4 Waktu Mustajab untuk Doa di Bulan Ramadhan

Ilustrasi Waktu Mustajabnya Doa di Bulan Ramadhan Foto: Shutterstock

Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan di mana pintu rahmat serta ampunan dibuka selebar-lebarnya. Bulan Ramadhan juga memiliki waktu-waktu mustajab untuk berdoa.

Pada waktu tersebut, doa seorang hamba berpeluang besar untuk dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang pada setiap hari dan malam (Ramadhan), setiap hamba di antara mereka ada doa yang dikabulkan” (HR. Ahmad).

Lalu, kapan saja waktu-waktu mustajabnya doa di bulan Ramadhan? Dikutip dari berbagai sumber, berikut informasi selengkapnya.

Saat Berpuasa

Ilustrasi Waktu Mustajabnya Doa di Bulan Ramadhan Foto: Shutterstock

Salah satu waktu mustajab untuk doa adalah ketika seseorang dalam keadaan berpuasa. Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang yang doanya tidak tertolak; Orang puasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang terzalimi” (HR. at-Tirmidzi).

Dalam konteks hadist tersebut, puasa yang dimaksud merujuk pada segala puasa, tak hanya puasa Ramadhan. Namun, berdoa saat dalam keadaan puasa Ramadhan adalah lebih utama. Hal ini karena bulan suci adalah bulan di mana pintu keberkahan dibuka oleh Allah SWT dan doa-doa dikabulkan.

Imam Nawawi rahimahullah juga berkata, "Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak doa demi urusan akhirat dan dunianya, juga ia boleh berdo’a untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula jangan lupakan do’a kebaikan untuk kaum muslimin secara umum.” (Al-Majmu’, 6: 273).

Waktu Sahur

Ilustrasi Waktu Mustajabnya Doa di Bulan Ramadhan Foto: Shutterstock

Sahur juga menjadi waktu mustajabnya doa di bulan Ramadhan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist Bukhari dan Muslim berikut ini:

“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akan menjadi lebih utama jika seseorang lebih dulu menunaikan sholat tahajud sebelum santap sahur. Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim di atas juga dijelaskan oleh Ibnu Hajar yang menyebutkan “Doa dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan." (Fath Al-Bari, 3: 32).

Saat Azan Berkumandang

Ilustrasi Waktu Mustajabnya Doa di Bulan Ramadhan Foto: Shutterstock

Azan atau seruan pengingat waktu salat menjadi salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW bersabda:

ثنتان لاتردان أو قلما تردانالدعاء عند النداء وعندالبأس حين يلحم بعضهمبعضا

“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar,1/369, berkata: “Hasan Shahih”).

Ketika azan berkumandang, kita dianjurkan untuk menjawab lafaznya seraya berdoa kepada Allah SWT.

Malam Lailatulqadar

Ilustrasi Waktu Mustajabnya Doa di Bulan Ramadhan Foto: Shutterstock

Dalam bulan Ramadhan, ada waktu yang dikenal dengan malam Lailatulqadar atau malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam hadist disebutkan, datangnya malam Lailatulqadar adalah tepat pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan dalam hadist berikut:

"Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari)

Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir Ramadhan. Itu adalah waktu terbaik jika ingin doa dikabulkan Allah SWT. Adapaun doa yang senantiasa dipanjatkan oleh Rasulullah SAW di malam Lailatulqadar adalah memohon ampunan, sebagaimana disebutkan dalam hadist berikut:

Dari Abdullah bin Buraidah, dari Aisyah, beliau bertanya, “Wahai Rasulallah! Jika aku mendapati malam lailatul qadar, doa apa yang aku panjatkan? Rasulullah SAW menjawab, katakanlah ‘Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Pemaaf, suka (memberi) maaf, maka maafkanlah aku.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

(RDR)