Pengertian Mursyid beserta Kriteria dan Tugasnya dalam Pendidikan Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
5 Januari 2023 11:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi belajar Al-quran. Foto: FS Stock/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belajar Al-quran. Foto: FS Stock/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata mursyid berasal dari bahasa Arab “arsyada-yursidu” yang artinya membimbing atau menunjuk. Sedangkan secara istilah, mursyid adalah orang yang bertugas untuk membimbing dan menunjukkan jalan yang lurus kepada seseorang.
ADVERTISEMENT
Dalam ilmu tasawuf dan tarekat Islam, kata mursyid dikenal juga dengan istilah syaikh. Keduanya memiliki makna yang sama, yakni merujuk pada seorang guru.
Mengutip buku Etika Pendidikan Islam Perspektif Tafsir karya Abdul Muhyi (2021), kata mursid dalam Alquran bersandingan dengan kata “dhalalah” yang berarti kesesatan. Artinya, seorang mursyid mampu memberikan petunjuk kepada orang-orang yang tersesat.
Peran seorang mursyid sangat dibutuhkan dalam pendidikan Islam. Apa syarat untuk menjadi seorang mursyid? Simak artikel berikut untuk mengetahui jawabannya.

Syarat dan Kriteria Menjadi Mursyid

Ilustrasi Al-quran. Foto: dotshock/Shutterstock
Seseorang dianggap layak menjadi mursyid apabila ia sudah melalui seluruh tahapan perjalanan spiritual. Ia harus memahami ilmu tasawuf dan tarekat terlebih dahulu melalui bantuan syaikh yang lebih alim darinya.
ADVERTISEMENT
Sebab, seorang mursyid bertugas mengawasi pertumbuhan dan perkembangan ruhaniyah muridnya setiap saat. Ini mencakup proses ritual ilahiah seperti khalwat (meditasi), muraqabah, dan dzikir.
Maka, syarat menjadi seorang mursyid adalah harus berilmu. Ia tidak boleh mencintai harta, kedudukan, serta jabatan dengan berlebihan. Hendaknya seorang mursyid mengerahkan semua kecintaannya kepada agama Allah SWT.
Dijelaskan dalam buku Majmu’ah Rasail karya Imam Al-Ghazali, seorang mursyid harus melakukan beberapa riyadhah (latihan) ketakwaan seperti menyedikitkan makan, berbicara, dan tidur. Ia harus memperbanyak amal ibadah seperti sholat, sedekah, dan puasa.
Seorang mursyid harus memiliki akhlak terpuji berupa kesabaran, syukur, tawakkal, tenang (tuma’ninah), dermawan, qanaah, amanah, ramah, rendah hati, makrifat, jujur, berwibawa, memiliki rasa malu, tenang, lembut, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ia juga harus memurnikan hatinya dan menjauhkan diri dari sifat tercela seperti sombong, kikir, hasud, dengki, tamak, panjang angan-angan, gegabah, dan lain sebagainya. Dalam kesehariannya, ia harus menjauhi fanatisme terhadap dunia.

Tugas Seorang Mursyid dalam Pendidikan Islam

Ilustrasi Al-quran. Foto: Din Mohd Yaman/Shutterstock
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, tugas seorang mursyid dalam pendidikan Islam adalah memberikan petunjuk bagi orang-orang yang tersesat. Dalam Surat Al-Kahfi ayat 17, Allah SWT berfirman yang artinya:
“...Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun (mursyid) yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”
Selain memberikan petunjuk, seorang mursyid juga harus mengarahkan murid agar terbebas dari godaan, bisikan, dan rayuan hawa nafsu. Ia harus memastikan perjalanan ruhaniyah muridnya tidak keluar dari aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pendidikan Tasawuf karya Muhammad Basyrul (2019), seorang mursyid memiliki hak legalitas untuk melakukan proses pembaiatan bagi calon muridnya. Melalui proses tersebut, ia pun melakukan bimbingan, arahan, serta pengawasan kepadanya.
(MSD)