Kota Paling Padat Kedai Kopi Sedunia, Bagaimana Nasib Para Pengusahanya?

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
6 September 2022 14:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Startup kopi Luckin Coffee. Foto: Brendan McDermid/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Startup kopi Luckin Coffee. Foto: Brendan McDermid/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minum kopi, selain merupakan kebiasaan buat sebagian orang, kini juga sudah menjadi sebuah tren. Tak ayal bila beberapa kota sampai padat dengan kedai kopi atau kafe yang buka di setiap jalan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang terjadi di China. Mengutip Asia Nikkel, tren kopi tengah meledak di negara yang selama ini memiliki budaya teh. Survei dari perusahaan swasta mendapati Shanghai kini jadi kota paling padat kafe dengan 6.913 gerai, mengalahkan Tokyo dan London.
Semua bermula ketika Starbucks membuka Reserve Roastery di Shanghai pada 2017, kedai kopi besar dilengkapi peralatan pemanggangan sendiri. Menyusul Blue Bottle Coffee, membuka toko pertamanya di daratan Cina awal tahun ini.
Laporan Firma Akuntansi Internasional Deloitte pada 2021 menyebut rata-rata orang China minum sembilan cangkir kopi dalam setahun. Angka itu sejatinya masih sangat jauh dari negara peminum kopi: Korea Selatan (367 cangkir) dan Amerika Serikat (329 cangkir).
Meski begitu, pasar kopi di China diperkirakan meluas hingga 180,6 miliar yuan atau setara Rp387.2 triliun pada 2023. Sebenarnya, apa yang mendorong kemunculan masif kedai kopi di China?
ADVERTISEMENT

Alasan kemunculan kedai kopi

Coffee shop modern (Foto: instagram/ @crematology)
Salah satu jawabannya adalah anak muda yang ingin mewujudkan cita-cita punya kedai kopi. Seperti Song Weizhe, misalnya, pada 2017 membuka Post Cafe di Shanghai dengan motif kantor pos China. Kafe itu awalnya adalah kios koran dengan hanya 1 meter persegi.
Pria kelahiran 1993 itu awalnya disarankan ayahnya untuk mempelajari kemampuan, membuatnya bekerja sebagai desainer interior. Sadar tak suka dengan pekerjaan itu, ia pun keluar dan mulai membuka tiko kue dan langsung kesengsem rasa kopi.
Dari sana, ia mulai membuka kedai kopinya sendiri. Dimulai dari kedai kecil karena ketika itu ia cuma punya 30 ribu yuan atau Rp64 juta untuk memulai bisnis. Namun, justru karena dinobatkan sebagai kios kopi terkecil di dunia, bisnis Song jadi sangat populer.
ADVERTISEMENT
"Ada tawaran dari perusahaan kafe yang sudah lama berdiri di Shanghai untuk membeli toko saya," ujar Song. Kala itu antrean memang mengular dari orang-orang yang ingin mencicipi kopinya.
Setelah menutup kedainya dan pindah ke lokasi lain, kini Song tengah membantu temannya untuk menyiapkan kafe baru. Mimpi terdekatnya kini adalah membuka tiga kedai kopi dan punya truk kopi sendiri.
Contoh lain adalah Han Yulong, founder perusahaan startup Manner Coffee. Dirinya memulai usaha di kios sebesar 2 meter pesegi di gang belakang pusat perbelanjaan Shanghai.
Pada 2021, perusahaannya didanai Meituan, salah satu perusahaan pengantar makanan terbesar di China, dan ByteDance, operator aplikasi berbagi video TikTok dan platform video pendek Douyin.
Seketika Manner Coffee jadi unicorn, perusahaan privat dengan valuasi mencapai 1 miliar dolar atau setara Rp14,9 triliun, dan jadi perwakilan industri kafe di China. Rumor bahkan mengatakan Manner Coffee berencana melantai di bursa saham.
ADVERTISEMENT

Nasib pengusaha kopi di kota padat kedai kopi

Kedai kopi yang baru berdiri di tahun 2017. (Foto: Instagram @rafiaddict dan @makansampaikenyang)
Angka pengangguran tinggi di usia produktif 16 hingga 24 tahun, berada pada 19,3 persen, merupakan rekor baru di China. Banyak pula lulusan universitas yang hingga kini tidak bisa mendapat kerja.
Kesenjangan semakin tinggi, harga rumah kian melambung, anak muda yang kekurangan keterampilan dan pendidikan pun merasa tidak berdaya. Alhasil, membuka kafe atau kedai kopi mulai menjadi jalan pintas mewujudkan cita-cita.
Namun, nyatanya bukan hal yang mudah untuk sukses di pasar. Nasib membuat beberapa kafe gulung tikar dalam waktu singkat karena terus merugi, tidak menjadi unik sehingga kalah dengan perusahaan besar.
Luckin Coffee yang jadi perusahaan pertama melampaui Starbucks dalam jumlah kedai di China akhirnya harus dihapus dari Nasdaq pada 2020 karena kecurangan akuntansi. Hal itu karena mereka terlalu buru-buru ingin berkembang guna memenuhi ekspektasi investor.
ADVERTISEMENT
Jadi, segelintir yang sukses dan tak terhitung yang gagal jadi nasib pengusaha kopi di kota padat kedai kopi. Hal tersebut mungkin juga berlaku di negara lain di mana kopi sedang menjadi tren. (bob)