Mengenal Parenting VOC yang Viral di TikTok dan Dampaknya bagi Anak

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
22 Maret 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu marah pada anak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu marah pada anak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Istilah parenting VOC belakangan ramai diperbincangkan netizen di beberapa platform. Istilah ini pertama kali populer di TikTok dan diperkenalkan oleh konten kreator bernama Jenni Lim atau yang akrab disapa Mamak Malvin.
ADVERTISEMENT
Jika diartikan, parenting VOC adalah pola pengasuhan yang menerapkan kedisiplinan dan cenderung otoriter. Asal-usulnya diambil dari kata “VOC” yang merujuk pada Vereenidge Ooostindische Compagnie, yakni perusahaan dagang yang didirikan oleh Belanda pada masa penjajahan di Indonesia.
VOC dikenal sebagai perusahaan dagang yang kejam. VOC tak segan untuk membentak, memerintah, dan mengarahkan rakyat pribumi agar mendapatkan keuntungan dagang yang maksimal.
Istilah parenting VOC terinspirasi dari sifat tersebut, di mana para orangtua bersikap tegas dan cenderung otoriter dalam mendidik anaknya. Lalu, bagaimana pandangan para ahli terkait hal ini?

Pengertian Parenting VOC dan Dampaknya bagi Anak

Ilustrasi anak marah. Foto: Shutter Stock
Jika dilihat dari definisinya, sebenarnya parenting VOC ini sama seperti parenting otoriter. Di kalangan para orangtua, pola pengasuhan ini masih menuai pro dan kontra.
ADVERTISEMENT
Mamak Malvin sendiri mengaku tidak pernah mengatakan bahwa gaya parenting VOC itu benar. Namun, ia cukup terbantu dan merasa cocok dengan pola pengasuhan ini.
Menurutnya, parenting VOC dapat membantu para ibu lebih waras dalam menghadapi anak. Sebab, anak akan jauh lebih menurut, disiplin, dan paham aturan.
“Selama aku menerapkan parenting VOC ini ya, anakku semuanya rata-rata mandiri. Si Malvin pun belum 2 tahun sudah bisa mengambil baju sendiri, minum sendiri, makan sendiri, dan semuanya serba sendiri,” ungkap Jenni Lim dalam video TikTok-nya.
Ilustrasi Ayah Marah pada Anak Foto: Shutterstock
Banyak netizen yang sepaham dengan pendapat Mamak Malvin. Bahkan, beberapa di antaranya pun mengaku sukses setelah menjadi alumni parenting VOC dari orangtuanya.
“Aku alumni parenting VOC mak, alhamdulillah di perantauan ini mentalku jadi tahan banting berkat parenting VOC nya mamahku. Ya meskipun kadang nangis sikit (sedikit),” tulis @syaa dalam kolom komentar video Mamak Malvin.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, ada pula netizen yang kontra terhadap gaya parenting VOC. Menurut mereka, parenting VOC justru dapat menyebabkan luka batin di hati anak-anak yang dampaknya bisa berimbas pada karakternya di masa depan.
Dalam parenting VOC, orangtua memang lebih tinggi dalam memberikan tuntutan dan kontrol kepada anak, namun lebih rendah dalam menanggapi dan merespons anak. Alhasil, anak pun akan merasa kurang disayang oleh orangtuanya.
Ilustrasi marah pada anak Foto: Shutter Stock
Maulidya Ulfah dalam buku Digital Parenting (2020) menjelaskan bahwa gaya parenting VOC atau otoriter berisiko menciptakan anak perundung. Anak dengan pola asuh ini cenderung akan menuntut teman sebayanya atau orang yang lebih lemah dari dirinya.
Anak mungkin saja melakukan serangan fisik berupa memukul, mencubit, ataupun menampar. Dalam kondisi lain, anak juga bisa melakukan kekerasan secara verbal melalui kata-kata yang kasar.
ADVERTISEMENT
Ketika dewasa nanti, anak bisa mengalami stres dan trauma yang mendalam. Ia akan memiliki masalah dengan emosinya, mudah marah, sulit bersosialisasi, dan menjadi pribadi yang pendendam.
(MSD)