Cara Mengubah Rasa Kesepian Menjadi Jalan Menuju Pengembangan & Penerimaan Diri

AYESHA ALYA SALIHA
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
6 Desember 2022 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari AYESHA ALYA SALIHA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa hari belakangan ini, gempar akan sebuah studi yang diterbitkan oleh US National Library of Medicine National Institutes of Health yang menemukan bahwa kesepian sama mematikannya dengan merokok 15 batang per hari. Seseorang yang mengalami kesepian merasa tidak memiliki siapa pun bersamanya. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko adanya disfungsi biologis, tekanan psikologis, dan masalah perilaku.
sumber : Pexels
Kesepian terjadi karena adanya pengalaman suatu individu terhadap suatu situasi sosial, oleh karena itu banyak ahli yang berpendapat bahwa kesepian merupakan pengalaman yang subjektif. Artinya, kesepian bukan sesuatu yang dapat diukur dengan jumlah kedekatan secara fisik. Orang dapat merasakan kesepian meski berada dalam keramaian namun dapat juga merasa penuh dan utuh meski sendirian. Kesepian terjadi ketika individu menghadapi situasi kontradiksi di mana jumlah hubungan yang ada lebih kecil dari yang diharapkan serta keintiman yang diinginkan belum terwujud (Cosan, 2014; Gierveld, Tilburg, & Dykstra, 2006; Sønderby & Wagoner, 2013).
ADVERTISEMENT
Kesepian timbul dari pikiran negatif. Pikiran-pikiran bahwa orang yang merasa kesepian tersebut tidak mampu untuk bersosialisasi, tidak bisa hidup dalam lingkungan yang ada, dan tidak diterima oleh masyarakat luas. Pikiran negatif menjadi salah satu penyebab utama seseorang merasakan kesepian. Hal tersebut dikarenakan orang yang kesepian lebih fokus kepada pikiran negatifnya dibanding fokus dengan apa yang bisa dia lakukan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik.
Kesepian memberikan kita ruang untuk sendiri. Hidup itu layaknya berlari, terkadang kita perlu berhenti sejenak dan melihat ke belakang untuk melihat apa yang sudah kita lalui. Penting untuk kita mengapresiasi dan mengevaluasi diri sendiri. Hal tersebut menjadi pintu menuju pengembangan diri.
Pengembangan diri merupakan suatu upaya seseorang dalam meningkatkan daya saing hidup. Pengembangan diri akan mengarahkan manusia untuk menciptakan peradaban. Proses lahirnya sebuah peradaban didasari oleh nilai budaya yang tinggi. Pencipta budaya adalah para intelektual yang di dasari oleh pengembangan ilmu dengan benar.
ADVERTISEMENT
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menerima dan mengembangkan diri :
Memang sulit jika kita ingin menghindar dari pikiran negatif yang ada. Salah satu cara untuk menghindar dari pikiran negatif adalah dengan tidak memercayai hal negatif tersebut, it's all in our mind. Kita bisa memiliki pikiran negatif di otak kita, tetapi kita juga yang mempunyai kendali akan mau atau tidaknya kita memercayai pikiran negatif tersebut.
Penting untuk kita mengenali diri sendiri sebelum melanjutkannya ke pengembangan diri. Dengan rasa kesepian, kita akan cenderung lebih sering memvalidasi apa yang kita rasakan dan hal apa yang bisa membuat kita merasa lebih baik. Namun, hal tersebut tidak dapat terjadi jika komunikasi kita dengan diri sendiri tidak lancar.
ADVERTISEMENT
Terkadang, kita menganggap apa yang kita rasakan tidak penting dan membiarkannya lewat begitu saja. Padahal, mengetahui dan memahami apa yang kita rasakan sangatlah penting. Kita perlu mengetahui penyebab dari apa yang kita rasakan agar pikiran negatif atau asumsi-asumsi yang ada dapat berkurang, sehingga akhirnya mendapat rasa tenang dari perasaan yang sudah tervalidasi penyebabnya.
Proses penerimaan diri ini tidak akan sempurna tanpa menerima sisi negatif yang kita punya. Kita perlu tahu letak kekurangan kita. Dengan mengetahui hal tersebut, akan lebih mudah bagi kita untuk tahu mana lubang yang perlu diisi atau luka mana yang perlu diobati. Sama halnya saat kita memiliki penyakit, untuk tahu obat mana yang perlu diminum, kita perlu mengetahui apa penyakitnya terlebih dahulu. Sehingga obat yang kita minum dapat bekerja dengan optimal dan sesuai fungsinya.
ADVERTISEMENT
Proses penerimaan diri juga termasuk penerimaan bahwa tidak semuanya bisa kita ubah. Tidak semuanya harus sesuai dengan apa yang kita mau. Karena manusia tidak ada dan tidak akan ada yang sempurna. Sama halnya dengan menerima diri kita secara utuh pada masa lalu. Kita seringkali mengingat pada masa lalu dan akhirnya berkata “Aduh, mengapa dahulu aku seperti ini ya?” Padahal mungkin kita perlu untuk melewati tahapan tersebut dengan versi kita yang dahulu untuk menjadi diri kita yang sekarang.
ADVERTISEMENT
Akan terdengar sulit karena kita seringkali membenci diri kita pada masa lalu atas kesalahan yang sudah kita lakukan, tetapi dengan merangkul diri kita yang memiliki banyak kurangnya pada masa lalu merupakan bentuk dari mencintai diri sendiri.
You are what you think of. Jika kamu merasa lemah dan kecil di hadapan orang lain, maka orang lain akan percaya bahwa kamu lemah dan kecil, begitupun sebaliknya. Orang lain akan percaya akan apa yang kamu percayai tentang diri sendiri.
Untuk ada dalam proses pengembangan diri, kita perlu mengetahui akan menjadi pribadi yang seperti apa yang kita inginkan. Dan untuk menjadi pribadi yang kita inginkan salah satu jalannya adalah manifestasi. Dengan memanifestasi hal yang kita inginkan, hal tersebut akan terus ada dalam diri kita. Lalu secara tidak sadar hal-hal yang kita lakukan akan membawa kita ke apa yang kita inginkan.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Aminullah, M., & Ali, M. (2020). Konsep Pengembangan Diri Dalam Menghadapi Perkembangan Teknologi Komunikasi Era 4.0. KOMUNIKE: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 12(1), 1-23.
Sagita, D. D., & Hermawan, D. (2020). Kesepian remaja pada masa pandemi covid-19. Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(2), 122-130.
Teasdale, J. D. (1983). Negative thinking in depression: Cause, effect, or reciprocal relationship?. Advances in Behaviour Research and Therapy, 5(1), 3-25.