Bentuk Nyeleneh Cabai yang Ditanam Warga Solo Ini Kerap Diasosiasikan Porno

Konten Media Partner
29 Juli 2022 17:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cabai hias jenis Purple Pearl milik Ali Suwarsono. FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Cabai hias jenis Purple Pearl milik Ali Suwarsono. FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SOLO - Beragam cabai yang ditanam Ali Suwarsono (47), warga Dukuh Kendal Rejo RT 01 RW 11 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo ini memang tak lazim.
ADVERTISEMENT
Bermacam varian cabai lokal hingga impor, seperti Pelangi atau Bolivian Rainbow, Garda Firework, Bishop Crown, Sparkler, Thai Pumpkin, hingga Purple Pearl, dibudidaya Ali di samping rumahnya untuk dijual kembali.
Ada juga cabai berukuran mini berjenis Sangria, maupun cabai jumbo berukuran lebih dari 30 cm jenis Red Sweet Italian.
“Saya sudah sekitar 10 tahun menanam cabai-cabai ini atau sejak 2012. Awalnya saya meniru adik yang tinggal di Sawahan, Ngemplak, Boyolali. Saya ikut menanam dan menjualnya,” terang Ali saat ditemui di kediamannya.
Cabai-cabai tersebut, imbuh dia, merupakan cabai impor yang sudah berhasil dibudidayakan dan dijual di pasar Indonesia.
Ali Suwarsono di kebun cabai samping rumahnya yang terletak di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo. FOTO: Fernando Fitusia
Ali menanam cabai itu di lahan seluas 150 meter persegi di samping rumahnya. Ia memanfaatkan polybag, pot atau botol air mineral bekas yang digantung sebagai tempat pembibitan.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya di Indonesia sudah banyak. Cuma kalau di perkotaan agak sulit, karena ini untuk hobi. Bukan cabai pasaran yang umum dikonsumsi.”
Salah satu cabai terunik milik Ali adalah cabai asal Amerika Serikat, yakni cabai Red Peter Pepper. Cabai ini berbentuk nyeleneh dan kerap diasosiasikan porno, karena dianggap menyerupai alat kelamin pria.
Cabai hias impor yang dibudidayakan Ali Suwarsono, Red Peter Pepper
“Mereka yang belum pernah lihat sebelumnya mungkin nggak yakin ini cabai beneran atau tidak. Tapi ya memang itu nyata, bukan buatan dibentuk atau cuma gambar. Memang begitu bentuk aslinya,” jelas Ali.
Oleh Ali, cabai-cabai impor itu dijual secara online melalui media sosial dan marketplace. Per bungkus berisi 15 cabai dibanderol Rp 10.000.
“Sebelum pandemi omset berkisar Rp 10-15 juta per bulan. Namun saat ini hanya sekitar Rp 2-5 juta per bulan,” kata dia.
ADVERTISEMENT
(Fernando Fitusia)