Cerita Hazmy Jadi Tim Medis Atlet Paralympic di Ajang Asean Para Games 2023

Konten Media Partner
15 Juni 2023 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hazmy bersama dua atlet Timnas Paralympic Indonesia di ajang ASEAN Para Games 2023.
zoom-in-whitePerbesar
Hazmy bersama dua atlet Timnas Paralympic Indonesia di ajang ASEAN Para Games 2023.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di Ajang Asean Para Games 2023, Timnas Paralympic Indonesia berhasil menyabet gelar juara umum dengan perolehan 401 medali.
ADVERTISEMENT
Di balik kesuksesan pada atlet paralympic tersebut, ternyata ada sosok dokter tim medis yang ikut berperan.
Salah satunya yaitu dr Abdullah Al Hazmy M Or AIFO-K yang merupakan peserta didik Program Profesi Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair).
Hazmy bercerita, mendampingi atlet disabilitas bukan suatu hal yang baru baginya. Pasalnya, saat masih menjadi dokter umum pada 2017, ia sudah terjun langsung dalam pemeriksaan kesehatan para atlet disabilitas.
“Tahun 2018 saat Asean Para Games di Jakarta Palembang itu juga terlibat pengecekan kesehatan atlet. 2019 menjadi dokter di sekolah olahraga disabilitas milik Kemenpora. 2022 waktu Asean Para Games di Solo juga ditugaskan menjadi dokter kontingen atlet," ucapnya, Kamis (15/6).
ADVERTISEMENT
Pada 2023, Hazmy dipercaya kembali menjadi tim dokter medis para atlet disabilitas pada ajang Asean Para Games.
Hazmy mengungkapkan, dalam menangani atlet disabilitas dengan atlet pada umumnya tidak memiliki perbedaan. Hanya saja atlet disabilitas memiliki risiko cedera lebih besar.
“Cedera yang terjadi umumnya sama dan penanganannya tidak jauh berbeda. Namun faktor disabilitas yang menyebabkan risiko cedera lebih tinggi,” tuturnya.
Ia pun memberikan contoh pada atlet yang salah satu kakinya diamputasi, maka kaki yang sehat akan menjadi tumpuan dalam melakukan aktivitas.
"Hal ini akan menyebabkan atlet lebih mudah lelah dibanding dengan atlet pada umumnya. Lalu pada atlet yang menggunakan bantuan kursi roda, biasanya akan lebih mudah mengalami sakit punggung karena duduk dalam jangka waktu yang lama," ucapnya.
Hazmy mengungkapkan, untuk memperoleh gelar juara umum pada Asean Para Games 2023 tidaklah mudah. Sebagai tim dokter, Hazmy dan rekan-rekannya memiliki tantangan untuk meningkatkan kebugaran dan performa para atlet.
ADVERTISEMENT
Disisi lain dengan kondisi disabilitas, atlet yang tergabung dalam Pelatnas harus menjalani 9 kali sesi latihan dalam satu minggu.
“Latihan ini yang membuat risiko cedera dan kelelahan tinggi. Tapi kami juga bekerja sama dengan tim lain untuk proses penyembuhannya,” jelasnya.
Hazmy mengatakan, bahwa olahraga disabilitas bukan hal yang baru. Sayangnya di Indonesia masih belum banyak yang terlibat.
Padahal menurutnya pekan olahraga paralympic bisa memberikan jalan dan pilihan kehidupan baru bagi disabilitas.
“Menjadi seorang atlet bisa menjadi mata pencaharian juga bagi orang dengan disabilitas. Dengan ikut dalam kegiatan ini mereka nggak harus mengurung diri di rumah dan merasa nggak percaya diri,” ucapnya.
Tak lupa ia berpesan kepada orang dengan disabilitas bahwa apa pun kondisinya, mereka masih bisa berkarya. Bahkan jika mereka ingin terjun ke dunia olahraga disabilitas profesional dapat mendaftarkan diri melalui National Paralympic Committee (NPC) kabupaten/kota bahkan provinsi.
ADVERTISEMENT
“Kalau sudah bergabung di NPC bisa dilatih dan bermain di level nasional atau internasional,” tukasnya.