Elon Musk Tanam Chip pada Otak Manusia, Begini Respons Pakar di Surabaya

Konten Media Partner
19 Februari 2024 18:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tanam chip pada otak. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tanam chip pada otak. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Miliarder Elon Musk mengumumkan perusahaan neuroteknologi miliknya, Neuralink, berhasil menanam chip di otak manusia untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Melalui media sosialnya, Elon Musk mengatakan bahwa operasi penanaman chip tersebut berlangsung dengan lancar.
Menanggapi hal tersebut, Rizki Putra Prastio Ssi MT, dosen Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan (TRKB) Universitas Airlangga (Unair) turut memberikan pendapatnya.
Dosen yang akrab disapa Tio tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia elektronika, chip merupakan sirkuit terpadu atau Integrated Circuit (IC).
“Chip adalah suatu komponen yang berisikan komponen-komponen lebih kecil lagi. Komponen utamanya terdiri dari transistor, juga kapasitor yang ukurannya sangat kecil sekali. Jumlah komponennya bisa mencapai jutaan. Umumnya, chip banyak terdapat pada benda-benda elektronik,” jelas Tio, dalam keterangannya seperti dikutip Basra, Senin (19/2).
Chip memiliki fungsi yang beragam tergantung dengan tujuan menggunakannya. Biasanya, untuk melakukan suatu tugas, terdapat beberapa chip yang saling terintegrasi dengan tujuan memberikan luaran sesuai dengan keinginan pengguna.
ADVERTISEMENT
Di dalam otak sendiri terdapat banyak impuls listrik yang memerintahkan tangan, kaki, hingga mulut untuk bergerak. Sehingga, manusia dapat mengintervensi dengan yang lain. Chip yang ditanamkan pada otak harus menyambung dengan saraf tertentu yang terhubung dengan saraf gerak.
“Permasalahan yang timbul sehingga memerlukan penanaman chip di dalam otak adalah ketika orang ingin bergerak dan terdapat masalah dalam jalur komunikasinya. Sedangkan, sebenarnya otaknya masih hidup, tetapi impuls yang terdapat di otak tidak dapat menyampaikan komunikasi tersebut,” jelas Tio.
Sesuatu yang terpasang di tubuh harus biokompatibel, sehingga tidak terdapat penolakan. Kalau chip yang digunakan tidak biokompatibel, maka pembungkusnya harus kompatibel dan tidak toxic.
Tio mengatakan setuju dengan tindakan Neuralink yang melakukan penanaman chip pada otak. Hal tersebut dapat membantu pasien untuk melakukan gerak sesuai dengan yang terdapat dalam pikiran. Sehingga, menjembatani orang-orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
“Namun, tidak menutup kemungkinan akan timbul dampak negatif dari penanaman chip tersebut. Robot dapat bergerak sesuai dengan yang kita pikirkan, tetapi kita tidak mengetahui komponen di dalamnya apa saja. Hal tersebut bisa saja dikendalikan dari luar,” ucap dosen FTMM tersebut.
Menurutnya, tindakan Neuralink tersebut merupakan tanda kemajuan teknologi dan peradaban manusia. Yang semula tidak memungkinkan untuk terjadi, sekarang semuanya dapat terjadi.
“Hal ini merupakan tanda perubahan dunia, perkembangan ilmu pengetahuan yang mau tidak mau menyebabkan manusia harus mampu menghadapinya,” pungkasnya.