Sayf Al-adl: Siapa Pria yang Jadi Kandidat 'Pemimpin Berikutnya' Al-qaeda?

Konten Media Partner
6 Agustus 2022 10:10 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret Sayf al-Adl yang dirilis oleh FBI pada tahun 2001
zoom-in-whitePerbesar
Potret Sayf al-Adl yang dirilis oleh FBI pada tahun 2001
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tewasnya pemimpin al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, dalam serangan pesawat nirawak AS di ibu kota Afghanistan, Kabul, secara otomatis mengalihkan perhatian publik kepada pemimpin berikutnya di kelompok yang dicap sebagai organisasi teroris itu.
Nama Sayf al-Adl, seorang ulama kelahiran Mesir, muncul sebagai kandidat terkuat. Ia adalah satu-satunya yang masih hidup dari lima veteran al-Qaeda yang pernah ditunjuk sebagai wakil al-Zawahiri,. Dia sekarang diyakini sebagai sosok yang paling mungkin untuk menggantikannya.
Tapi mungkin ada masalah soal pencalonan dirinya menjadi orang tertinggi al-Qaeda.
Al-Adl diyakini saat ini hidup dalam pembatasan ketat di Iran, negara yang dianggap al-Qaeda sebagai musuh bebuyutan.

Jihadis veteran

Sebagai salah satu pendiri al-Qaeda dan letnan tepercaya Osama Bin Laden, al-Adl adalah sosok misterius sekaligus veteran yang dihormati oleh para pengikutnya.
Dia jelas merupakan orang penting bagi otoritas AS. Dia masuk dalam Daftar Teroris Paling Dicari FBI, dengan hadiah $10 juta (sekitar Rp148 miliar) untuk setiap orang yang bisa memberikan informasi tentang keberadaannya.
Al-Adl dituduh terlibat pengeboman serentak kedutaan besar AS di Tanzania dan Kenya pada Agustus 1998, yang menewaskan lebih dari 220 orang.
Namun dia juga dilaporkan sempat menentang serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.
Dalam sebuah dokumen pada Februari 2021, para peneliti dari Akademi Militer AS, West Point, mengklaim bahwa al-Adl dan sejumlah tokoh senior al-Qaeda lainnya khawatir bahwa serangan skala besar di AS akan memicu respons keras yang dapat mencakup invasi ke Afghanistan, saat itu merupakan tempat aman bagi para operator al-Qaeda.
Kecemasan mereka itu belakangan terbukti benar.
Al-Adl adalah sekutu utama pendiri al-Qaeda Osama Bin Laden, dan wakilnya Zawahiri.
Al-Adl di masa lalu telah menulis secara mendetail tentang berbagai topik termasuk keamanan dan intelijen, peperangan, dan revolusi.

Masa-masa awal

Informasi tentang kehidupan al-Adl sebelum al-Qaeda sangatlah langka. Menurut FBI, dia lahir pada 11 April 1963 atau tiga tahun sebelumnya.
Terlepas dari statusnya di dalam al-Qaeda, ia tidak mencolok dan hampir tidak pernah tampil dalam propaganda kelompok tersebut.
Ada juga keraguan tentang identitas aslinya. Namanya Sayf al-Adl, yang dalam bahasa Arab berarti pedang keadilan, kemungkinan besar adalah nom de guerre alias nama julukan dalam perang.
Para peneliti di West Point mengklaim al-Adl kerap keliru dikenali sebagai Mohammed Ibrahim Makkawi, mantan kolonel pasukan khusus Mesir.
Dia diketahui pernah berperang melawan pendudukan Uni Soviet di Afghanistan pada 1980-an bersama Osama Bin Laden pada sekitar waktu al-Qaeda didirikan.
Al-Adl kemudian pindah ke Somalia, tempat dia membantu pelatihan milisi yang memerangi intervensi AS dalam Perang Saudara Somalia.
Perang itu menjadi terkenal karena insiden dua helikopter MH-60 Black Hawk Amerika dijatuhkan oleh roket di Mogadishu, yang kemudian menjadi inspirasi film laga Hollywood tahun 2001, Black Hawk Down.
Diyakini bahwa salah satu roket tersebut ditembakkan oleh anggota pasukan al-Adl yang berasal dari Tunisia.
Al-Adl kembali ke Afghanistan pada pertengahan dekade 1990-an tepat ketika Taliban sedang mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Dia pergi lagi tak lama setelah invasi AS tahun 2001 dan memimpin sekelompok agen al-Qaeda pergi ke Iran melalui jejaring rumah persembunyian.
Dia diyakini telah ditangkap oleh pihak berwenang Iran pada tahun 2003 dan dilaporkan dibebaskan bersama dengan beberapa anggota al-Qaeda lainnya dalam pertukaran tahanan 12 tahun kemudian.
Terlepas dari penahanannya yang berkepanjangan, al-Adl tetap menjadi tokoh berpengaruh di dalam al-Qaeda dan membantu memperkuat posisi al-Zawahiri sebagai pemimpin setelah Bin Laden tewas dalam serangan pasukan khusus AS di Pakistan pada 2011.
Namun, penobatannya barangkali akan lebih rumit. Pakar terorisme dari AS Colin Clarke mengklaim bahwa al-Adl masih berada di Iran, hidup sebagai tahanan semi-rumah.
Itu bisa membahayakan pengangkatannya.
Tidak hanya hampir tak terbayangkan bagaimana dia dapat secara efektif memimpin kelompoknya sambil hidup di bawah pembatasan di negara Syiah, ada juga masalah keamanan.
Anggota al-Qaeda terkenal lainnya, Abu Muhammad al-Masri, tewas di Teheran pada tahun 2020 dalam dugaan operasi rahasia oleh pasukan komando Israel.

Jika bukan al-Adl, lalu siapa?

Daftar kandidat lain begitu pendek mengingat begitu banyak tokoh senior al-Qaeda telah mengalami nasib yang sama dengan Zawahiri selama bertahun-tahun.
Ada kemungkinan bahwa al-Qaeda dapat mempertimbangkan salah satu kepala afiliasi regionalnya di Somalia (al-Shabab), Yaman (AQAP) atau Mali (JNIM) untuk mengambil alih kepemimpinan.
Meskipun ini belum pernah terjadi sebelumnya, ini barangkali bukan kejutan besar bagi organisasi yang telah menjadi semakin terdesentralisasi di bawah Zawahiri.
Pada tahun 2013, pemimpin AQIM, Nasir al-Wuhayshi, secara luas dilaporkan telah ditunjuk sebagai wakil Zawahiri.
Ini dapat menunjukkan bahwa para pemimpin regional saling bersaing untuk peran kepemimpinan pusat - meskipun al-Wuhayshi sendiri tidak bisa melakukannya, karena ia tewas dalam serangan drone AS pada tahun 2015.
Siapa pun yang dipilih untuk menggantikan Zawahiri akan menghadapi kesulitan yang sama karena mereka harus berusaha untuk tidak mencolok supaya tidak menjadi sasaran AS.