Enthung Jati, Kuliner Ekstrem Warga Pinggiran Hutan di Tuban

Konten Media Partner
12 Desember 2018 22:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Enthung Jati, Kuliner Ekstrem Warga Pinggiran Hutan di Tuban
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh Achmad Junaidi
Tuban - Bagi banyak orang, ulat menjadi hewan yang menjijikkan. Namun jika ulat yang telah berubah menjadi kepompong, khususnya kepompong ulat jati, oleh sebagian masyarakat di Kabupaten Tuban, Bojonegoro dan sekitarnya, kepompong ulat jati atau oleh masyarakat setempat biasa disebut enthung, dijadikan kuliner lezat yang kaya gizi.
ADVERTISEMENT
Musim enthung, terjadi saat masa peralihan dari kemarau ke penghujan. Ulat jati akan berubah menjadi kepompong yang berukuran sekitar 2-4 sentimeter, bewarna cokelat tua mengkilap, banyak berjatuhan dari daun-daun jati yang rontok. Enthung jati ini, yang mempunyai nama latin hyblaea puera, banyak ditemui di hutan jati di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Enthung Jati, Kuliner Ekstrem Warga Pinggiran Hutan di Tuban (1)
zoom-in-whitePerbesar
Saat awak media ini mengunjungi kawasan hutan jati di Desa Guwoterus Kecamatan Montong Kabupaten Tuban, pada Rabu (12/12/2018), puluhan warga setempat berburu enthung di area hutan jati yang ada di desa tersebut.
Menurut salah satu warga desa setempat, Andri Setyawati (31), ulat jati ini hanya bisa ditemui setahun sekali, yaitu pada saat awal musim hujan. Setelah turun dari pohon, ulat tersebut akan berubah menjadi kepompong, saat itulah banyak warga yang memburu enthung tersebut.
ADVERTISEMENT
“Selain dimasak sendiri, kadang saat kita nyari kepompong ini juga langsung ada orang yang beli di lokasi pencarian, di hutan,” tuturnya.
Andri menambahkan, dalam sehari mampu mendapatkan sebanyak dua ember plastik kecil atau setara dengan satu kilogram kepompong. Dan biasanya dijual dengan harga Rp 90 ribu per kilogramnya.
“Kalo ada yang mau beli ya saya jual, kalau tidak ya saya buat lauk sendiri dengan cara di tumis, wong rasanya enak. Tapi jika dapat banyak dan belum terjual ya saya jemur biar bisa dimasak lain waktu,” kata Andri memaparkan.
Enthung Jati, Kuliner Ekstrem Warga Pinggiran Hutan di Tuban (2)
zoom-in-whitePerbesar
Ditempat berbeda, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, Endah Nurul Khomariyati, kepada awak media ini menyampaikan pesan kepada para penikmat masakan enthung atau kepompong ulat jati ini agar dimasak dengan sempurna, dalam arti harus dimasak hingga benar-benar matang, agar tidak menimbulkan efek samping.
ADVERTISEMENT
Enthung ulat jati ini bukan termasuk metamorfosis dari ulat beracun, meski begitu, harus dimasak hingga benar-benar matang, agar tidak menimbulkan efek samping,” tutur perempuan ramah ini.
Endah manambahkan, bagi orang yang mengkonsumsi enthung, bagi yang kulitnya sensitif, bisa mengakibatkan gatal-gatal, tetapi bagi yang tidak mempunyai efek samping malah bisa memperkuat anti bodi tubuh.
“Karena kandungan protein ulat ini sangat tinggi,” katanya.
Sementara adanya fenomena ulat jati ini memang bagi sebagian warga tidak tidak menjadi masalah atau tidak ada keluhan, akan tetapi, tingkat sensitivitas kulit setiap orang berbeda.
“Ada juga yang merasa gatal saat bersentuhan dengan bulu ulat tersebut.” pungkasnya. (jun/imm)