Studi Time & Motion : Solusi Mengoptimalkan Produktivitas Bengkel

Ayu Alfi Khasanah
I am an active fourth-semester student at Brawijaya University, majoring in Industrial Engineering.
Konten dari Pengguna
9 Juni 2022 21:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Alfi Khasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bengkel merupakan salah satu bentuk UMKM yang tak jarang kita temui di sekitar kita. Keberadaannya menjadi penyelamat ketika terjadi masalah pada sepeda motor kita. Akan tetapi, sering kali proses perbaikan memakan waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan antrean yang cukup membosankan bagi beberapa orang. Beberapa pekerjaan di bengkel sering kali dilakukan secara berulang-ulang, tidak efisien, dan kurang produktif. Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui apakah proses kerja bengkel produktif dan bagaimana kita menentukan perbaikannya?
Photo by Artem Beliaikin from Pexels: https://www.pexels.com/photo/selective-focus-photo-of-man-looking-on-motorcycle-1131218/

Produktivitas Belum Maksimal, Mengapa?

ADVERTISEMENT
Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa produktivitas kerja pada sebagian besar bengkel belum maksimal? Salah satu cara yang bisa kita gunakan adalah dengan menggunakan metode pengukuran kerja studi time dan studi motion. Metode ini merupakan metode analisis yang dapat membantu dalam penentuan indeks kinerja atau indeks produktivitas suatu sistem kerja. Sesuai dengan namanya, metode ini terdiri atas studi time dan studi motion. Studi time mengacu pada analisis lama waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan, studi motion mengacu pada gerakan-gerakan yang dilakukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Hal pertama yang bisa kita lakukan untuk menggunakan metode ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang memengaruhi produktivitas kerja, diantaranya jika ditinjau berdasarkan aspek ergonomi dan ekonomi kerja. Aspek ergonomi membantu kita untuk mengetahui apa saja yang dapat menjadi faktor yang berisiko menyebabkan cedera sehingga dapat menurunkan produktivitas kinerja, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan aspek ekonomi gerakan membantu kita dalam mengetahui faktor gerakan apa saja yang dirasa kurang efektif sehingga memengaruhi produktivitas kerja.
ADVERTISEMENT
Berikutnya dilakukan analisis berdasarkan aspek studi time dan motion. Untuk menganalisis aspek ini, terlebih dahulu kita bisa memetakan gerakan-gerakan dasar apa saja yang dilakukan pada proses kerja di bengkel. Berbeda dengan gerakan-gerakan kerja pada umumnya, pemetaan dilakukan berdasarkan gerakan dasar Therbligs yang terbagi atas dua macam gerakan, yaitu Effective Therbligs dan Ineffective Therbligs.
Setelah pemetaan gerakan dasar pada elemen kerja, kita perlu menghitung waktu baku dari proses kerja yang dilakukan. Pertama, menghitung waktu normal. Kita perlu mengamati waktu yang dilakukan di setiap elemen kerja yang sebelumnya juga telah dipetakan. Dari data tersebut selanjutnya akan dapat diketahui waktu siklus dari pekerjaan tersebut. Berikutnya, dari hasil analisis kerja, kita menentukan performance rating dan allowance proses kerja. Hasil perhitungan performance rating dan allowance selanjutnya dikalikan dengan waktu siklus sehingga didapatkan waktu normal.
ADVERTISEMENT

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan? Perbaikan Sistem Kerja Jawabannya!

Setelah mendapatkan data waktu normal, kita dapat mengetahui adanya pemborosan gerakan maupun waktu tunggu pada bengkel yang menyebabkan bengkel kurang efisien dalam melayani pelanggan. Selain itu, postur kerja yang kurang ergonomis mampu menyebabkan cedera yang mampu menunda proses kerja dan menambah biaya. Perbaikan cara kerja dan lingkungan kerja perlu dilakukan agar mampu meningkatkan produktivitas bengkel dan dapat memuaskan pelanggannya. Berikut ini merupakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas bengkel.

Mengurangi gerakan tidak perlu

Beberapa gerakan tidak perlu sering kali dilakukan oleh operator selama melakukan proses kerja, seperti berjongkok hingga membungkuk. Posisi tersebut mempersulit operator dalam melakukan pekerjaan. Sebaiknya gerakan tangan atau tubuh operator diubah, yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja agar tidak menimbulkan gerakan-gerakan berlebihan dan berat. Gerakan-gerakan berlebihan dapat dikurangi dengan mengubah tata letak area kerja bengkel agar operator tidak perlu melakukan perpindahan berulang yang tidak perlu sehingga operator dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENT

Menggunakan hidrolik motor

Pada beberapa bengkel, sering ditemui posisi operator selama melakukan pengerjaan selalu berjongkok. Padahal, posisi ini merupakan salah satu risiko yang mampu menyebabkan MsDs (Musculoskeletal disorders). MSDs merupakan gangguan yang memengaruhi fungsi normal sistem muskuloskeletal akibat paparan berulang berbagai faktor risiko di tempat kerja (OHSCO, 2008). Dengan adanya bantuan dari Hidrolik Motor, posisi motor yang diperbaiki dapat diatur ketinggiannya sehingga operator dapat melakukan pekerjaan dengan posisi yang nyaman, lebih fokus terhadap pekerjaan yang dilakukan, dan terhindar dari gangguan MSDs (musculoskeletal disorders).

Menambahkan alas karet pada lantai bengkel

Alas karet merupakan suatu alat yang dapat memperbesar gesekan agar area kerja tidak licin. Area kerja bengkel sering kali licin karena tumpahan oli dan lain-lain. Penggunaan alas karet pada lantai kerja bengkel ini diharapkan mampu mengurangi adanya kejadian yang tidak diinginkan pada operator, seperti terjatuh dan terpeleset selama bekerja.
ADVERTISEMENT

Menggunakan rolling creeper

Kursi Mekanik (Rolling Creeper) merupakan sebuah kursi yang dapat berpindah-pindah dan pada bagian bawahnya memiliki tempat penyimpanan. Dengan menggunakan kursi mekanik ini operator dapat langsung menyimpan alat-alat yang dibutuhkan pada bagian bawah kursi sehingga tidak perlu berjalan bolak-balik ke ruang penyimpanan untuk mengambil peralatan dan operator dapat juga berpindah-pindah tempat secara mudah tanpa perlu berdiri dan duduk berulang kali.

Kesimpulan

Dari analisis menggunakan metode Time Study dan Motion Study, dapat disimpulkan waktu siklus kerja serta waktu standar suatu bengkel. Waktu standar ini dapat digunakan untuk perencanaan kerja, perkiraan biaya modal, dan biaya tenaga kerja (Ciptani, 2001). Hal ini juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perbaikan sistem kerja agar dapat meningkatkan efisiensi serta produktivitas bengkel sehingga metode time and motion study perlu dilakukan sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas bengkel-bengkel di Indonesia.
ADVERTISEMENT

DAFTAR PUSTAKA

OHSCO. (2008). MUSCULOSKELETAL DISORDERS PREVENTION SERIES (Vol. 1). OHSCO. https://www.ohcow.on.ca/edit/files/workbooks/MSD_Guideline_Part_1.pdf
Wignjosoebroto, 1995. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: PT. Guna Widya.
Ciptani, M. K. (2001). Peningkatan Produktivitas Dan Efisiensi Biaya Melalui Integrasi Time & Motion Study Dan Activity-Based Costing. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 3(1),30-50.