2036 Mendatang, Luhut Sebut Indonesia Keluar dari Status Middle Income Trap

Konten Media Partner
28 Maret 2022 9:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Bisar Pandjaitan.
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Bisar Pandjaitan.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa pejabat Indonesia kerap mengungkapkan istilah middle income trap, ketika berbicara mengenai kondisi perekonomian nasional
ADVERTISEMENT
Middle income trap merupakan istilah yang mengacu pada keadaan ketika sebuah negara berhasil mencapai ke tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Bisar Pandjaitan mengungkapkan, pada 2036, Indonesia diperkirakan akan keluar dari status middle income trap dengan pertumbuhan rata-rata 5,7 persen pada 2025 mendatang.
"Namun itu sebenarnya kita belum maksimalkan hilirisasi dan efisiensi," kata Luhut dalam Rakernas PP IKA ITS, Senin (28/3).
Menurutnya, hilirisasi dan efisiensi penting sebagai penentu apakah Indonesia ingin keluar dari status midle income trap dan menjadi negara maju pada 2045.
"Nah ini saya kira teman-teman alumni ITS perlu tahu juga karena anda bekerja di berbagai macam sektor. Kita mau bawa ke mana sih Indonesia ini, gitu. Jadi kalau kita mau keluar dari midle income trap dan masuk jadi negara maju pada 2045, kita harus melihat dua hal itu, yakni hilirisasi dan efisiensi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, jika melihat kondisi pascapandemi, Indonesia tengah dihadapkan pada berbagai tantangan perubahaan dunia. Namun, hal ini sekaligus menjadi sebuah "keuntungan" agar Indonesia tidak taken for granted atas segala yang ada.
"Menurut hemat saya, ini juga "untung" bahwa pandemi ini ada. Sehingga akal-akal kita yang selama ini taken for granted, sekarang telah terjadi perubahaan sistem kesehatan, akselerasi otomasi dan digitalisasi, peningkatan peran dari AI, big data, perubahaan global value chain, termasuk green recovery dalam menghadapi tantangan perubahaan iklim, dimana Indonesia juga menjadi champion di sana," tutur Luhut.
Untuk itu, Luhut menyarakan agar ITS mengembankan mata kuliah di bidang AI dan IT. Pasalnya, Indonesia akan dihadapkan pada berbagai tantangan pascapandemi dalam rangka mencapai visi menjadi negara maju pada 2045.
ADVERTISEMENT
"Tapi yang terpenting, kita harus kompak, kita juga harus bersatu. Berbeda-beda pemikiran boleh saja. Kita satu nusa, satu bangsa, satu negara. Saya percaya ITS akan memberikan kontribusi yang luar biasa kepada negeri kita tercinta ini," tutupnya.