Mengenal Tradisi Munggahan yang Dilakukan Menjelang Ramadan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
4 Maret 2024 15:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Memahai Tradisi Munggahan yang Dilakukan Menjelang Ramadan. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Memahai Tradisi Munggahan yang Dilakukan Menjelang Ramadan. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat mendekati bulan Ramadan, masyarakat Indonesia kerap menunjukkan antusiasnya dengan melakukan tradisi Munggahan. Apa itu Munggahan yang kerap dilakukan menjelang bulan Ramadan?
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, munggahan diambil dari kata munggah yang dalam bahasa Sunda artinya 'naik'. Dikutip dari situs ESDM, yang dimaksud 'naik' dalam hal ini adalah naik dari satu tataran ke tataran yang lebih tinggi. Dengan kata lain, munggahan berarti tradisi dengan niat untuk menjadi lebih baik saat bulan Ramadan.
Tradisi ini dilakukan dalam lingkup kecil seperti keluarga dan pertemanan. Hingga sekarang, tradisi munggahan masih tetap dilakukan sebagian besar masyarakat Sunda, bahkan Indonesia secara umum.

Apa Itu Munggahan?

Memahai Tradisi Munggahan yang Dilakukan Menjelang Ramadan. Foto: Pexels
Mengutip buku Tradisi-tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia dan Dunia yang ditulis Yeti Nurmayati, munggahan adalah tradisi masyarakat Sunda yang dilakukan menjelang Ramadan dengan cara berkumpul bersama keluarga, lalu makan bersama (botram).
Sebagian orang juga melakukan munggahan dengan berwisata bareng keluarga. Ada pula yang menjadikan momen munggahan ini untuk berziarah ke makam anggota keluarga, bersedekah, dan bersih-bersih rumah.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini tidak terbatas di lingkup keluarga saja, tapi juga dapat dilakukan bersama teman maupun rekan kerja di kantor. Tujuannya untuk bersilaturahmi dan berbagi kebahagiaan menjelang bulan Ramadan.
Selain itu, munggahan juga dijadikan momen untuk saling memaafkan. Sebab, untuk meraih ridha Allah Swt di bulan Ramadan, seseorang harus terlebih dahulu saling memaafkan dengan sesamanya.
Pelaksanaan tradisi munggahan biasanya dilakukan sehari sebelum Ramadan. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan munggahan dapat dilakukan seminggu atau dua minggu sebelum Ramadan. Pada intinya, tradisi ini dilakukan pada akhir-akhir bulan Syaban.

Tradisi Menyambut Ramadan di Wilayah Lain

Ilustrasi megibung, tradisi kuliner makan bersama khas masyarakat Bali. Foto: Yus Warmadewa/Shutterstock
Munggahan adalah salah satu dari banyaknya tradisi dalam menyambut Ramadan di Indonesia. Ada juga tradisi lainnya yang masih dilakukan sampai sekarang. Apa saja?
ADVERTISEMENT

1. Megibung - Bali

Megibung merupakan tradisi turun-menurun yang diwariskan Raja Karangasem bernama I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem. Tradisi ini dilakukan pertama kali pada tahun 1692 Masehi.
Megibung diambil dari kata gibung, artinya kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang. Biasanya masyarakat berkumpul, berdiskusi sambil makan bersama di hari ini.

2. Nyorog - Betawi

Dalam menyambut bulan Ramadan, umat Islam Betawi akan melakukan tradisi Nyorog dengan membagi-bagikan bingkisan kepada saudara atau tetangga.
Umumnya, kegiatan memberi bingkisan ini dilakukan orang yang lebih muda kepada yang lebih tua atau dituakan. Di momen itu pula anak muda akan meminta restu dan doa agar puasanya di bulan Ramdan berjalan lancar.

3. Megengan - Jawa Timur

Megengan diselenggarakan pada minggu terakhir bulan Syaban. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Rasa syukur tersebut ditunjukkan dengan berbagi makanan kepada orang-orang terdekat. Selain itu, masyarakat akan datang ke makam untuk mendoakan mendiang kerabatnya dan menabur bunga yang dikenal dengan istilah nyekar.
(DEL)