ITdBI: Saat Pengalaman Lampaui Usia

Ayung Notonegoro
Bercerita tentang sejarah dan ihwal literasi
Konten dari Pengguna
28 September 2017 11:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayung Notonegoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keterangan: Wabup Banyuwangi Yusuf Widiyatmoko serahkan hadiah kepada Davide Rebelline (Tulus/ Humas Pemda Banyuwangi)
ADVERTISEMENT
Usia kerap kali menjadi penghalang dalam kegiatan yang berhubungan dengan fisik. Semakin lanjut usia, maka semakin menurun stamina. Namun, aforisme tersebut tak berlaku dalam etape pertama gelaran International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) tahun ini. Davide Rebelline adalah nama pebalap yang meruntuhkannya. Rebelline yang kini berusia 46 tahun 1 bulan 20 hari tersebut, mampu keluar sebagai juara pada etape pertama ITdBI yang menempuh jarak 137,7 KM tersebut.
Pada awal keberangkatan etape pertama di Pasar Bajulmati, Wongsorejo, Rebelline tak nampak menonjol. Tak banyak yang memprediksinya bakal keluar sebagai pemenang. Hal ini, semakin diperkuat dengan pebalap-pebalap lainnya yang dari sisi usia lebih muda. Sejak awal mereka telah menunjukkan kapasitas sebagai pebalap tercepat dengan melakukan breakaway dari peloton atau rombongan besar.
ADVERTISEMENT
Sembilan pebalap yang melakukan breakaway adalah Jai Crawford (Kinan Cycling Team), Matt Boys (Kuwait Cartucho), Ali Khademi (Pishgaman), Insu So (LX Cycling Team), Jay Dutton (St. George), Aiman Cahyadi (Team Sapura), Nick Miller (CCN Cycling Team), Ryan Ariehan (Nex Cycling Team), dan Herwin Wijaya (United Bike Kencana).
Keterangan: Davide Rebelline lewati garis finish (Tulus/ Humas Pemda Banyuwangi)
Jai Crawford yang merupakan juara ITdBI edisi sebelumnya, terhitung cukup muda. Ia lahir di Hobart, Australia pada 8 Agustus, 34 tahun silam. Bahkan, delapan pebalap lainnya juga lebih muda. Matt Boys (27), Ali Khademi (25), Insu So (19), Jay Dutton (23), Aiman Cahyadi (23), Nick Miller (25), Ryan Ariehan (38) dan Herwin Wijaya (32), semuanya berusia di bawah Davide Rebellin. Terpaut delapan hingga 27 tahun. Jarak yang tak pendek, bukan?
ADVERTISEMENT
Namun, usia yang lebih muda, stamina yang lebih kuat, tak bisa melibas pengalaman Davide Rebelline. Sembilan pebalap yang berusia di bawahnya itu, ia biarkan mendahuluinya. Baru pada saat etape memasuki 115,3 KM, Rebelline menunjukkan kelasnya. Rute menanjak di sekitar Pakel, Licin mampu dimanfaatkan oleh Rebellin untuk meninggalkan peloton dan menyalip sembilan pebalap yang sejak awal melakukan breakaway itu.
Para pebalap di peloton maupun yang melakukan breakaway kocar-kacir di lintasan yang kurang dari 22,4 KM lagi dari garis finish tersebut. Rebelline melaju seorang diri menuju finish. Rute yang menurun semakin mempermudah pebalap Team Kuwait Cartucho itu, mencapai titik akhir balapan di depan Kantor Pemda Banyuwangi. Ada jarak sejauh 1 menit 35 detik dengan pebalap di belakangnya, Drew Morrey (Terengganu Cycling Team). Drew Morrey yang menjuarai etape pertama Tour de Flores pada tahun ini, juga lebih muda dari Rebellin. Usia pebalap kelahiran Australia, 27 Nopember itu, baru menginjak 21 tahun.
ADVERTISEMENT
Keterangan: Tampak para pebalap melintasi areal persawahan. (Tulus/ Humas Pemda Banyuwangi)
Kemenengan Rebelline tersebut, tentu bukan sekadar keberuntungan. Ada perhitungan cermat yang dilakukan pebalap asal Italia itu. Sebagai pebalap berpengalaman, ia tahu betul bagaimana cara memenangkan perlombaan. Lintasan etape awal ini, menurutnya, tidak jauh berbeda dengan tipe lintasan dalam balap sepeda Eropa klasik. Dominasi rute datar (flat) sepanjang lintasan dan menanjak menjelang garis finish.
Dengan kondisi lintasan yang demikian, Rebelline lebih memilih bergabung bersama peloton. Dengan bergabung bersama peloton, ia bisa menghemat tenaga lebih banyak. Kondisi aerodinamis dari angin yang diterima peloton, jauh lebih ringan. Sehingga tak banyak tenaga yang perlu ia keluarkan. Namun, saat rute mulai menanjak dan garis finish sudah tak terlampau jauh, ia kerahkan seluruh tenaganya. Ia tunjukkan kapasitasnya sebagai pebalap senior. Satu per satu lawannya ia tinggalkan.
ADVERTISEMENT
Keterangan: Peloton melintas di pertigaan Labanasem, Kabat (Tulus/ Humas Pemda Banyuwangi)
Perhitungan demikian tentu tak terlepas dari pengalaman pebalap yang memulai debutnya pada 1992 di GB MG Maglificio itu. 45 kali terjun dalam event balap sepeda klasik, 19 kali balap sepeda prowins dan 33 kali grand tour telah mengajarkannya banyak pengalaman menaklukan lintasan. Meski baru pertama kali turun dalam ITdBI ini, hal tersebut tak membuatnya kesulitan beradaptasi dan mengenal karakteristik lintasannya.
Karir Rebellin sendiri dalam dunia balap sepeda cukup baik. Ia berhasil menjuarai beberapa balap sepeda bertipe klasik. Mulai dari Liège-Bastogne-Liège 2004, Tirreno-Adriatico 2001, hingga Amstel Gold Race 2004. Ajang klasik lainnya, La Flèche Wallonne, bahkan dia kuasai pada tiga edisi, yakni 2004, 2007, dan 2009.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, pengalaman bisa melampaui usia. (Ayung Notonegoro)
Jangan lewat keseruan ITdBI 2017 hingga 30 September mendatang.