news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sepakbola: The Indonesian Way of Life, Kisah Perjalanan Antony Sutton

25 Januari 2017 16:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi sepak bola anak-anak. (Foto: Wikimedia Commons)
Antony Sutton menunjukkan cintanya pada sepak bola Indonesia dengan cara yang selayaknya: ia keliling Tanah Air, datang langsung ke stadion-stadion untuk menonton beragam pertandingan. Lebih dari 200 pertandingan telah ia tonton. Dari mulai Liga Super Indonesia, Divisi Utama, hingga Liga Nusantara.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang Inggris, dan notabene adalah orang asing, apa yang dilakukannya sungguh janggal. Alih-alih tinggal di Indonesia untuk sekadar menikmati Bali atau Yogyakarta, Sutton justru menetap dan menjadi kerasan di Indonesia karena sepak bola. Walau memang istrinya adalah perempuan asli Indonesia, namun sepak bola memberi sentuhan berbeda untuknya.
Cinta Sutton pada sepak bola Indonesia bermula pada 14 Januari 2006. Kala itu ia dan sang istri menonton langsung laga Persija Jakarta melawan Sriwijaya FC di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Atmosfer stadion legendaris Ibu Kota itu sontak membuatnya kagum. Terlebih, laga itu memang dipenuhi oleh pendukung tuan rumah, The Jakmania.
"Lebak Bulus adalah stadion yang kecil. Tapi atmosfer di sana sangat besar, sungguh luar biasa," cerita Sutton kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Atmosfer itulah yang langsung membuatnya seperti menemukan hal baru, hal yang --menurutnya-- tak pernah ia dapatkan ketika menyaksikan pertandingan sepak bola di tempat-tempat lain.
Sebelas hari sebelum laga itu, Sutton lebih dulu menuliskan tentang keinginanya untuk datang ke Lebak Bulus melalui blog pribadinya. Di blog bernama Jakarta Casual itu, Sutton menuliskan sedikit catatan tentang Liga Indonesia 2006 yang akan berlangsung kala itu.
Ia menceritakan tentang Persija sebagai salah satu klub dengan jumlah pendukung terbanyak di Indonesia. Persija kala itu disebutkanya seperti Sunderland: klub besar dengan dukungan suporter yang juga besar, tapi tanpa trofi dan memiliki seragam yang jelek. Karena itu pula akhirnya ia penasaran untuk menonton langsung "Macan Kemayoran" berlaga.
ADVERTISEMENT
Sutton dalam tulisannya itu juga menceritakan jika ia mengalami kesulitan menulis soal sepak bola Indonesia. Alasannya, sebagai orang asing, ia tak tahu banyak. Tapi setelah tulisan perdana itu, ia kemudian bercerita bahwa ia langsung mencari tahu segala hal tentang sepak bola indonesia.
"Pada awal membuat blog, saya tidak tahu banyak tentang sepak bola Indonesia. Tapi kemudian saya mencari tahu tentang Persija, Persita, Persib, Persebaya, Persipura, Arema, dan semua tim," tuturnya.
Setelah tulisan itu dan kepergiannya ke Lebak Bulus, ia mulai rutin menulis di blognya. Setiap bulan pasti ada tulisan yang ia luncurkan. Jakarta Casual mulai banyak mendapat penggemar. Sutton kemudian semakin rutin berkeliling Indonesia, menyaksikan banyak laga.
Antony begitu gila dengan sepak bola Indonesia. (Foto: Bergas Agung/Kumparan)
Sebelas tahun berselang setelah tulisan pertama di blog pribadinya muncul, Sutton bakal meluncurkan buku. Sama seperti di tulisan-tulisan di blog pribadinya, buku itu kelak juga akan berisikan pengalaman pribadinya selama menyaksikan (dan menggilai) sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun tak hanya itu, Sutton mengaku jika buku berjudul "Sepakbola: The Indonesian Way of Life itu" juga akan bercerita tentang sejarah klub-klub di Indonesia serta profil klub dan juga pemain. Selain itu, ia mengungkapkan jika 85 persen tulisan di buku ini adalah tulisan baru. Sedangkan 25 persen di antaranya diambil dari blog pribadi.
Sutton tak hendak ingin mendikte pandangan orang banyak atau mengubah perilaku para pegiat sepak bola Indonesia. Lewat bukunya, ia hanya ingin bercerita tentang pengalaman-pengalaman dan perjalanan-perjalanannya bersama sepak bola Indonesia.
"Sebenarnya, buku ini pada awalnya akan saya terbitkan dalam bahasa Inggris. Karena memang saya menulis juga untuk bercerita kepada orang-orang asing, terutama di Inggris, tentang sepak bola Indonesia. Tapi kemudian seorang teman menawarkan diri untuk menjadi penerjemah. Saya setuju, dan kondisi berbalik. Buku ini akan lebih dulu terbit dalam Bahasa Indonesia," ucap Sutton.
ADVERTISEMENT
Di dalam buku itulah Sutton bercerita tentang kultur dan atmosfer sepak bola Indonesia yang dianggapnya adalah yang nomor satu di Asia Tenggara. Selain menyaksikan sepak bola di Tanah Air, ia juga pernah menyaksikan sepak bola di Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Dan menurutnya, tak ada yang lebih baik dari Indonesia.
Legenda sepak bola Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, menuliskan tanggapannya tentang buku itu. Menurut pria yang akrab disapa 'Kurus' tersebut, buku Sutton bisa menggambarkan jika masih ada hal yang bisa dibanggakan dari kondisi sepak bola Indonesia seret prestasi ini.
"Saya yakin, jika pun buku ini kemudian tidak mampu mengubah perilaku para pelaku sepak bola kita, setidaknya ia bisa menjadi sebuah cermin retak yang akan selalu kita lihat kembali. Sebuah tulisan tentang bagian-bagian terang dan kelam sepak bola kita yang sungguh luar biasa itu," tulis Kurniawan.
ADVERTISEMENT
"Untuk berbenah, kita perlu melihat kembali catatan-catatan ini. Karena Antony alias Jakarta Casual tak hanya melihat Indonesia sebagai sebuah negara di sudut Asia, tetapi juga sebagai bagian dari sebuah entitas besar, yaitu bangsa Asia Tenggara dan juga Asia," tambahnya.
Kurniawan bisa jadi benar. Sebab, sebagaimana diungkapkan Sutton sendiri: "Sepak bola sebuah wilayah adalah cerminan dari masyarakatnya."