Geovirology, Cabang Geosains yang Berpotensi Berkembang Setelah Pandemi COVID-19

Barry Majeed Hartono
I am a young student intending to enrich my knowledge in geology specifically in petroleum geochemistry and I am also passionate to share my knowledge. My interest lies in geological engineering especially in the research and development of geochemistry exploration. When dealing with tasks, my mindset is always geared towards results and its objectives, but I still value the processes to achieve it. I am an enthusiastic person who holds high ideals and always ready to adapt. I always keep in mind to maintain a good attitude and clearly love to work together with other companions in order to achieve more.
Konten dari Pengguna
21 Maret 2020 23:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Barry Majeed Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kali ini dunia sedang menghadapi masalah serius, masalah yang berasal dari virus yaitu COVID-19 (coronavirus disease 2019) yang telah menginfeksi 277.499 orang dan membunuh setidaknya 11.403 orang sejak wabah ini muncul di akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok. Masyarakat terus berspekulasi tentang kepunahan massal yang disebabkan oleh virus ini.
Salah satu rekan geosaintis saya telah menulis sebuah artikel tentang virus ini yang mungkin bisa menjadi penyebab utama kepunahan massal di Zaman Antroposen. Walau demikian, penggunaan istilah "kepunahan massal" masih belum tepat karena "kepunahan massal" sendiri yang bermakna penurunan populasi suatu biodiversitas secara cepat dan luas di Bumi sementara virus COVID-19 hanya mempengaruhi manusia.
Virus ini hanya menciptakan "kepunahan kecil" untuk spesies manusia, yaitu Homo sapiens. Namun, seperti yang telah diketahui bahwa tidak ada yang mustahil dalam geosains, terutama geologi. Dengan konsep The Present is the key to the Past (yang terjadi sekarang pernah terjadi di masa lalu), pandemi yang terjadi saat ini sangat mungkin terjadi di masa lalu. Kata "masa lalu" disini bukan dalam rentangan waktu manusia (100-200 tahun), namun dalam skala waktu geologi (jutaan tahun lalu).
Ilustrasi virus corona China buatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Foto: Alissa Eckert, MS; Dan Higgins, MAM/CDC/via REUTERS
Selain itu, virus ini kemungkinan memiliki besaran dan intensitas yang lebih besar di masa lalu karena menurut Thornbury (1968), apa yang terjadi di masa kini, terjadi di masa lalu tetapi dengan intensitas dan derajat yang berbeda. Misalnya, aktivitas vulkanik di Kala Miosen-Pliosen intensitas dan derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas vulkanik pada Kala Resen.
ADVERTISEMENT
Virus COVID-19 yang kemungkinan berasal dari kelelawar (Lu et al., 2020) atau trenggiling (Lam et al., 2020), keduanya merupakan kelompok mamalia yang telah berevolusi sejak Paleogen awal. Dengan bukti dari fosil-fosil bahwa mamalia hidup dari Paleogen, terbuka kemungkinan adanya virus di masa lalu.
Pertanyaan selanjutnya adalah virus ini mempengaruhi siapa? Mengingat bahwa manusia pertama muncul di Kala Pliosen (Etler et al., 2001). Perlu diingat, virus-virus itu tidak hanya menyerang manusia tetapi juga bisa membunuh hewan pembawanya seperti flu burung yang dapat membunuh populasi unggas.
Fosil dari kelelawar primitif, Onychonycteris finneyi, hidup 50 juta tahun lalu mengindikasikan kemungkinan adanya carrier virus (Sumber: Royal Ontario Museum, 2008)
Hal itu membuat subjek "Geovirologi" menjadi menarik karena dari masa sekarang kita bisa tahu bahwa virus dapat memusnahkan suatu spesies dan dengan analog ini, virus juga mungkin menjadi penyebab kepunahan di masa lalu. Selama saya belajar di teknik geologi, kami selalu diajarkan bahwa kebanyakan penyebab kepunahan massal terjadi akibat peristiwa katastrofisme (tumbukan meteorit, aktivitas gunung berapi, perubahan iklim).
ADVERTISEMENT
Wabah yang terjadi sekarang menghasilkan ide tentang kemungkinan virus bertindak sebagai sumber utama kepunahan di masa lalu. Konsep gradualisme (evolusi secara bertahap dan proses yang sangat lama) dalam evolusi juga dapat didukung oleh studi virus di masa lalu. Mengapa?
Karena jika kita melihat efek COVID-19 pada manusia, paru-paru yang telah disembuhkan hanya berfungsi 40-60%, sehingga manusia akan beradaptasi. Dengan kehadiran virus di masa lalu (dari 20-100 juta tahun yang lalu), virus ini kemungkinan dapat mempengaruhi jalannya evolusi. Virus juga berperan penting dalam perubahan iklim seperti apa yang terjadi di masa sekarang.
Istilah “geovirologi” itu sendiri telah digunakan oleh beberapa ahli geosains, seperti Emerson (2019) dalam Rapat Musim Gugur AGU (American Geological Union) yang diadakan pada tahun 2019. Geologi merupakan ilmu tentang Bumi dan proses yang terjadi di dalamya. Ilmu geologi juga mempelajari tentang kehidupan di Bumi.
ADVERTISEMENT
Sementara virologi adalah ilmu tentang virus, jadi geovirologi adalah aplikasi geologi dalam memahami virus. Tampaknya subjek ini lebih cenderung digolongkan sebagai paleontologi tetapi dalam skala yang sangat kecil bahkan dalam skala gen. Cabang studi ini memberikan peluang besar dalam penelitian untuk memahami kepunahan di masa lalu.

Referensi

Thornbury, W.D., 1968. Principles of Geomorphology. Wiley publishing, New York.
Emerson, J. 2019. Geovirology: Viruses in Earth’s Biomes and Their Impacts on Microbial Ecology and Biogeochemistry. Proceed. AGU Fall Meetings 2019 (Abstract).
Etler, D.A., Crummett, T.L.,Wolpoff, M.H., 2001. Longgupo: Early Homo Colonizer or Late Pliocene Lufengpithecus Survivor in South China. Human Evolution, 16, pp1–12.
Lu, R., Zhao, X., Li, J., Niu, P., Yang, B., Wu, H., Wang, W., Song, H., Huang, B., Zhu, N., Bi, Y., Ma, X., Zhan, F., Wang, L., Hu, T., Zhou, H., Hu, Z., Shou, W., Zhao, L., Chen, J., Meng, Y., Wang, J., Lin, Y. Yuan, J., Xie, Z., Ma, J., Liu, W.J., Wang, D., Xu, W., Holmes, E.C., Gao, G.F., Wu, G., Chen, W., Shi, W. Tan, W., 2020. Genomic characterisation and epidemiology of 2019 novel coronavirus: implications for virus origins and receptor binding. Lancet (395), pp.565–574. https://doi.org/10.1016/ S0140–6736(20)30251–8
ADVERTISEMENT
Lam, T.T., Shum, M.H., Zhu, H., Tong, Y., Ni, X., Liao, Y. Wei, W., Cheung, W.Y., Li, W., Li, L., Leung, G.M., Holmes, E.C., Hu, Y., Guan, Y., 2020. Identification of 2019-nCoV related coronaviruses in Malayan pangolins in Southern China. bioRxiv preprint doi: https://doi.org/10.1101/2020.02.13.945485.