Kisah Iqbal Bayi 9 Bulan di Surabaya Alami Kurang Gizi Setelah Lawan Pneumonia

Konten Media Partner
19 Desember 2023 8:32 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bobot tubuhnya menurun drastis sejak 2 bulan terakhir. Selain pneumonia, Ahmad Iqbal, bayi berusia 9 bulan ini harus berjuang sembuh dari diare yang kini menderanya. Sang ibu, Atin Hikmah Sari, berkisah bagaimana putra bungsunya ini harus kehilangan berat badannya hampir 2 kilogram dan dinyatakan gizi buruk.
ADVERTISEMENT
"Dua bulan lalu Iqbal sakit batuk, sampai grok-grok gitu batuknya. Saya bawa ke rumah sakit, langsung masuk UGD. Waktu itu kata dokter, Iqbal kena pneumonia," tutur Iqbal kepada Basra, Senin (18/12) malam.
Pneumonia merupakan penyakit radang pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur.
Setelah kondisi Iqbal membaik, Atin tak lantas bisa bernapas lega. Pasalnya, anak keduanya itu harus kembali menjalani perawatan intensif karena diare. Hingga saat ini Iqbal masih menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit di kawasan Benowo, Surabaya.
Dituturkan perempuan warga Klakahrejo gang Masjid, Kelurahan Kandangan, Kecamatan Benowo ini, karena sakit yang dideritanya, Iqbal harus kehilangan berat badannya hingga 2 kilogram. Di usianya yang menginjak 9 bulan, Iqbal saat ini memiliki berat badan 6 kilogram.
ADVERTISEMENT
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) berat badan ideal bayi laki-laki berusia 9 bulan adalah 7,1 - 9,9 kilogram.
"Berat badannya turun, dua bulan lalu masih sekitar 8 kilogram. Sampai dokter yang menangani bilang Iqbal kurang gizi," imbuhnya.
Bahkan menurut dokter, seperti ditirukan Atin, Iqbal harusnya mendapat bantuan susu dari puskesmas atau pun posyandu mengingat kondisinya yang tergolong kategori kurang gizi.
Namun Atin mengaku jika selama ini tak ada bantuan susu untuk putra bungsunya. Bahkan Atin mengaku saat kegiatan timbang badan di posyandu, justru mendapatkan jajan pasar.
"Sebelum Iqbal sakit (pneumonia) petugas posyandu pernah bilang kalau berat badan Iqbal agak kurang, tapi katanya nggak papa karena anaknya masih aktif dan nggak lemes. Timbang badan di posyandu, nggak ada susu atau biskuit untuk bayi yang dikasih ke Iqbal. Dapatnya jajan pasar kayak pastel gitu," terang Atin.
ADVERTISEMENT
Meski demikian Atin mengaku bersyukur karena masih memiliki BPJS yang cukup meringankan selama Iqbal menjalani perawatan di rumah sakit.
"Ada BPJS dari RT itu. Kalau nggak ada BPJS nggak tahu lagi gimana biaya pengobatan Iqbal yang harus keluar masuk rumah sakit," sambungnya.
Atin memilih membawa sang putra langsung ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan karena sudah tak tega melihat kondisi tubuh Iqbal yang lemah.
"Waktu itu pas malam jadi langsung ke rumah sakit. Puskesmas di dekat rumah nggak ada pelayanan pas malam hari, adanya cuma untuk darurat lahiran (persalinan) kalau malam. Jadi ya langsung ke UGD rumah sakit," jelasnya.
Tak banyak yang diharapkan Atin selain kesembuhan sang putra, meski pun Iqbal tak mendapat bantuan makanan tambahan (PMT) .
ADVERTISEMENT
PMT merupakan pemberian makanan tambahan untuk balita stunting di Surabaya yang diberikan saat penyuluhan posyandu satu bulan sekali, yakni berupa kudapan protein hewani.
"KTP saya Surabaya, KK (kartu keluarga) juga Surabaya. Malah sekarang KK sudah pecah dari ibu karena kan saya sudah berumah tangga, tapi nggak dapat (PMT)," tandasnya.