Toleransi dan Saling Berbagi ala Kelenteng Kwan Tie Miau Pangkalpinang

Konten Media Partner
14 Juli 2019 21:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerbang Kelenteng Kwan Tie Miau. (Ggp/Babelhits)
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang Kelenteng Kwan Tie Miau. (Ggp/Babelhits)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Toleransi beragama di Bangka Belitung tampaknya sudah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu. Khususnya di Kota Pangkalpinang, banyaknya bangunan bersejarah yang menjadi contoh nyata adanya toleransi tersebut.
ADVERTISEMENT
Beberapa rumah ibadah di sana, seperti masjid, gereja, dan kelenteng, usia bangunannya sudah melewati satu abad. Salah satu yang paling ikonik adalah Kelenteng Kwan Tie Miau yang terletak di pusat Kota Pangkalpinang.
Kelenteng yang beralamat di Jalan Mayor Muhidin, Pangkalpinang, ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1846 Masehi. Ketua Pengurus Yayasan Kelenteng Kwan Tie Miau, Hendry Kurniawan, mengatakan tidak mengetahui secara persis kapan kelenteng tersebut berdiri. Namun, jika dilihat dari sejarah yang tertinggal di dalam kelenteng, peresmiannya dilakukan pada tahun 1846 Masehi.
Tampak dalam Kelenteng Kwan Tie Miau. (Ggp/Babelhits)
Kelenteng Kwan Tie Miau sudah masuk dalam salah satu Cagar Budaya Pemerintah Kota Pangkalpinang. Nama kelenteng Kwan Tie Miau ini baru diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1999.
ADVERTISEMENT
Hendry mengatakan, nama Kelenteng Kwan Tie Miau berasal dari salah satu nama dewa yang ada di dalam kelenteng tersebut (Arca), yaitu Dewa Kwan Thong atau Kwan Tie, yang diartikan sebagai "Bapak" atau "Rumah Bapak".
"Tiap tahunnya, biasanya di kelenteng ini menggelar kegiatan seperti lepas sambut Tahun Baru Imlek. Kemudian tiap tahunnya pada tanggal 13 bulan kelima ada Sembahyang Arak-arakan. Tanggal 24 bulan keenam memperingati hari kelahiran Dewa Kwan Thong atau Kwan Tie," terang Hendry.
Ornamen khas Kelenteng Kwan Tie Miau. (Ggp/Babelhits)
Di dalamnya, terdapat ornamen-ornamen yang menghiasi ruangan ibadah, seperti hiasan buah labu di puncak atap kelenteng, guci, lilin-lilin besar, hingga macam-macam buah untuk kebutuhan sembahyang.
Di muka kelenteng ini, terdapat lambang patkwa yang di tengahnya ada lingkaran hitam putih, Ying dan Yang. Patkwa biasanya melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan.
Tulisan Mandarin di dalam Kelenteng Kwan Tie Miau. (Ggp/Babelhits)
Setiap selesai perayaaan Sincia dan Sembahyang Rebut, biasanya pihak kelenteng mengadakan bakti sosial dengan cara membagikan sembako yang terkumpul dari hasil sumbangan umat-umat di kelenteng. Nantinya, sumbangan itu diberikan untuk mereka yang tidak mampu, dari suku apa pun, tidak memandang ras, golongan, dan agama.
ADVERTISEMENT
"Semuanya dapat kalau pun dia berhak mendapatkannya. Kita bagikan lewat kupon, dengan cara mendistribusikan kepada lurah-lurah setempat. Biasanya 1.000-3.000 paket," imbuh Hendry.
Hendry berharap, Kelenteng Kwan Tie Miau bisa menjadi simbol untuk saling menjaga sesama dan antarumat beragama, serta bisa membina kerukunan dan mengimbau untuk dapat meringankan dan saling membantu sesama.
Buah-buahan untuk sembahyang di Kelenteng Kwan Tie Miau. (Ggp/Babelhits)