Dosen ITB Olah Limbah Botol Plastik Jadi Produk 3 Dimensi

Konten Media Partner
15 Januari 2019 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dosen ITB Olah Limbah Botol Plastik Jadi Produk 3 Dimensi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dosen ITB Dr. Mardiyati melakukan penelitian mengenai pemanfaatan sampah botol plastik sebagai bahan filamen untuk produk 3D printing. (Humas ITB)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Persoalan sampah plastik masih jadi besar yang harus segera diatasi. Dampak negatif plastik sulit diurai secara alamiah sehingga mencemari lingkungan. Di sisi lain, plastik sangat dibutuhkan karena materialnya yang ringan, mudah dibentuk, murah dan hampir semua kebutuhan sehari-hari memakai plastik.
Latar belakang tersebut membuat Dr. Mardiyati melakukan penelitian mengenai pemanfaatan sampah botol plastik sebagai bahan filamen untuk produk 3D printing. Penelitian tersebut berjudul "Preparation of 3D Printing Filament Made From Thermoplastic Waste".
Seperti diketahui, pemanfaatan dan permintaan filamen cetak 3D saat ini sedang meningkat secara signifikan. Sementara itu, filamen cetak 3D komersial yang tersedia di pasaran bahannya mahal, dan masih impor dari luar negeri.
Mardiyati kemudian mencari bahan lain sebagai bahan filamen yaitu menggunakan termoplastik dari sampah botol air mineral. Termoplastik adalah salah satu bahan yang dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali menjadi suatu produk baru dengan melalui suatu proses pemanasan.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini berfokus pada pengembangan dan pemanfaatan termoplastik sebagai bahan baku untuk filamen cetak 3D. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan filamen cetak 3D yang terbuat dari termoplastik dan untuk mengkarakterisasi kinerja filamen termoplastik.
Dosen ITB Olah Limbah Botol Plastik Jadi Produk 3 Dimensi  (1)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil penelitian pemanfaatan sampah botol plastik sebagai bahan filamen untuk produk 3D printing. (Humas ITB)
Penelitian dan pengembangan filamen dilakukan di Green Polymer Lab, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB. Mardiyati mengawali penelitiannya pada tahun 2016 dan selesai pada 2018. Penelitiannya kemudian berhasil mengembangkan filamen 3D printing dari sampah tutup botol yang berbahan dasar Polipropilena dan botol air mineral yang berbahan dasar PET. Penelitian ini pun sudah memiliki hak paten.
"Filamen jenis ABS dan PLA sangat mahal dan tinggi di pasaran. Berangkat dari hal tersebut, tercetuslah ide pembuatan filamen dari sampah plastik menjadi produk. Kenapa kita tidak mencoba membuat filamen sendiri dari sampah plastik untuk bahan 3D printing," kata Dr. Mardiyati, seperti dikutip dari siaran pers Humas ITB.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama penelitian ini ialah mengumpulkan limbah tutup botol, lalu mencacahnya menjadi potongan kecil. Hasil cacahan dimasukkan ke dalam mesin ekstrusi, hingga keluarannya seperti gulungan benang. Filamen inilah yang nantinya akan menjadi bahan untuk pembuatan 3D Printing.
Mesin 3D printingnya sendiri dibeli di pasaran dan dimodifikasi ulang untuk dapat digunakan filamen jenis termoplastic. Selain itu, Mardiyati juga berhasil mengembangkan penelitian bahan filamen dari botol plastiknya, tidak hanya tutupnya saja.
Dosen ITB Olah Limbah Botol Plastik Jadi Produk 3 Dimensi  (2)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil penelitian pemanfaatan sampah botol plastik sebagai bahan filamen untuk produk 3D printing. (Humas ITB)
"Perbedaan antara bahan filamen dari tutup botol dan botol plastiknya adalah dari sisi proses ektrusinya. Kalau yang dari tutup botol melelehkannya cukup 180 derajat saja, namun untuk bodi plastik itu perlu suhu 240 derajat, dan ada campuran khusus," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selain mengenai filamen, Dr. Mardiyati bersama Tim Green Polymer Lab juga melakukan penelitian lain tentang limbah plastik. Salah satunya ialah mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan kerajinan. Bahkan ada yang tertarik atas hasil sampah daur ulangnya untuk dijadikan alat praga edukasi anak yang akan dipamerkan di Kedutaan Belanda.
Melalui penelitian tersebut, ia berharap karyanya bermanfaat bagi masyarakat. Kepada mahasiswa, ia mendorong mereka untuk terus berkarya.
“Jadi kita melakukan penelitian bukan sekadar menyelesaikan tugas, ada laporan, namun saya lebih suka ada masalah apa di masyarakat, dan apa yang bisa kita lakukan bagi penelitian kita dan kembali lagi manfaatnya untuk masyarakat," ungkap Mardiyati. (Iman Herdiana)