Pemain Timnas Indonesia Jadi Sasaran Hujatan, Sosiolog Sebut Fans Irasional

Konten Media Partner
8 Mei 2024 17:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Indonesia. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu terakhir salah satu pemain Timnas Indonesia U-23 Marselino Ferdinan menjadi sasaran hujatan netizen Indonesia. Menghujat nampaknya sudah menjadi kultur masyarakat Indonesia meskipun sering kali disebut sebagai bangsa yang ramah. Tak hanya Marselino, beberapa wasit yang memimpin pertandingan Timnas Indonesia U-23 saat berlaga di Piala Asia U-23 2024 juga tak luput dari hujatan masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi. perilaku itu adalah godaan situasi kerumunan.
“Kalau orang menjadi penggemar, maka perilakunya adalah perilaku kerumunan. Dan, perilaku menghujat lebih merujuk pada perilaku sementara atau temporary,” katanya, Rabu (8/5).
Menurut Prof Bagong, para penggemar yang menghujat itu adalah bentuk perwujudan ekspresi mereka terhadap kekecewaan tim yang didukung. Penggemar juga merupakan sosok irasional.
“Sebagian dari penggemar atau fans adalah sosok yang secara psikologis irasional. Mereka adalah orang-orang yang acapkali fanatik terhadap tim yang menjadi idolanya," terangnya.
“Sehingga ketika tim pujaannya menang, mereka sangat memuja. Dan ketika timnya kalah, mereka tak segan untuk menghujat,” imbuhnya.
Ke-irasional-an itu menyentuh taraf personal, hingga menyerang wasit maupun salah satu pemain. Hal itu merupakan perilaku kerumunan di mana merasa mewakili banyak orang, merasa bersama banyak orang, sehingga merasa punya kekuatan massa.
ADVERTISEMENT
Prof Bagong juga berpendapat bahwa hal tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan nilai dan norma masyarakat Indonesia.
“Dalam beberapa momen tertentu, terutama pada piala Asia kemarin. Situasi perilaku kerumunan dapat memicu tindakan anarkis penggemar, sehingga mereka mewujudkan kekecewaannya melalui hujatan. Dan, di semua negara, perilaku penggemar yang fanatik sama," tukasnya.
Para penggemar yang sadar dengan identitas sosialnya, kata Bagong, tidak mudah tergoda situasi kerumunan hingga berbuat anarkis seperti menghujat sana-sini.
“Penggemar tidak selalu negatif, namun godaan situasi kerumunan bisa memicu tindakan anarkis. Maka dari itu, penggemar yang sadar atas identitas sosial biasanya tidak mudah tergoda berbuat anarkis,” ungkapnya.
Prof Bagong berpendapat bahwa kondisi itu tak perlu ada solusi, namun alangkah baiknya masyarakat untuk bertindak secara rasional, mengontrol baik emosi mereka, sehingga tak terpengaruh situasi kerumunan. Sehingga tidak menyerang personal, entah itu wasit ataupun pemain timnas.
ADVERTISEMENT
“Tekanan dalam perlombaan juga dapat mempengaruhi performa pemain, maka tak perlu berlebihan dalam mengekspresikan kekecewaan,” tegasnya.