Menguji Keampuhan Daun Serai Mengusir Nyamuk Demam Berdarah dan Malaria

Konten dari Pengguna
28 Juli 2020 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tanaman Cymbopogon citratus atau yang dikenal sebagai serai. Foto: Raffi Kojian/Gardenology via Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman Cymbopogon citratus atau yang dikenal sebagai serai. Foto: Raffi Kojian/Gardenology via Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tumbuhan serai sudah akrab dikenal masyarakat Indonesia. Biasanya, tanaman ini digunakan untuk memperkaya aroma serta rasa masakan. Namun teryata, serai juga punya kemampuan untuk mengusir nyamuk dari perkarangan rumah.
ADVERTISEMENT
Tanaman dengan nama latin Cymbopogon citratus ini ternyata telah teruji mampu mengusi nyamuk pembawa penyakit demam berdarah dan malaria. Kemampuan tersebut telah teruji secara ilmiah.
"Serai itu cepat tumbuh besar, itu pecah-pecah saja, kalau bisa setiap pemukiman dikelilingi tanaman serai, itu ampuh," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakut Tular Vektor dan Zoonotic Kementerian Kesehatan, Elizabeth Jane Soepardi, kepada Antara.
Cara lainnya, Elizabeth menambahkan, adalah dengan merajang atau mengiris-iris serai segar lalu menempatkannya di atas meja atau lokasi lain di rumah.
Ilustrasi serai. Foto: Thinkstock
Penelitian dari Asia Pacific Journal of Tropical Biomedicine juga menemukan manfaat minyak serai untuk melindungi tubuh manusia dari nyamuk. Peneliti dari King Mongkut's Institute of Technology Ladkrabang, Thailand, menyimpulkan minyak dari tumbuhan serai terbukti ampuh mengurangi gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles dirus.
ADVERTISEMENT
Dalam riset lainnya, para peneliti dari University of New Mexico di Amerika Serikat, ditemukan bahwa serai sangat efektif membunuh larva nyamuk.
"Ini (serai) adalah cara murah dan mudah namun efektif mengatasi nyamuk," ujar salah satu ilmuwan dalam penelitian tersebut, Ravi Durvasula.
"Kita tidak menargetkan virusnya. Apa yang kita target adalah pembawa virus dan kita akan membunuhnya di fase awal. Kita bunuh larvanya, maka tidak akan ada nyamuk yang akan mengganggu kita,"paparnya sebagaimana dikutip dari laman resmi UNW.
Nyamuk Aedes aegypti penyebar demam berdarah dengue di laboratorium Oswaldo Cruz Foundation laboratory, Rio de Janeiro, Foto: Brasil. AFP/Mauro Pimentel
Para peneliti menjelaskan bahwa dalam konsentrasi kecil sekalipun, minyak serai sangat beracun bagi nyamuk Aedes aegypti. Karena itu dalam riset ini para peneliti menciptakan sebuah "bom" serai kecil untuk membunuh larva nyamuk pembawa penyakit demam berdarah tersebut.
ADVERTISEMENT
Cara yang digunakan adalah dengan meletakkan minyak serai yang beracun bagi nyamuk di dalam sel dari ragi. Menurut mereka, ragi adalah makanan kesukaan dari larva nyamuk.
Kemudian, ragi tersebut diletakkan di dalam air yang ada larva nyamuknya. Ketika larva mulai memakan ragi itu, minyak serai terlepas dan akan membunuh sebagian besar larva-larva tersebut dalam waktu antara 24 hingga 48 jam. Menurut Ivy Hurwitz, anggota tim riset, angka kematian larva nyamuk mencapai 100 persen dalam waktu satu minggu.
Cara ini, menurut para peneliti, aman untuk terus digunakan. Sebab, nyaris tidak mungkin bagi nyamuk untuk mengembangkan resistensi terhadap minyak serai.
Ilustrasi larva nyamuk dalam suatu wadah. Foto: Thinkstock
Scott Matthews, anggota tim penelitian lainnya, mengatakan bahwa minyak serai menyerang beberapa jalur biologis pada larva, seperti sistem pernapasan, saraf, pencernaan, dan endokrin.
ADVERTISEMENT
Peneliti Marta Ferreira Maia dan Sarah J Moore—dalam makalahnya di Malaria Journal—menduga bahwa sifat serai yang menolak nyamuk adalah bagian dari sistem pertahanan tumbuhan itu terhadap serangga pemakan tumbuhan atau fitofag.
Menurut mereka, banyak tumbuhan yang mengandung senyawa "anti serangga" secara alami. Senyawa yang dimaksud ada lima, yaitu senyawa nitrogen, terpenoid, phenolic, proteinase inhibitor, dan regulator pertumbuhan.
(EDR)