencapai 4,62 juta. Angka ini menurun daripada tahun sebelumnya yaitu 4,65 juta kelahiran. Angka kelahiran di Indonesia selama 2013-2023 menurun 6,6% dengan peningkatan signifikan pada tahun 2020.
Penurunan populasi ini memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor ini tidak lepas dari perkembangan dan perubahan pola pikir masyarakat yang menyesuaikan diri dengan berkembangnya zaman. Meningkatnya tingkat urbanisasi mengakibatkan kepadatan populasi di kota besar meningkat. Hal ini berulang kali dijadikan sebagai faktor meningkatnya stress yang tinggi dan kelelahan berlebih. Kondisi seperti ini menyebabkan berkurangnya waktu dan tenaga yang dialokasikan untuk mengurus kehidupan pribadi. Kota urban seperti Tokyo di Jepang dan Jakarta di Indonesia menunjukkan bagaimana sibuknya masyarakat terutama ketika jam berangkat kerja maupun pulang kerja dengan padatnya transportasi umum ataupun di jalan raya. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung lelah di perjalanan sehingga mereka memiliki sedikit waktu untuk menikmati kehidupan pribadi mereka.
ADVERTISEMENT
Di Jepang, krisis populasi sudah menjadi sebuah ancaman, bisa dilihat dari bagaimana pemerintah berusaha mati-matian untuk tetap mempertahankan jumlah populasinya. Pemerintah Jepang tidak lelah mengingatkan masyarakatnya untuk memiliki anak, pemerintah Jepang juga telah memberikan upaya agar masyarakatnya sadar dan mau memiliki anak demi keberlangsungan negaranya. Sementara itu Indonesia sebenarnya masih memiliki bonus demografi yang bagus karena tingkat kelahiran yang masih tinggi. Namun, belakangan ini banyak trend yang dirasa cukup mengancam pertumbuhan populasi di dua negara ini.

Childfree

Childfree merupakan salah satu topik hangat yang sering dibahas di berbagai kalangan masyarakat Indonesia terutama setelah salah satu Influencer ternama dan suaminya mengumumkan untuk Childfree. Childfree adalah pilihan untuk tidak memiliki anak dalam pernikahan. Beberapa orang berpikir bahwa memiliki anak merupakan tanggungan yang berat. Keputusan untuk Childfree ini biasanya adalah keputusan yang memang telah disepakati oleh suami dan istri. Namun jika trend masih berlanjut, tentunya akan mempengaruhi tingkat kelahiran di sebuah negara, apalagi negara yang telah mengalami krisis populasi seperti Jepang.
ADVERTISEMENT

Masalah Finansial

Masalah finansial merupakan hal yang kompleks, masalah ini terjadi di banyak negara. Banyak orang yang berpikir bahwa uang yang mereka dapatkan hanya cukup untuk dirinya sendiri, bukan untuk menghidupi orang lain. Kebutuhan di zaman sekarang juga tidak sesuai dengan gaji yang didapatkan. Masalah ini juga selaras dengan banyaknya uang yang akan dikeluarkan untuk membesarkan anak. Di Jepang, pemerintahnya telah melakukan upaya seperti membantu uang persalinan dan memberikan pesangon kepada orang tua yang memiliki anak. Namun kenyataannya, uang yang diberikan masih jauh dari cukup untuk membesarkan seorang anak hingga anak tersebut dewasa. Di Indonesia sendiri pemerintah melakukan upaya seperti sekolah gratis untuk membantu orang tua meringankan beban membesarkan anak-anaknya. Namun, hal ini tentunya tidak cukup membantu melihat bagaimana tidak stabilnya perekonomian.
ADVERTISEMENT

Tuntutan Kesetaraan Gender

Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan masih banyak terjadi di dua negara ini. Laki-laki sering kali dituntut bekerja demi keluarga, sedangkan perempuan dihadapkan dengan tuntutannya sebagai ibu rumah tangga yang baik. Anak-anak lahir dari seorang perempuan, namun para perempuan sering kali dihadapkan dengan bayangan akan beratnya menjadi seorang ibu. Gerakan feminisme ada untuk menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang. Dalam pekerjaan misalnya, masih banyak ditemukan ketidaksetaraan seperti gaji dan posisi. Perempuan cenderung diposisikan sebagai seseorang yang gampang digantikan karena nantinya bila perempuan menikah, perempuan akan fokus untuk mengurus keluarganya daripada bekerja. Di kedua negara, masalah ini melahirkan pemikiran bahwa seorang perempuan seharusnya berhak mendapatkan gaji dan posisi yang sama dengan laki-laki. Hal ini mendorong lahirnya kepentingan untuk menjadi wanita karir yang lebih mementingkan pekerjaan daripada menikah dan memiliki anak.
ADVERTISEMENT

Migrasi Penduduk Untuk Mencari Pekerjaan

Saat ini banyak sekali Lembaga pekerjaan yang menawari anak muda bekerja di negara lain, dan salah satu negara yang dituju adalah Jepang. Menurut statista, pada tahun 2022 jumlah warga asing di Jepang mencapai angka 3,1 juta orang. Migrasi ini terjadi karena banyaknya lapangan kerja di Jepang yang tidak mampu dilakukan warga Jepang sendiri karena kurangnya penduduk usia produktif yang mampu bekerja di sektor tertentu sehingga membuka peluang kerja yang lebar untuk negara lain, terutama negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, Thailand, dan lain-lain. Bekerja di Jepang merupakan sebuah trend yang populer di kalangan masyarakat karena mengetahui upah yang akan didapatkan terbilang besar daripada negara sendiri. Migrasi ini nantinya juga bisa menjadi masalah karena secara perlahan penduduk asli akan tergantikan dengan kedatangan orang asing dan tentu saja mempengaruhi populasi penduduk asli di suatu negara.
ADVERTISEMENT
Masalah penurunan populasi belum menjadi masalah serius bagi Indonesia, namun jika masalah tersebut berlanjut, suatu saat Indonesia pun bisa terancam karena populasi yang berkurang drastis.