Pengamat Asal Solo: Konversi Kompor Elpiji ke Kompor Listrik karena Over Suplai

Konten Media Partner
28 September 2022 17:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
1000 kompor elpiji warga Solo dikonversi ke kompor listrik. FOTO: Agung Santoso
zoom-in-whitePerbesar
1000 kompor elpiji warga Solo dikonversi ke kompor listrik. FOTO: Agung Santoso
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SOLO - Pengamat kebijakan publik Solo, Anton Agus Setyawan menilai kebijakan pemerintah mengkonversi kompor gas ke kompor listrik sebatas pengalihan masalah, Faktanya pengalihan tersebut akibat dari over suplai atau kelebihan pasokan listrik.
ADVERTISEMENT
"Kelebihan ini tidak bisa disalurkan sehingga keputusannya adalah PLN akan meningkatkan daya listrik di masyarakat," katanya, Rabu (28/09/2022).
Lebih lanjut Anton mengatakan, mengkonversi gas ke listrik menjadi salah satu solusi untuk mengatasi over suplai. Alasan lain kebijakan tersebut terkait kenaikan bahan bakar minyak atau BBM fosil, minyak bumi dan sebagainya. Namun itu semua kembali lagi pada persoalan kelebihan daya atau pasokan listrik yakni sumbernya.
"Bersumber dari pembangunan sejumlah pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU oleh PT PLN tahun 2010 lalu," terangnya.
Pemerintah sudah berinvestasi dengan membangun banyak PLTU dengan tenaga batu bara. Ketika batu bara murah dengan PLTU banyak maka produksi listrik over suplai. Kemudian bingung untuk pendistribusiannya.
"Sehingga memakai cara itu (konversi gas elpiji ke listrik)," kata Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini.
ADVERTISEMENT
Anton juga menyoroti subsidi yang diberikan oleh PLN. Jika nantinya program konversi benar dilaksanakan padahal gas elpiji masih disubsidi, maka bisa diartikan konversi hanya memindah subsidi.
Warga Laweyan, Solo memasak menggunakan kompor listrik. FOTO: Agung Santoso
"Dengan ini menunjukkan bahwa kebijakan itu diambil karena ada masalah over suplai listrik tadi. Dalam rangka supaya suplai nanti tidak terjadi kelebihan. Hal ini karena tidak terdistribusi dengan baik,"paparnya.
Menurutnya, konversi hanya sebatas memindahkan masalah dan bukan menjadi sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan keterbatasan sumber daya energi listrik. Anton juga mengingatkan jika batu bara termasuk sumber energi tak terbarukan sehingga suatu saat juga akan habis. Jika pemerintah ingin mengatasi masalah energi dengan konversi masih banyak sumber.
"Sumber listriknya bisa dari energi matahari, panas bumi, air, atau angin, semua yang tidak berasal dari energi fosil yang tak terbarukan," katanya lagi.
ADVERTISEMENT
(Agung Santoso)