Kisah Nenek asal Surabaya Jadi Sarjana di Usia 70 Tahun

Konten Media Partner
12 September 2019 9:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maria Lidwina Endang Suwarni saat diwisuda Rabu (11/9). Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Maria Lidwina Endang Suwarni saat diwisuda Rabu (11/9). Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fisik boleh menua tapi jiwa dan pemikiran harus tetap muda. Inilah yang dirasakan Maria Lidwina Endang Suwarni, nenek berusia 70 tahun yang jadi sarjana program studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
ADVERTISEMENT
Selain berkuliah di Unusa, sehari-hari Maria jadi pengelola PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di sekitar tempat tinggalnya di Manukan Kulon, Tandes, Surabaya. Karena itulah Maria ingin lebih berkompeten sebagai pendidik anak-anak usia dini.
"Saya juga ingin memberi contoh bahwa tidak ada halangan untuk bisa mencapai gelar sarjana,” kata Maria kepada BASRA, Rabu (11/9).
Keputusan Maria untuk kuliah juga ternyata didukung anak dan cucunya. Ibu dari tiga anak dan nenek dari lima cucu itu mengaku, selain diberi uang kuliah oleh ketiga anaknya, Maria juga selalu diantar saat berkuliah. Bila si anak berhalangan, maka Maria akan berangkat ke kampus dengan naik angkot.
"Minimal dua kali naik turun angkot menuju kampus. Kadang ada juga teman yang mengajak berangkat sama-sama," tutur Maria yang mengaku menerima insentif tiap bulan sebesar Rp 50 ribu dari pengelola PAUD di daerahnya itu.
ADVERTISEMENT
Dirinya sangat bersyukur lantaran sang anak baru akan dipindahkan kerja ke luar kota setelah ia wisuda. “Saya tidak bisa membayangkan seandainya saya belum selesai kuliah, maka naik-turun angkot akan lebih sering lagi dalam usia yang sudah tak muda lagi,” kata Maria.
Berharap pada bantuan dari PAUD, tempat Maria beraktivitas, rasanya juga tidak mungkin. “Saya bersama teman-teman di PAUD lebih menekankan pada kegiatan sosial, membantu sesama. Saya tetap berkomitmen untuk memajukan dan tetap setia di PAUD sebagai ladang amalan di dunia,” kata Maria yang juga aktif pada kegiatan sosial di gereja.
Apa kesannya kuliah di tengah mahasiswa yang dominan muslim? “Bagi saya tidak masalah, saya terbiasa berada dalam lingkungan yang berbeda-beda. Saya harus dapat menyesuaikan penampilan kebanyakan warga kampus,” kata Maria yang sebelum mengajar di PAUD bekerja sebagai karyawan ekspedisi bersama almarhum suaminya.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 703 mahasiswa Unusa periode kedua tahun akademik 2018-2019, diwisuda Rabu (11/9). Dari jumlah tersebut, 542 mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude.
(Reporter: Masruroh / Editor: Windy Goestiana)